Satu

18 1 0
                                    

Happy reading!

***

Lama tak jumpa, kukira aku sudah terbiasa. Ternyata, hatiku hanya menunda sakit yang pernah dirasa.

***

Decitan pintu terbuka menampilkan seorang perempuan dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuhnya. Berjalan menyeret kakinya menandakan dia sangat tidak bersemangat, ditambah dengan wajahnya yang ditekuk dan lengkungan bibir kebawah menandakan dia benar benar tidak mood saat ini.

Langkah demi langkah dia lewati, namun sayang, dia lupa menutup pintu rumahnya yang membuatnya terpaksa berbalik arah menuju pintu rumahnya berada dan segera menutupnya. Perempuan itu ingat jika dia belum mengucapkan salam ketika masuk kedalam rumah, sehingga setelah menutup pintu dia langsung mengucapkan salam.

Kembali berjalan dengan langkah gontai, mengabaikan seruan adiknya yang berada diruang tamu. Dia sedang tidak mood untuk berbicara saat ini.

"Lho? Kenapa, kak? Baru pulang sekolah kok mukanya ditekuk gitu," tanya seorang wanita paruh baya yang duduk menghadap televisi yang sedang menyiarkan sinetron favoritnya.

"Gak tau tuh kakak, aku tanya aja dia diem aja," ucap lelaki bertubuh jangkung padahal masih duduk dibangku kelas 7 SMP.

"Gapapa kok, Ma. Cuma capek aja hari ini banyak kegiatan disekolah," Dia tau jika ibunya tak akan mudah percaya dengan apa yang dia katakan, apalagi dia bicara dengan mimik wajah yang seperti itu. Jadi dengan terpaksa dia memasang senyuman diwajahnya agar sang ibu percaya dengan apa yang dia katakan.

Belum sempat wanita paruh baya itu membuka mulutnya untuk menjawab ucapan anak perempuannya itu, anak laki-laki nya sudah terlebih dahulu memotong untuk meminta izin main kerumah temannya. Sang ibu mengangguk sebagai jawaban, setelahnya dia langsung melenggang pergi menyisakan ibu dan anak perempuannya yang sore hari ini tak banyak bicara.

"Ayo kekamar kakak, kita ngobrolnya dikamar kakak aja." Tanpa mendengar jawaban sang anak, dia langsung berjalan terlebih dahulu meninggalkan sang anak perempuan yang lain dan tak bukan adalah Dytha masih diam ditempat. Melihat ibunya berjalan mendahuluinya, Dytha segera mengekori ibunya itu menuju kamarnya.

Setelah sampai dikamar, Dytha meletakan tas gendongnya sembarang, tak meletakannya ditempat yang sudah disediakan untuk menyimpan tas. Melihat hal tersebut Yani selaku ibunya merasa Dytha memang sedang tak baik baik saja.

"Aku abis bareng disatu kegiatan sama dia, ma." ucap Dytha memecah pertanyaan 'mengapa' yang ada dipikiran Yani. Setelah mendengar kalimat Dytha yang diucapkan dengan raut wajah yang sulit diartikan, Yani mendekati anaknya, mendekap tubuh sang anak dengan hangat disertai dengan elusan lembut dikepalanya.

"Tapi gak kenapa-kenapa kan? Pasti tadi situasinya canggung banget ya?" ucap Yani yang masih memeluk hangat sang anak. "Udah gapapa, nanti juga terbiasa kok, kak." lanjutnya berusaha menenangkan Dytha.

"Lama gak ketemu dia, aku pikir aku udah bisa lupain semuanya. Pas ketemu, eh sakit lagi ternyata, ma." Dytha tersenyum getir setelah mengatakan kalimat itu, lalu melepaskan pelukan dari sang ibu agar bisa lebih jelas mendengar dan melihat tanggapan Yani.

"Harusnya kakak inget kalo kalian satu organisasi, jadi kapanpun ada kegiatan, kalian pasti bakalan ketemu." ucap Yani, Dytha mengangguk mendengar penuturan Yani.

DEKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang