8.1K 848 23
                                    

KOTA YOGYAKARTA

-
-
-
-
-

Hari ini, Kazeeya sampai di kota Yogyakarta. Sesuai permintaan nya kemarin Nageshan langsung mengiyakan permintaan anaknya. Dan hari ini merupakan hari pertama Zee berada di Jogja. Yogyakarta yang terkenal dengan ke istimewanya, kembalinya putri Jogja yang berupa manis dan wibawa seorang ibu yang mengalir pada setiap tetes darahnya. Pahatan wajah yang begitu mempesona bagaikan bidadari yang turun ke bumi. Grace menatap sekitar, sudah hampir 5 tahun ia tak kembali ke tanah kelahirannya, selama itu, Grace menyibukkan diri guna mengikhlaskan sang buah hati yang hilang entah kemana.

"Zee mau ke rumah nenek dulu ya pah, sebelum ke hotel," minta Zee pada Nageshan.

"Oke."

Kota Yogyakarta adalah tujuan utama Zee sejak dirinya masih kecil, sedari ia lahir dan menjadi seorang kakak, Zee dan keluarganya tak pernah melewatkan berlibur ke kota Yogyakarta, hingga insiden yang tak pernah ada dibayangannya terjadi begitu saja, musibah besar menimpa keluarganya. Nageshan dan Grace menuruti permintaan anak sulungnya, hitung-hitung peleburan rasa bersalahnya pada anak yang sempat kedua orang dewasa itu abaikan. Grace benar-benar akan membayar semua hutang yang sudah ia tabur sedalam itu pada Zee, begitupun dengan Nageshan yang akan terus membuat dua wanitanya tersenyum senang.

Rumah besar bernuansa Jawa Tradisional, berdirikan tiga pilar besar dengan ukiran Jawa yang menghiasi dinding kayu diruangan ini. Bangunan Joglo yang terbentuk sejak Grace masih kecil hingga dirinya sudah sukses dikarirnya dan memiliki dua orang anak gadis. Masa kecil Grace berada di rumah Joglo khas Yogyakarta. Disaat-saat masa sulitnya Grace bertemu dengan Nageshan yang menawarinya sebuah buah coklat kemudian mengajaknya menjadi pasangan hidup. Grace dan orang tuanya berfikir bahwa buah yang Nageshan bawa adalah kenakalan anak remaja saja, tetapi kegigihan Nagehsan membawa kedua orang tuanya dan berbicara bahwa yang ia sampaikan pada orang tua Grace adalah keseriusannya terhadap Grace. "Rumah nenek kakek nggak pernah berubah ya?" ucap Zee.

"Iya, tapi keren 'kan Zee, lebih adem gitu kalau lihat rumah nenek kakek," Jawab Nageshan.

"Dari zaman mama kecil cuma ada tiga joglo besar itu dan yang lainnya dibangun ya karena mama nikah sama papamu Zee."

"Woww berarti usia joglo ini udah setua mama ya?" Tanya Zee kemudian Nageshan tertawa, pertanyaan Zee seperti sedang meledek Grace.

"Mama belum setua itu kali Zee, joglo ini udah ada sebelum mama lahir," jawab Grace.

"Ya maaf mah, barangkali mama memang tua," ucap Zee lagi.

Karena kesal Grace mencubit hidung Zee hingga Zee sedikit kesusahan untuk bernafas. Seperti badut, kini hidung Zee merah seperti tomat yang sudah matang. Memang sesekali harus diberi pelajaran anak seperti Zee.

"Mah sakit nih hidung Zee, nanti kalau sampai dalem terus nenek tanya ini kenapa Zee nggak mau bohong. Zee bakal aduin ini ke nenek biar mama kena cubit juga," Zee berlari masuk kedalam rumah neneknya untuk mengadu.

"Kamu sih, cubit hidung Zee. Kasian tuh anak aku jadi merah hidungnya," ucap Nageshan yang sedari tadi hanya menahan tawanya.

"Kamu mau aku cubit juga hah?" Gertak Grace.

"Nggak gitu maksud aku, sayang, aku kasian sama Zee, dia hampir nangis loh tadi. Aku nggak tega liatnya, tapi memang benar sih Grace kita sudah tua," ucap Nageshan.

Sebuah tangan melayang dan mendarat tepat di perut Nageshan, perasaan nyeri beradu dengan perih yang menusuk kulitnya. Nageshan hanya merintih kesakitan karena tak berani melawan istrinya, walaupun begitu Nageshan masih sempat memberikan senyum hangatnya pada Zee saat anaknya itu mengintip keduanya dari sela-sela jencela di dalam rumah.

PILIHAN [NEWERA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang