BAB 3

14.5K 1.8K 10
                                    

Setelah kejadian di mana Theodor 'diusir' oleh Kai, dia semakin sering mendatangiku. Lebih tepatnya mengganggu, mengikuti aku seperti anak bebek yang mengikuti induknya.

Seperti saat ini, aku sedang duduk di bangku kelas dan Theodor di depanku. Sudah lebih dari satu jam dia di sini, memandangiku dengan mata menyipit dan alis mengernyit.

Dia tambah jelek!

Dan makin terlihat brengsek pastinya.

Awalnya aku mengabaikannya, namun karena sudah satu jam dia berperilaku seperti itu, tentu saja aku tidak ingin kalah. Kami saling beradu pandangan. jangan salah paham! ini bukan sesuatu yang romantis. Sama sekali BUKAN!

Akan menjadi konyol sekali jika seorang Theodor dapat memandang Celesta dengan pandangan romantis.

Aku memandangnya remeh dengan tangan disilang di depan dada.

HAH! Nantangin.

"Aku nggak akan menarik ucapanku tentang pembatalan pertunangan. Ingat itu"

Kenapa malah membahas pertunangan sih? kalau mau membatalkan pertunangan batalkan saja, aku tidak melarangnya. Memuakkan.

Aku benar-benar ingin menjambak rambut putih seperti uban itu! Narsis sekali dia!

"Aku juga nggak ngelarang kamu. Bodoh"

Theodor sepertinya terkejut dengan ucapanku, mungkin karena Celesta sebelumnya tidak pernah mengumpat atau membicarakan hal buruk tentangnya. Tentu saja aku tidak akan seperti itu, aku akan membalas!

Wajahnya tambah jelek setelah mendengar omonganku. MAMPUS! Jadi orang jangan terlalu narsis. Itu menyebalkan.

"Theodoric Milles, ingat, dunia nggak berputar di sekitar kamu! Jangan terlalu percaya diri. Aku nggak ada larang kamu untuk membatalkan pertunangan!"

"Kamu nggak pantas buat aku kejar-kejar. Kai lebih tampan dari kamu! Itu artinya kamu buruk rupa! Dia lebih pandai dari kamu, itu artinya kamu bodoh! Bahkan dia lebih seksi dari kamu!"

"Nggak ada satupun hal di dalam dirimu yang bisa mengalahkan kakakku, jadi, JANGAN NARSIS!"

Dengan satu tarikan nafas aku selesai mengucapkan kalimat panjang itu, Theodore sepertinya merasa malu sekarang.

Aku tidak perduli walau semua orang di kelas sedang menatap kami, bodo amat! Aku senang karna bisa membuat Theodor tidak berkutik hahaha.

Lihat wajahnya yang jelek itu tambah jelek. Seluruh badannya tegang, seolah semua yang baru ku katakan tadi adalah petir yang menyambarnya.

Aku tidak mengerti kenapa Celesta di dalam novel sangat menyukainya. Baiklah, aku tarik kata-kataku yang mengatakan bahwa dia jelek, Theodor sangat tampan, namun apalah arti wajah tampan jika pemiliknya adalah jelmaan setan brengsek. Dia bahkan tidak bisa menyamai ketampanan dan keseksian Kai, tidak. Bahkan 50% pun TIDAK.

Rambutnya putih, memang sangat cantik dan berkilau seperti rambut peri. Tapi karna itu rambut Theodor, itu malah terlihat seperti uban! Benar-benar tidak cocok dengan kelakuan kasar dan pemaksanya.

Mungkin mata merah darahnya lebih cocok dengannya. Mengerikan, seperti ingin melahap semua mahkluk yang menentang perintahnya. Seperti vampir yang haus darah.

"Lebih baik kamu pergi ke kelasmu deh, orang-orang nggak nyaman dengan kehadiranmu disini. Bikin Suasana sesak saja!" Aku mengusirnya, namun sepertinya Theodor tidak mengerti dan tidak mau mengerti. Dia tetap keras kepala menetap di kelasku dan terus memandangiku.

Habis. Habis sudah kesabaranku. Aku mulai berdiri dan menjambak rambut putih Theodor, dia berteriak dan mencengkram tanganku yang menjambak rambutnya.

Kali ini aku benar-benar melakukannya, bukan hanya sekedar anganku. Theodore yang tidak siap pun merasa kesakitan, rasakan!

"Lepaskan."

Sialan! Cengkraman tangannya sangat sakit. Sudah kubilang, dia sangat kasar! Benar-benar bukan tipeku. Aku lebih suka laki-laki yang lembut daripada kasar dan memaksa, seperti saat Kai memperlakukanku.

Aku tidak mengerti kenapa Celesta bisa menyukai laki-laki kasar ini, apa dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika dia menikahi laki-laki seperti ini? Mungkin dia akan menjadi korban KDRT setiap harinya.

"Lepaskan tanganku dulu!"

Tentu saja aku tidak mau kalah. Enak saja! Kalau ada yang harus mengalah terlebih dahulu, itu pasti bukan aku!

Mungkin aku akan mengalah dengan tanteku, tapi tidak mungkin dengan Theodore.

Untung saja Theodor melepaskan tanganku yang sudah merah karna cengkeramannya, aku semakin kesal. Aku jauhkan tanganku dari rambutnya, lalu pergi menjauh. Kemanapun, asal tidak ada setan' berwujud manusia seperti Theodor!

Hariku selalu saja sial jika bertemu dengan Theodore makhluk jadi-jadian itu.

Wahai penulis yang sudah menciptakan karakter menyebalkan seperti Theodor, bisakah kau buat dia menjauh dariku? Biarkan saja dia mengejar kakakku.

Kalau perlu, hilangkan saja dia!

**

Tentu saja Theodor tidak menghilang.

Dia masih ada, dan sekarang berada di kantin bersama teman-temannya. Namun matanya terus memandangiku. Akan aku congkel matanya! Aku pelototi dia, lalu kembali makan bersama Av dan Kai, tidak lupa pula seorang laki-laki tampan di samping Av.

Dia pemeran utama pria! Tentu saja dia tampan, sangat tampan. Mata berwarna hijau emerald dan rambut yang sewarna dengan matanya. Hidung mancung dan bibir tebal merah mudanya terlihat sangat seksi.

Dia benar-benar cocok dengan kak Av, aku akan setuju dan mendukungnya. Daripada Theodor yang kasar, pria ini lebih lembut dan memperlakukan Av dengan manis.

"Kak, pulang nanti temani aku beli cokelat!"

Kai melihatku, dan mengangguk "Jangan banyak-banyak, nanti Diabetes"

Aku merenggut. Menyebalkan! Di dunia asli dan novel sekalipun aku tidak bisa makan cokelat sampai puas. Dulu setiap melihat bungkus coklat di kamarku, ibu akan mulai mengomel.

"Lima" kataku, yang tentu saja mendapat gelengan dari Kai dan Av.

"Dua, tidak lebih." Tidak! Itu terlalu sedikit. Dengan keras kepala aku menggeleng dengan wajah kesal. "Lima! Kenapa sih, aku beli pakai uang jajanku kok, aku nggak minta dibayarin."

"Tiga, Cel. Tiga atau nggak"

"Oke, tiga. Tapi pakai uangmu"

Aku kembali memakan bakso yang baru ku makan sedikit, aku tidak suka pedas. Tapi bakso ini terlalu pedas, tidak tau siapa yang memberikan sambal.

"Kak, bakso kakak pedas nggak?"

"Nggak pedas"

Setelah mendengar itu aku langsung menukar bakso yang baru akan disantap oleh Kai dengan bakso milikku, lalu nyengir. Tidak peduli mau dia bilang apa, aku benar-benar nggak mau makan pedas!

Tiba-tiba ada seseorang yang meletakkan mangkok berisi bakso dan air mineral di hadapanku, lalu orang itu duduk persis di depanku.

Uhuk! Aku tersedak, Av dengan panik mengambilkan air untukku lalu diserahkannya ke Kai Karna jaraknya agak jauh dariku. Kai sibuk memberiku minum sambil mengelus punggung ku. SIALAN! Bajingan mana yang tiba-tiba muncul dan membuatku tersedak.

Saat mendongak untuk melihat orang yang duduk di hadapanku, aku malah kembali tersedak.

ANTAGONIS! Di hadapanku sekarang adalah antagonis yang mengganggu hubungan Av dan pemeran utama.

Apa Kematianku sudah dekat? Tidak! Aku masih mau hidup.

Celesta & Tuan Antagonis [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang