Saat ia berumur 8 tahun, Kenma sangat menyukai boneka kelinci. Ia mengoleksinya dari berbagai ukuran dari yang terkecil sampai terbesar sekalipun. Karena koleksi bonekanya begitu banyak, ia menyimpannya di suatu ruangan rahasia di dalam kamarnya—yang tidak diketahui oleh siapapun, termasuk orang tuanya.
Menurutnya, kelinci putih bersih dan bermata merah sangat menarik perhatiannya. Kenma menyukai kelinci. Meskipun ia seorang hybrid leopard dan dikenali dengan sifat mereka yang dingin, garang, dan tegas, tidak berlaku sepenuhnya dengan Kenma.
Ingat, tidak sepenuhnya.
"Sayang, kamu bermain sebentar, ya, bersama Tama," ucap sang mama ketika wanita itu membawa Kenma ke rumah kaca yang dipenuhi bunga-bunga kesayangan mamanya.
Kenma yang tidak tahu siapa itu Tama merasa tidak tertarik. Mulutnya sudah membuka untuk menolak permintaan sang mama, namun ketika iris coklat keemasannya melirik telinga kelinci putih dan iris merah menyala itu justru membuat Kenma terdiam. Semua protes yang hendak dikeluarnya tadi hanya tertahan di ujung lidah. Ia terpaku. Terkagum. Terpesona dengan presensi manusia pendek nan imut yang memandangnya penasaran.
Kenma tertarik. Sangat. Ia tarik kembali pemikiran sebelumnya dan tidak menolak sama sekali permintaannya. Bocah lelaki itu langsung duduk di hadapan Tama yang menyeruput teh dan memakan berbagai jenis cookies wortel yang disiapkan oleh mama Kenma.
"Kelinci..."
Sepasang telinga panjang putih itu menegak mendengar sepatah yang bocah itu ucap. "Kau pasti kucing?" tanyanya polos, "Mamaku bilang, kucing itu agak pemalas dan susah bergaul."
Mendengar celoteh dari seseorang berumur 5 tahun, membuat Kenma terbahak-bahak. Ia menunjuk telinga setengah bulat di kepala dan mengangkat ekor tebalnya. "Aku leopard. Lihat bintik-bintik hitam itu? Tandanya aku seorang leopard, kelinci. Aku bukan kucing."
"Aku punya nama!" Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya tak suka dipanggil 'kelinci' walaupun itu memang kenyataannya. "Tapi kau masih termasuk ke spesies kucing tahu."
"Hahaha, oke-oke. Siapa namamu, kelinci kecil?"
"Kanako Tama!" Gadis kelinci itu menjulurkan tangannya di hadapan Kenma. "Kau?"
"Kozume Kenma."
Bocah laki-laki itu menyambut juluran Tama. Perkenalan singkat itu kemudian berlanjut sampai mama Tama mengajaknya pulang. Namun, pertemuan itu tidak hanya sekali. Mereka terus berlanjut mengobrol dan sesekali Kenma mengajak Tama kecil untuk ikut bermain game di kamarnya. Sesekali Kuroo, sepupu Kenma yang hybrid jaguar, ikut bermain ketika ia bertandang.
Pertemuan pertama yang awalnya Kenma kira terasa membosankan dan tak tertarik, kini semakin hampir setiap hari mereka bertemu. Kelinci putih bermata merah menyala itu selalu menjadi favorit Kenma.
Hingga laki-laki itu menginjak usia remaja dan melalui pubertasnya, ia mulai menjaga jarak. Kenma mengalami mimpi basah yang di dalamnya bersama Tama. Ia takut jika itu membuat Tama risih karenanya, meskipun Tama tidak tahu sama sekali tentang itu. Belum lagi, saat ia mencoba tes gender keduanya, ia dinyatakan omega.
Kenma jelas sedih, marah, merasa tidak adil kepada semesta. Ia berharap menjadi seorang alpha. Ia ingin memimpin dan menjaga Tama. Namun, takdir berkata lain. Dan semenjak ia menginjak 17 tahun, Kenma benar-benar berhenti mengunjungi maupun bermain dengan gadis kelinci itu yang terus menunggunya selama di rumah.
***
"Cantik."
Telinga panjang putih itu menegak, mata merah menyalanya bersinar, dan sebuah kurva manis mulai terbentuk di bibirnya. Satu kata yang muncul dari bibir Kenma sukses membuatnya senang. Setelah tiga tahun mereka tidak bertemu tahu-tahu Kenma membuatnya tersipu tidak karuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me More | Kenma Kozume x OC
Fiksi Penggemar"I just wanna be with you. I want you love me more, so I do to you, Kenma." *** Memalsukan identitasnya seorang alpha sebagai omega, Kenma Kozume mendorong jauh Tama yang sudah lama menyukainya sejak kecil. Seorang gadis kelinci nan imut menyukai l...