ladang bunga

707 106 2
                                    

Langit cerah begitu indah selepas diguyur hujan deras, udara dingin begitu menyejukkan kulit seorang pemuda yang telah beranjak dari rumah pergi dengan keranjang rotan khas yang selalu ia bawa ketika berpergian.

Berjalan kearah belakang bukit ditemani alunan indah ia suarakan dari mulutnya, kicauan burung mengiring alunan indah yang di lantunkan oleh Minhyung .

Mata sebulat anggur pemuda Agustus berbinar ketika melihat pemandangan padang bunga dari tepian bukit. Langsung saja ia langkahkan kaki jenjangnya mengarungi lautan biru itu. Minhyung tertawa lebar tangannya merentang merasakan helaian kelopak bunga menyentuh kulitnya, sensasi lembut ia rasakan serta wangi semerbak dari sari sari bunga begitu harum menempel pada pakaiannya. Minhyung menjatuhkan diri, berbaring diatas rumput hijau menatap langit.

"Indah sekali"ujarnya menutup mata menikmati angin yang berhembus membawa harumnya serbuk sari bunga pada indra penciuman.

Selagi menutup mata bayangan hitam besar datang menutupi pancaran cahaya yang mengenai wajah, mengganggu pandangan tertutup Minhyung hingga ia membuka kelopak mata melihat pemuda lain yang pernah ia temui saat di pasar sedang berdiri menjulang diatasnya.

Minhyung merubah posisinya menjadi duduk, menatap penasaran pergerakan aneh sosok besar didepannya,"Kauhmmm-"

Minhyung melebarkan mata saat pemuda itu mengambil tempat dibelakang tubuhnya, tangan besar dari pemuda tersebut menutup rapat mulut Minhyung membuatnya panik berusaha melepas tangan pemuda itu.

"Jeno... panggil aku Jeno" bisik pemuda April tepat ditelinga Minhyung menghentikan pergerakan pemuda itu sejenak,"sekarang diamlah" bisik Jeno.

Mata Jeno terpejam dengan nafas memburu, tangan satunya meraih pinggang Minhyung merengkuh erat tubuh yang lebih kecil, deru nafas panik Jeno bisa dirasakan oleh orang didekapnya.

"PANGERAN!!"

Teriakan beberapa prajurit membuat Jeno semakin panik, ia eratkan rengkuhannya pada Minhyung waspada jika tertangkap para prajurit kerajaan.

Lain sisi Minhyung dapat merasakan detak jantung tak beraturan Jeno dibalik punggungnya.

Beberapa menit lamanya menunggu diposisi yang cukup dekat, Jeno menghela nafas lega saat tak lagi terdengar prajurit yang mencari sosok pangeran yaitu dirinya.

"Mereka sudah pergi yang mulia pangeran jeno" ucap Minhyung melepaskan tangan besar jeno yang longgar membekap mulutnya.

"Soal itu..jangan beritahu siapapun jika kau masih ingin hidup " ancam Jeno segera beranjak dari posisinya menjauh dari Minhyung yang mengangguk paham.

"Ingin kemana?" tanya Jeno penasaran pada lelaki yang barusan ia temui lagi, tangan besar Jeno meraih minhyung menahan pemuda itu untuk tetap ditempatnya,"disini saja" lanjut Jeno yang entah mengapa ia berlaku demikian.

Keduanya diam tak ada yang berbicara lebih lanjut, Minhyung sibuk memetik setiap kuncup bunga lalu ia rangkai entah membuat apa dan Jeno memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh Minhyung dengan sesekali ia memetik acak bunga yang ada didekatnya.

"Aku minta maaf" ujar Jeno lirih sambil menatap acak apapun yang ada disekitarnya, sebenarnya aneh bagi Jeno berucap maaf pada orang lain terlebih pada orang seperti Minhyung.

Alis pemuda lain tertukik bingung, dahinya berkerut tak paham pada sosok pangeran kerajaan Jung yang tiba-tiba minta maaf pada seorang rakyat kalangan bawah, benarkah ini pangeran Jung yang sombong itu?.

"Untuk yang di pasar dan tadi" ujar Jeno memandang sesaat wajah Minhyung yang bingung, Jeno berdehem mencoba menghilangkan atmosfer aneh yang ia rasakan.

FALLING IN LOVE WITH YOU [JAEMREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang