Post cepet gak masalah kan?
Enggak dong!!Sabar ya sabar, selama libur sekolah ini aku akan usahain untuk update tiap harii, stay tune!!!
Dilihatnya seorang lelaki seumurannya sedang mencabuti rumput-rumput liar di halaman Mbok Yaya. "Wisnu?" Ulangnya.
"Iyaa, tetangga kita tapi dah mbok anggap cucu. Soalnya dia baik banget sih sama mbok," Mbok menjeda ucapannya lalu, "WISNU SINI NAK!!" Panggil Mbok.
"IYA MBOK!" Sahut lelaki yang diketahui bernama Wisnu tersebut.
Perawakan tinggi, hidung mancung, alis rapih yang tebal dan mata tajam itu datang menghampiri tempat dimana mbok Yaya dan Riza berada.
"Ganteng bangett!!!!" Jerit Riza dalam hati.
"Nak Wisnu, kenalin nih cucu mbok, Riza."
Wisnu menoleh ke tempat Riza berada, "Wisnu."
"Ekhm," Setelah nafasnya netral Riza membalas uluran tangan tersebut, "Riza."
"Nak Wisnu boleh tolong mbok?" Ujar mbok Yaya. Sepertinya Riza sudah tau maksud mbok Yaya, karena saat ini gadis itu sudah bersiap-siap masuk kembali ke dalam rumah.
"Boleh mbok," Sahut Wisnu
"Mbok, Riza kedalam dulu ya permisi."
Sebelum itu terjadi, mbok langsung menarik tangan gadis tersebut, "eits bentar dulu," Tatapannya kini beralih, "nak Wisnu ajak Riza jalan-jalan dulu ya, dia baru soalnya."
"Gak usah mbok, Riza mau istirahat aja," Tolak Riza terus terang.
"Loh nak, mbok sudah panggil nak Wisnu gak enak loh. Yuk sana!!" Ujar mbok, bukan rayuan tapi seperti perintah yang tak boleh dibantah.
Terpaksa Riza berjalan mengikuti Wisnu. Jangan harap beriringan, karena saat ini Riza sudah seperti anak ayam Upin Ipin yang hilang.
"Lama banget sih cepet sini, lo jalan dah kayak anak gak dikasih makan setahun."
Riza yang awalnya lemas, tiba-tiba menegakkan tubuhnya mendengar ejekan yang berasal dari lelaki di depannya.
Tangannya bersedekap dada, "dih sok baik lo di depan mbok. Taunya songong!" Balas Riza tak kalah jutek.
"Terserah."
"EEEH TUNGGU!!"
"Enak aja udah ngajak jauh-jauh kesini, eh malah di tinggal," Dumel Riza, "mana tau gue jalan dis-eh apa ini!"
Riza benar-benar terkejut kala gadis itu menginjak botol plastik yang berserakan.
Ide gila muncul dikepala gadis tersebut. Dengan senyum smirk, Riza berjalan mengendap-endap.
Satu..
Dua..
Tuk
Botol tersebut kena tepat sasaran. Wisnu yang merasa kepalanya terkena sesuatu, reflek menoleh. Tatapannya kini tertuju pada satu benda, botol.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIZA: si gadis desa (Hiatus)
Teen FictionBerpindahnya gadis desa ke kota adalah suatu musibah yang besar. Keadaan ekonomi di kota sangatlah jauh berbeda dengan keadaan ekonomi di desa. Bisa saja mereka mengaggapmu rendah, atau bahkan mereka akan menjadikanmu seorang babu. Maka bersiap-sia...