PART 1

58.2K 2.4K 25
                                    

PART 1

Setelah kejadian kemarin, aku dipindahkan menjadi sekretaris Ravi. Alasannya, bahaya bila karyawati teledor sepertiku, ada di bagian penjualan. Otomatis sekretaris Ravi mengganti posisiku. Hari ini, hari pertamaku menjadi sekretarisnya, dan aku tidak tahu apa saja perkerjaanku.

Dari jauh kulihat Ravi baru tiba di kantor. Jantungku mulai berdebar aneh. Entahlah, sejak ia memintaku menjadi isterinya, aku malah jadi sering memikirkannya. Bukannya aku munafik menolak lamarannya, tapi rasanya sangat tidak mungkin kalau menikah hanya untuk melunasi hutang saja.

Melihat dari wajahnya yang masih muda, kutebak umur Ravi mungkin baru diawal tiga puluh. Entahlah pastinya berapa.

"Raisa," sapanya.

"Eh iya, Pak," aku spontan menjawab. Lamunanku buyar seketika.

"Ikut ke kantorku."

"Baik Pak"

Aku segera berdiri. Jantungku terus berdebar tidak karuan. Duhai, tak mungkin aku mulai jatuh cinta pada atasanku sendiri.

"Mau berdiri di situ sampai kapan?"

Wajahku memerah ditanya seperti itu. Ketahuan kalau aku lagi melamun.

Setelah dipersilakan, aku duduk di kursi kosong di depan meja kerja Ravi.

"Nanti kamu minta daftar tugas kamu sebagai sekretaris sama Siska."

Aku mengangguk mengiyakan tanpa banyak bertanya lagi.

***

"Ayo, Raisa'"

"Hah?" aku kaget saat mendengar suara ajakan yang tiba-tiba saja memukul gendang telingaku. Aku sama sekali tidak sadar kapan Ravi keluar dari ruangannya.

"Ada meeting di luar," katanya sambil lalu.

"Saya ikut Pak?" tanyaku tak percaya. Setahuku, Bu Siska hampir tidak pernah ikut dengannya meeting di luar kantor.

"Iya, ayo buruan!" Perintahnya sambil berjalan terus. Harum parfumnya yang elegan masih berjejak di penciumanku.

Dengan tergesa-gesa aku meraih tas, dan ponsel blackberry-ku. Setengah berlari aku mengikuti Ravi yang sudah jauh meninggalkanku di belakangnya.

Tidak sampai lima belas menit, mobil Audy milik Ravi terparkir rapi di basement Mega Mall,yang pastinya pengunjungnya adalah orang-orang kelas menengah atas. "Kita meeting di sini Pak?" tanyaku heran.

"Udah, jangan banyak tanya. Ayo buruan!"

Aku mendesah dalam hati. Si bos benar-benar tak pernah mau berbasa-basi. Terlalu cool.

Aku membuka pintu mobil dan berjalan tergesa-gesa mengikutinya. Mungkin lama-lama paha dan betisku bisa berotot dan tambah seksi , kalau aku terus berjalan cepat seperti ini.

Aku duduk bersama Ravi disalah satu cafe di mal elite ini. Gelas jusku sudah pun kosong, makan siang sudah pun kusantap. Tapi, orang yang ditunggu belum juga tiba. Aku mulai gelisah. Bingung melihat Ravi yang sedari tadi hanya diam dengan ponsel androidnya. Sesekali kulihat ia melirikku.

"Pak, kapan meetingnya?" tanyaku tidak sabar, Aku mulai bosan menunggu.

"Mungkin sebentar lagi," jawabnya cuek. Matanya kembali menatap layar ponselnya.

Aku menarik napas panjang, tidak bisa berbuat apa-apa. Ya beginilah dimana-mana. Yang namanya anak buah harus selalu nurut pada bos.

"Hei, Raisa!"

Aku menoleh saat mendengar sebuah suara memanggil namaku. Sejenak kulihat Ravi turut mengangkat wajah, ikut memandang ke arah yang sama.

"Andry?" tanyaku tak pecaya. "Kapan pulang?" tanyaku lagi. Sungguh ini sebuah kejutan. Andry teman dari masa kecilku. Dulunya ia tetangga sebelah rumahku. Sejak beberapa tahun yang lalu, mereka sekeluarga pindah ke Kota Surabaya. Katanya usaha restoran seafood papanya di sana sudah sukses.

Caramu Mencintaiku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang