//Note: I'm not really happy with this piece but hopefully you enjoy it. happy reading!//
.
.
DIA LAHIR di balik jeruji dan tak pernah melihat mentari. Ketika ibunya tertangkap dan harus dihukum mati, wanita itu memohon dengan sepenuh arti agar hidupnya tak cepat diakhiri.
Wanita itu berbahaya, begitulah asumsi para manusia yang mendengar namanya. Nyanyian tentang perempuan itu selalu didengar dalam penginapan maupun kedai-kedai minum di berbagai kota. Kekuatannya berasal dari sang surya. Dengan sihir yang keluar dari tongkat serta rapalan mantra, perempuan itu bisa mencabut nyawa tak lebih dari satu nyawa manusia, bahkan hingga makhluk-makhluk legenda.
Tak sedikit orang yang menganggapnya berjasa; menaklukkan tirani sang raja bersama rekan-rekan satu kelompoknya. Bagi beberapa orang wanita itu telah menyelamatkan dunia namun tentu saja tak semua bisa menerima.
Dendam yang bersemayam, menjadikan dia dan kelompoknya sebagai buron satu dunia. Bagi siapa yang berhasil menangkapnya, hidup maupun mati, dijamin akan kaya raya. Katanya ratusan keping emas 'kan siap dibawa pulang.
Perburuan penyihir, tajuk sayembaranya, dan tentu saja kabar itu terdengar hingga telinga si wanita. Jika saja wanita itu sedang tidak hamil besar, dan pensiun dini dari petualangan hebatnya, mungkin saja dia akan lebih waspada.
Meski berdomisili jauh dari pemukiman dan sulit untuk ditemukan, takkan ada orang mau menutup congornya di hadapan satu kantong penuh kepingan uang. Kabar tersebar, para pemburu penyihir itu tiba di kediamannya yang masuk ke pelosokan. Mereka menyiapkan segala taktik agar pasangan itu tak bisa berkutik.
Siang hari tentu bukanlah pilihan karena sang surya kan membantu si penyihir untuk melepaskan energinya. Sementara itu, suaminya pun tak kalah kuat dengan si penyihir. Dia pemimpin pemberontakan yang menghancurkan sang tiran. Caranya mungkin tegas dan kasar, namun di balik ototnya masih terjaga otak cerdas nan waras.
Jika cinta berbuah lengah, mungkin hal inilah yang sekarang mereka tuai. Kesaktian dan kekuatan mereka berkurang; meskipun si wanita tak lupa rapalan mantra, dan suaminya tak lupa cara menebas pedang . Keseharian yang terlalu biasa selama bertahun-tahun meluapkan refleks mereka kala para pemburu menyergap dalam lelap.
Sang suami dipaksa bertekuk lutut dengan dinginnya besi belati yang terasa pada nadi. Matanya terbelalak melihat istrinya dibekap, entah dengan ramuan apa, membuatnya lemas tiada tenaga. Kedua tangannya diikat ke belakang, dikekang dengan borgol berbatu betuah yang niscaya melemahkan energi magis yang ia punya.
Mata si penyihir terasa berat; meski ia berusaha bicara, hanya gumaman tanpa makna yang bisa ia ucap. Sekejap ia lihat kekasihnya berontak, namun warna merah tak lama menyentuh tanah; tepat sebelum tubuhnya tak kuasa menahan diri 'tuk kerap terjaga.
Air mata mengalir saat matanya terbuka, tendangan kuat dari dalam perutnya membuat tenggorokannya tercekik sesaat. Wanita itu melihat suaminya mati, dan sekarang ia bukan lagi di rumah yang ia tinggali. Sekitarnya gelap gulita, hanya sedikit jingganya lampu mencetak bayang-bayang jeruji. Ketika ia bergerak, tangan dan kakinya diikat erat dengan rantai, dan terasa tubuhnya surut energi.
Dadanya sesak, jantungnya berdegup kencang, dan isi perutnya naik hingga kerongkongan. Dibalut amarah, ia menangis ketika mengeluarkannya, membuat si penjaga penjara memanggil rekan kerjanya, melaporkan buron penyihir yang sudah sadarkan diri.
Si penyihir ditarik paksa, dari penjara menghadap oknum yang menginginkan kepalanya. Cahaya menyilaukan memasuki mata ketika ia dibawa ke ruangan putih dan pantulan warna emas. Sosok di hadapannya tak tampak asing, penyihir itu pernah berhadapan dengannya beberapa tahun silam dalam misi menjatuhkan sang raja tiran. Seorang pemuka agama yang korup, berlindung di balik kekuasaan sang raja tiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Book of Love and Wander
NouvellesPernah suatu kala, rakyat Kerajaan Elatian tak ada yang bisa bicara. Tiga dekade lamanya. Tutur Hira sang Janda, tragedi ini berakar kesedihan yang berbuah kutukan; dan sang Ratu-lah yang menanggung segalanya. ---- Partisipasi WIA Writing Event "If...