lalu, aku harus apa?

8 1 0
                                    

sampai saat ini, kita tidak tau ingin ke-arah mana. aku selalu teguh dengan mimpi ku, tapi kamu selalu teguh juga menebar harap. atau malah, cuma aku yang teguh berharap. kamu menjadi luka terindah bagi ku. dan, dalam waktu yang sama kamu sukses menjadi anugrah terburuk dalam hidupku. itu bukan salah mu, itu risiko ku sebagai sang penanggung jawab atas rasa ini.

17 Juni.
  "haloo, Antya!" masih sama dengan sapaan itu.
  "aku pengen ngomong sesuatu ke Antya. Antya punya waktu lebih?." pesan singkat itu ku kirim sore hari, dan aku tidak berharap kamu membalas dengan cepat waktu itu. karena kurasa, kamu masih butuh 'ruang' yang kamu ingin.
  "hy, Ryto =D" balas mu malam itu.
  "mau ngomong apa?"
  "aku ngirim via pesan suara, ya? kepanjangan kayanya"
  "yaudah VN aja." sambut Antya hangat.
malam itu, aku kembali berpidato. untuk yang kesekian kali, aku menjelaskan perasaan dan mimpiku tentang ujung ini semua. mungkin akan sedikit riskan, tapi aku laki-laki yang harus lebih berani saja pikirku. sebelum menjawab aku sudah tau jawabannya. karena, ini bukan kali pertama. tapi, aku hanya ingin sedikit kejelasan tentang perasaanmu. kamu bilang hal-hal baik tentang ku malam itu. kamu tau, aku sadar "malam senang-senang, pagi besok sedih lagi."

keesokan-nya, kita seperti menyepelekan hal malam itu. kita bercengkrama layaknya sahabat dekat. unik, ya. kita seperti hanya memikirkan hari ini, tanpa kemarin ataupun besok.

hari ini, aku beraniin diri kan ngajak kamu telfonan?.
   "aku telfon, ya?"
HAHHAHAHAHA, itu sangat lucu. ketika aku mencoba memberanikan diri. aku senang dengan itu, tapi tidak dengan responmu huhuhuu. kamu membalas pesanku di keesokan hari.
  "ayoo" jawabmu pada sore itu.
untuk orang awam, itu pasti hal yang mengesalkan. bagiku juga, tapi aku sadar manusia lain butuh ruang untuk adaptasi. ujungnya, kita telfonan malam itu.

kamu ceritain banyak hal yang bahkan gatau itu apa dan gananya sama sekali. tapi kenapa, ceritamu menjadi hipnotis sendiri bagiku. dan, ada beberapa hal lain yang aku anggap sebagai bencana masa depan bagiku. aku harap itu semua lekas sirna.

berbicara denganmu, adalah sebuah anugrah. mengenal mu pula. tapi, sampai saat ini aku gatau aku harus apa. kamu bisa buat aku ngerasain rollercoaster tanpa aku harus menaikinya. aku dibawa naik turun oleh mu. dilempar, dan dihempas dalam waktu yang sama. hatiku engga pernah berhenti untuk terus berharap, dan risiko nya hatiku pun engga pernah berhenti untuk sakit. lalu, aku harus apa?

Bagaimana Ini BerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang