[37]

24.6K 3.3K 99
                                    

Ish, biasanya perlu semaleman buat dapet 200 vote. Hebat lah ada peningkatan. Lope deh🤍

✧══════•❁❀❁•══════✧

Salgara menghela nafas begitu mendengar pekikan Valan dan tawa Aan. Sedari tadi, Aan tak henti hentinya tertawa sembari mengigiti area dada Valan, meski masih terbalut pakaian.

Wibu prik itu sangat bahagia karna sudah diperbolehkan pulang, ketiganya berada di mobil, menuju Mansion Salgara, dengan seorang sopir yang menyetir. Salgara duduk di kursi penumpang depan, Aan dan Valan berada di kursi belakang, dengan Aan berada di pangkuan Valan. Walaupun dahi Aan dan tangan kiri Aan masih perlu diperban, hal itu tidak menghalangi remaja itu untuk berbuat usil pada Valan.

"Udah. Baju Abang basah nih"

"Tapi Adek masih ingin" Valan sontak menutup area dadanya dengan kedua tangan.

"Pakek pacifier sana! Daripada gigitin Abang" ucap Valan.

"Nggak! Kelihatan kayak anak kecil!!" balas Aan polos.

"Apa bedanya sama gigitin dada Abang, heh?" kesal Valan.

"Beda!" seru Aan.

"Udah ih! Bobok aja!!" Valan mendekap paksa Aan agar tak kembali mengigit dadanya.

"Uh! Janan peluk peluk! Janan ihh! Abang~!" Aan berontak dalam dekapan Valan, bukannya dilonggarkan Valan malah mengeratkan dekapannya, tak membiarkan Aan bergerak bebas.

"Uh! Abang~~!!" rengek Aan. Valan diam saja.

"Ayah!!! Tolong Adek. Abang peluk erat, bisa bisa Adek kehabisan nafas" tangan kanan Aan yang bebas berusaha meraih Salgara yang duduk di sebelah sopir.

"Abang" peringat Salgara. Si sulung Salgara itu hanya terkekeh dan melepaskan dekapannya, dan mengecup pipi Aan secara brutal.

"Abwang.... Lemwakna ikwut kwesedwot~" Aan mencoba menahan kepala Valan, tapi tak berhasil, karna perbedaan tenaga. Valan mengigit pipi Aan sebagai akhir dari kecupan brutal itu.

"hiks.... ABANG!!! Pipina Adek atit!!!" tangis Aan. Valan tak peduli, membiarkan Aan duduk di pangkuannya sembari terisak kecil.

Hitung berapa kali pipi Aan kena gigit?

"Ayah" panggil Valan, nadanya terdengar serius seolah mengkode Salgara.

"Dimana?"

"Di belakang"

"Apanya yang di belakang, Bang?" tanya Aan, kepalanya menyembul, menatap belakang mobil.

"Ada geng motor kah?" tanya Aan, menatap kagum pada segerombolan motor yang berada tepat di belakang mobil mereka. Seolah, membuntuti.

"Tambah kecepatan" perintah Salgara pada sopir.

"Abang, motornya kayak mau nabrak mobil kita" ucap Aan.

DUG

DUG

"Abang.... hiks..... Adek takut" ucap Aan sembari memeluk Valan. Valan berdecih ketika beberapa pengemudi motor itu mengetuk kaca mobil, padahal mobil masih melaju.

"Ayah! Kita selesaikan disini! Biar Pak sopir yang bawa Andrean!"

"Jangan!! hiks.... Jangan tinggalin Adek.... hiks....." tangis Aan, ia semakin mengeratkan pelukannya.

Happiness For AndreanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang