Aku pernah membaca, bahwa ada teori tentang sejenis "portal" dalam mengeksplorasi semesta.
Namun tadi Han berkata, "Kita tidak perlu portal. Yang kita perlukan hanya sedikit lebih cepat, dan kita akan sampai." Aku agak bingung, bukankah itu jauh? Sampai Han memberiku informasi bahwa,
Planet Bumi berada di galaksi Bima sakti, sedangkan planet kita, Planet Eternity, berada di galaksi Andromeda. Galaksi Andromeda sendiri merupakan galaksi paling dekat dengan Bima sakti. Bagi manusia, masih mustahil pergi ke galaksi kita dengan teknologi mereka. Namun bagi kita, ini sudah lebih dari mungkin.
Oh ya, jika kau bertanya bagaimana mungkin bocah jenius sepertiku tak tahu tentang jarak-jarak galaksi? Itu karena aku tak terlalu tertarik dengan pembahasan tentang galaksi, meski impianku adalah menjelajah semesta.
Tik, tiik, tik tik.
Han sibuk dengan tombol yang ada di panel. Setelah menjelaskan pada ku, dia tak lagi mengeluarkan suara. Ya, di satu sisi dia orang yang serius, namun di sisi lain dia menyebalkan.
Aku memutuskan mengamati pemandangan di luar jendela. Semuanya nampak indah. Kadang ada bintang yang hanya terlihat seperti titik, dan kadang kami melewati langsung beberapa bintang raksasa. Namun daripada itu, gelap. Aku sempat berpikir, jika semua benda bercahaya ini hilang, akan segelap apa alam semesta?
"Kita akan sampai dalam 3 jam. Kau bisa tidur atau lakukan apa yang kau mau." Han sepertinya selesai dengan tombol-tombol aneh itu. Dia sekarang menyiapkan diri untuk beristirahat. Pengaman kepala tak dilepaskannya, karena benda itu justru mengatur kualitas tidur kami.
Inginku bertanya satu hal sebelum dia tidur, "Hei, saat pelatihan.. maupun setelah kau bertugas, apa kau mendapat tidur yang cukup? Karena meski bugar, kau kadang terlihat lelah...." Tak bisa kubayangkan seperti apa jadwal tidur nya saat mengikuti pelatihan.
Han merespon dengan tertawa kecil, "Haha, memang benar. Kami mendapat sedikit tidur saat pelatihan, namun untuk sekarang ini...." Dia menghela napas, lalu melanjutkan, "Sama saja. Merupakan suatu harta jika kami diizinkan libur meski itu hanya untuk satu hari."
Dia memperbaiki posisinya, "Namun, setiap pekerjaan mempunyai resikonya, bukan? Seperti ayahmu yang merupakan ilmuwan, seperti para Operator wilayah, seperti misi ini.. Karena itu sebelum mengambil suatu profesi baik yang diinginkan atau tidak diinginkan, kita tetap harus siap untuk menerima resiko."
Aku mengangguk. Han telah tertidur. Dia benar-benar kelelahan. Kapal kami memang di kendalikan dari pusat, tapi jika ada kesalahan sistem--yang sebenarnya belum pernah terjadi--setiap kapal yang dikirim ke luar dilengkapi dengan auto-pilot. Sekarang sih, belum ada masalah.
Masih beberapa jam lagi... akan ada misi besar menunggu di bumi. Sebaiknya aku menyiapkan energi. Aku sudah hampir menutup mata, sebelum kurasakan sesuatu di lenganku.
"Hei!" Aku terperanjat. Segera ku lirik Han, dan untungnya dia tak terbangun. Aku langsung mengecek, dan itu mirip slime. Entah kenapa slime lengket ini dapat menembus kostum. Bisa kurasakan betapa dinginnya slime kecil ini.
Tak peduli slime ini datang darimana, yang terpenting slime ini nampak tak berbahaya. Segera ku pergi untuk membuka pintu atas kapal, lalu kuambil slime dingin berwarna biru ini dan kulempar ke luar angkasa. Toh, kelihatannya benda itu memang berasal dari semesta.
Aku kembali duduk. Han masih tertidur lelap. Baiklah, aku juga harus beristirahat. Aku mengucek kedua mataku, entah kenapa aku merasa lebih lelah dari sebelumnya. Perlahan, aku tertidur..
•••
"Yarl!" Terdengar suara samar, entah itu mimpi atau bukan. Aku masih lelah.
"Yarl! Bangunlah!" Suara itu semakin jelas. Otakku masih susah mengidentifikasi suara siapa itu dalam keadaan tertidur begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Project 414
Science FictionPernahkah kau berpikir, bahwa ada lebih dari satu makhluk hidup pintar selain manusia? Yang berasal dari tempat lain namun hidup berbaur di dunia? ••• Biasanya orang mengaitkannya dengan alien, sejenis makhluk luar angkasa. Padahal mereka tak tah...