Hillerburgh,
tahun 924 atau sekarang.Suasana duka masih terasa sangat kental meski kepergian Raja Willam sudah dua bulan berlalu. Seluruh menteri kerajaan masih mengenakan pakaian berduka, bendera yang menandai kepergian Raja Will juga masih tergantung di puncak tiang tepat di depan istana Raja.
Ratu Aera berusaha kembali ramah walau air muka serta sorot mata sama sekali tak bisa membohongi bahwa dia masih sangat terpukul atas kepergian suaminya.
Beberapa dari mereka tampak sungguhan berduka, tapi tentu di antaranya orang-orang tulus itu ada segelintir oknum yang telah merencanakan banyak hal. Atau bahkan kematian Raja Will bagian dari rencana mereka?
Entahlah, istana selalu menyimpan banyak misteri dari masing-masing kepala yang ada di sana. Pada intinya, tidak ada orang suci di dalam sebuah lingkungan kerajaan.******
Jauh di tempat lain, seseorang terlihat merenung di atas perahu kecil di tengah danau buatan. Di tangannya terdapat sebuah alat musik tiup yang bahkan sama sekali tidak dia mainkan selama berdiam diri di sana. Sosok itu terlihat sangat lelah, matanya kuyu, wajahnya juga tampak pucat. Kantung di bawah mata seolah menegaskan bahwa jam tidurnya berantakan.
Dia adalah Aidagan Ragnar, putra tunggal pasangan Raja Willam Ragnar dan Ratu Aera Sverine. Aidagan bukanlah seorang putra mahkota, tapi tahta mendiang Raja Will sudah jelas akan jatuh ke tangan Aidagan.
Satu bulan terakhir, Aidan sapaan akrab Aidagan, menderita kesulitan tidur karena merasa bersalah tidak bisa menepati permintaan sang ayah bahkan sampai beliau kembali ke pelukan Sang Pencipta.
Aidagan mendesah berat, pembicaraannya dengan mendiang Raja Will terus berputar-putar di otaknya. Seperti sedang menghantuinya. Aidagan menengadah, menatap langit biru tanpa matahari di atas sana. Sialan, janji itu semakin tertancap di otaknya.
Perjodohan dalam era kerajaan bukan suatu hal tabu atau hal kolot yang perlu dihindari. Salah satu tujuan perjodohan untuk mempertahankan garis kebangsawanan mereka.
"Aidagan putraku, berapa usiamu sekarang, nak?" Suara lemah Raja Will terdengar membuat hati Aidagan seperti diremat-remat.
"Dua puluh tahun ayah,"
Raja Will mengulas senyum tipis kemudian mengusap rambut Aidagan sambil berkata "sebelum ayah pergi, ayah ingin melihatmu menikah."
Spontan, mata Aidagan melebar kaget. Itu adalah kalimat yang paling tidak ingin Aidan dengar sepanjang hidup. Benar-benar haram untuk memasuki gendang telinganya.
Tidak hanya permintaan Raja Will yang membuat Aidan tertegun, namun juga tiga kata pertamanya. Sebelum ayah pergi.
Apa jangan-jangan saat itu Raja Will sudah merasa bahwa hidupnya tidak lagi lama?
Padahal di pandangan Aidan, kondisi Raja Will tidak seburuk itu. Bahkan dokter kerajaan juga mengatakan bahwa Raja Will memiliki sistem imun yang bagus karena bisa menetralisir banyaknya racun yang masuk ke dalam tubuh.
"Menikahlah dengan putri ketua dewan negara, Aidan. Dia seorang Lennox, silsilah keluarga mereka akan membantu dan menguntungkan mu kelak,"
Nama belakang Lennox diberikan kepada mereka yang leluhurnya memiliki andil besar atas berdirinya Kerajaan Hillerburgh. Oleh karena itu keturunan Lennox akan memegang beberapa posisi penting dalam sistem pemerintahan kerajaan.
Kilas balik menyakitkan itu buyar kala Aidan mendengar suara seseorang memanggil namanya. Saking seriusnya dia merenung sampai tak sadar bahwa hari sudah mulai gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scar
Fanfiction[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN] Aurora Fontaine atau lebih akrab disapa Rory. Dia seorang gadis berusia dua puluh tahun. Banyak orang menyukainya. Dia cantik, ramah, pandai menenun dan menyulam. Namun kisah hidupnya jelas tak secantik parasnya...