RENCANA BERLIBUR
-
-
-
-
-Keluarga kecil Nageshan tengah menyantap hidangan sarapan yang telah disiapkan oleh Grace dan Zee yang membantu sang Mama, walaupun hanya memotong beberapa bagian sayuran dan buah-buahan tetapi sangat cukup membuat Grace tersenyum senang. Semalam saat Grace dan Geshan pulang dari pekerjaan yang melelahkan, Gito menghampiri keduanya, pria itu menyampaikan pesan yang Zee berikan. Grace lebih dulu masuk ke dalam rumah dan bergegas menuju kamar sang anak, melihat wajah letih dari anaknya membuat hati Grace tergores, Ia lagi dan lagi melanggar ucapannya. Ibu dari dua anak itu berjanji akan selalu ada untuk sang bauh hati tetapi perkerjaan menuntutnya untuk segara diselesaikan, tak mau hanya berdiam diri melihat pekerjaan karyawannya menumpuk, Grace memilih untuk ikut terjun ke lapangan guna menyelesaikan masalah di kantornya.
Pagi ini ruangan 4x4 itu penuh warna, Nageshan yang senantiasa memandang kedua perempuan berharga dihadapannya, senyum yang terukir diwajah cantik sang anak dan rupa ukiran cantik wajah Grace, si pemilik hati. Grace dengan telaten menyiapkan nasi dan segala lauk untuk suami dan anaknya. Zee yang tersenyum senang, menanti sarapan yang sang mama siapkan untuk dirinya. Gadis itu bersungguh-sungguh ingin menceritakan segala hal yang ia jalani kemarin, sejak dirinya kecil tidak pernah sekalipun dirinya menyembunyikan perasaan gundah gulana, sedih, bahagia, pikirannya yang kusut bahkan kegagagalannya sekalipun kepada kedua orang tuanya. Pagi ini Zee akan menceritakan seseorang yang membuat hatinya tak tenang sejak pertemuan asing yang membekas.
"Zee, kata Pak Gito kamu mau cerita sama kita ya?" tanya Nageshan setelah istrinya menduduki kursinya.
"Oh iya Pah, pasti semalem Pak Gito bilang sama papa ya. Tadinya Zee mau cerita waktu Papa Mama pulang tapi Zee malah ketiduran."
"Aku kemarin habis nolongin anak SMP yang kecelakaan 'kan Pah." Zee mulai menceritakan kejadian kemarin yang menimpa gadis manis yang malang. "Terus Zee ngerasa nyaman banget sama anak itu, anehnya Zee langsung bisa akrab. Zee nggak bisa jelasin rasanya kayak gimana, tapi waktu dia panggil aku 'kak' aku ngerasa kayak kata pertama yang Reva ucapin waktu dia belajar bicara," lanjutnya.
"Kamu tau nama dia Zee?" tanya Geshan .
"Aku udah tanya Pah, tapi dia keburu dijemput."
"Coba kamu cari tau deh Shan, kalau memang benar yang dimaksud Zee itu adeknya gimana? Aku kangen banget kita bisa ngumpul berempat lagi." Mata Grace mulai berkaca-kaca. Penantian yang panjang, penuh harapan ia toreh pada suaminya agar pencarian itu berlanjut meski harapannya hanya seujung ranting kecil.
"Iya Grace, nanti aku cari dia. Kamu jangan sedih dong kan masih ada Zeeya." Tangan Geshan merangkul istrinya. Memberi ketenangan melalui kehangan yang menyalur. Nageshan hanya bisa berupaya semampunya, semua tenaga dan waktu telah ia kerahkan untuk mencari anaknya, adek dari Kazeeya yang hilang sepuluh tahun yang lalu.
"Mah jangan sedih ya, Zeeya nggak akan kemana-mana kok, Mama selalu punya Kakak Zeeya." Zee memeluk Shani sangat erat.
o0o
Di sudut rumah mewah terdapat kolam renang besar dan di pinggirnya terdapat tanaman hias yang beragam. Langit menjadi atap kolam renang berwarna biru jernih dengan arus air yang berirama. Kazeeya memainkan kakinya di dalam air, bergerak ke kanan dan kiri, mengayun ke depan kemudian kembali kebelakang. Dirinya diam cukup lama, memikirkan apa saja yang perlu ia siapkan untuk menanti kenyataan yang akan datang. Harapannya tak pernah terkubur, Ia selalu menanti kehadiran di kekosongan hatinya entah bertahun-tahun kosong tak berpenghuni.
Tangis Zee tak lagi ia sanggup menahannya, dirinya menangis. Tetesan air mata Zee jatuh menjadi pecikan kecil di kolam renang. Ia menunduk, menyembunyikan kesedihannya dari orang-orang yang lalu lalang dibelakang sana. Kini yang Zee lihat hanya bayangan tubuhnya dipermukaan air yang entah bagaimana terlihat kecil dan menyedihkan. Grace datang dengan tergesa, mengusap punggung anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHAN [NEWERA]
Fiksi PenggemarKesempurnaan bukan dimiliki namun menyempurnakan dengan mencari. Jika aku tak bisa mengenggammu, maka ikutlah denganku dan hidup bersamaku lebih lama lagi. Selama pandanganmu tak berubah, Aku tidak akan bermain dengan perkataanku. Ikutlah bersamaku...