Akhir pekan adalah hari yang paling ditunggu oleh umat manusia yang ada didunia, dari segala usia tak terkecuali anak laki-laki berusia enam tahun yang sedang tersenyum sumringah diberanda rumahnya dengan sebuah topi pesta berbentuk kerucut diatas kepalanya.
Sebenarnya lebih dari akhir pekan seperti biasanya, hari ini merupakan hari yang spesial bagi bocah cilik itu karena hari ini adalah hari ulang tahunnya. Maka dari itu antusias dari tubuh yang berukuran tak lebih dari empat kaki itu menjadi dua kali lipat, semua itu disebabkan undangan yang telah disebarkannya beberapa hari yang lalu yang menandakan bahwa sebentar lagi teman-temannya akan datang ke rumahnya untuk bermain bersama dan merayakan hari ulang tahunnya tersebut.
Dari mulai menunggu dikursi yang terpajang di beranda sembari melihat jalanan didepan halaman rumahnya yang dilalu lalangi oleh beberapa orang yang sedang mengajak jalan peliharaan mereka, atau tak berhenti berpindah dari kursi ke pagar rumah untuk memastikan temannya yang akan datang ke pesta ulang tahunnya tidak salah jalan sampai akhirnya tiba dimana kepalanya tertunduk lemas memandangi sepatu bergambar dinosaurusnya yang baru saja dibelinya kemarin berasama ibunya sebelum memutuskan masuk ke dalam rumah setelah 10 menit berlalu.
"Oh, Mu Qing, apa teman―"
"Mereka tidak datang."
Perempuan cantik yang terlihat masih sangat muda diusianya yang sudah menginjak kepala tiga itu pun segera mengulum bibirnya kala mendengarkan kalimat yang diucapkan anak tunggalnya, melihat bagaimana wajah sang anak yang sejak awal bangun tidur terlihat begitu ceria dan bersemangat lalu berubah menjadi mendung dan suram seperti sekarang tanpa disadarinya membuat hatinya ikut berubah muram pula.
"Teman-temanku tak akan pernah datang," suara bocah itu mulai terdengar parau, bahkan wajahnya sudah mengkerut seperti akan menangis dalam hitungan detik kedepan. "Aku tak punya teman, ibu." Rengekannya terdengar begitu menyakitkan.
Setelah sekian jam lama menunggu, tanda-tanda jika teman-teman satu kelasnya disekolah dasar yang baru saja ia tempati dua minggu yang lalu itu benar-benar tak terlihat sama sekali. Mungkin ini juga lah alasan mengapa selama ini dirinya selalu melaksanakan pesta ulang tahun ditempat sepupunya―Xie Lian dahulu sebelum pindah, ini pasti karena sebenarnya dirinya tak mempunyai teman sama sekali dan yang datang saat itu adalah teman-teman dari sepupunya, ya pasti seperti itu yang sebenarnya terjadi mengingat bagaimana populernya sepupunya Xie Lian itu disekolahnya yang dulu. Tapi sekarang dirinya sudah pindah, tak ada lagi sepupunya yang bisa ia ajak untuk merayakan juga membantunya untuk mengundang teman-temannya yang lain untuk menghadiri pesta ulang tahunnya.
"Oh, sayang," kedua tangan yang besar hingga mampu menangkup dua pipi penuh milik Mu Qing itu pun mengusap kulit wajahnya yang selembut sutra dengan ibu jari dimasing-masing sisi yang ada. "Jangan berpikir seperti itu ya sayang, itu semua tidak benar." Sang Ibunda yang tadi telah berhasil menghampirinya setelah meletakan piring penuh berisi kudapan itu pun berjongkok dihadapan sang anak, mengucapkan kata-kata penenang demi membuat perasaannya lebih baik. "Pasti ada hal lain yang menahan mereka, mungkin kita bisa mengadakan pestanya minggu depan lagi, ya?"
Seolah sedang diganggu oleh Qi Rong―sepupunya yang lain saat sedang bermain, ucapan ibunya kini tak ia tangkap sama sekali, masuk telinga kiri kemudian keluar telinga kanan. Sakit hati atas kenyataan dirinya tak mempunyai teman telah menghancurkan hari terbaiknya hingga sepertinya ia tak lagi memiliki energi untuk hal lain selain bersedih dan menangis. Dan mungkin ia pikir, diganggu terus-menerus oleh Qi Rong akan jauh lebih baik daripada tak mempunyai teman untuk berbagi permainan dan canda tawa.
Terlalu kalut akan pikirannya sendiri, Mu Qing pun sampai tak mendengar suara bel pintunya berbunyi, membuahkan ibunya yang beranjak meninggalkannya untuk membukakan pintu demi seorang perempuan yang terlihat tak jauh usianya dengan sang ibunda juga seorang anak laki-laki yang memiringkan kepalanya menatap Mu Qing yang berlinang air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly I'm At A Wedding Party
Fiksi PenggemarMu Qing merasa dirinya tak mempunyai teman karena pesta ulang tahunnya tak mendapatkan satu sapaan sekali pun dari teman-teman sekelasnya, dan disaat dirinya ingin menyerah salah satu temannya datang dan mendeklarasikan diri akan selalu datang ke se...