BAB 1: Yuriza Amelia

81 35 45
                                    

"Mamak serius?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mamak serius?"

Wanita paruh baya itu menghela kan nafasnya, "ya mau gimana lagi, ini sudah nasib kita nak. Mau gak mau mamak harus relain kamu."

"Gak, aku gak mau!" Ucap gadis itu kesal.

"Terus mau kamu apa?" Lalu wanita yang dipanggil mamak itu memegang bahu gadis tersebut, "kita bukan siapa-siapa, nurut ya?"

"Maaak plis, Riza gak mau!" Ucap gadis yang dipanggil Riza tersebut dengan tegas.

"Kalau kamu gak mau, mamak gak akan minum obat!" Ya, itu adalah kata-kata yang Riza hindari. Selalu saja, kalau sudah begini apakah ia bisa membantah? Sungguh ibunya ini keterlaluan sekali.

Yuriza Amelia atau sering di sapa dengan nama Riza. Seorang gadis desa yang sekarang malah ingin di angkat oleh seorang pengemis di kota? Yang benar saja.

Kata sang ibu, pengemis tersebut mengancam ibunya. Jika sang ibu tak memperbolehkan Riza di angkat menjadi anaknya, maka seluruh harta kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya akan menjadi milik si pengemis tersebut.

Awalnya Riza tak percaya, tapi ketika ibunya menceritakan bahwa ibunya pernah meminjam beberapa uang dari pengemis tersebut dan menandatangani kontrak tanpa membacanya terlebih dahulu membuat Riza mau tak mau harus percaya.

"Mamaak," Riza menghela nafas beratnya, "yasudah terserah mamak, Riza nurut aja," Putusnya berat.

"Maaf ya nak," Ucap Mamak sedih.

Mereka berdua berpelukan sebelum akhirnya berpisah meninggalkan Riza seorang diri dengan orang asing di kota.

🐧🐧

Derap langkah kaki bersahutan dengan bisingnya kelakson kendaraan. Tak ada lagi udara sejuk, dan embun pagi yang dingin. Disini dominan sekali akan gedung pencakar langit dan polusi yang berterbangan di udara.

Kota,

Tempat sibuknya orang-orang dari berbagai kalangan. Dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Saat di desa derajat si kaya dan si miskin tidaklah terlalu kentara. Dikarenakan rumah-rumah yang dimiliki tidaklah jauh berbeda karena masih menganut sistem persamaan bentuk bangunan.

Hal itu berbanding jauh sekali dengan yang ada di kota. Orang-orang justru dengan sengaja mendirikan bangunan-bangunan megah untuk membedakan dirinya dengan orang lain yang dibawahnya. Semua orang bekerja dengan keras agar bisa bersaing satu sama lain.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum, permisi!"

"Sudah datang kamu?" Ucap seorang wanita tua.

RIZA: si gadis desa (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang