Tiga

21 1 0
                                    

Hehe.

Happy reading!

***

Tak ada luka yang pulih secepat memilih.
-siapa

***

"Sialan." Matanya mulai berair, tangan nya mengepal kuat. Tidak tidak, dia harus terlihat biasa saja melihat dua sejoli yang baru saja memasuki caffe. Dia tidak boleh terlihat emosi, jika kedua orang itu melihatnya bisa-bisa dia disangka belum move on. Dytha memilih untuk pura-pura tak melihat dua sejoli itu dan melanjutkan memakan makanan yang sudah dipesannya tadi.

Sambil menahan sesak di dadanya, Dytha memaksakan makanan masuk kedalam mulutnya. Lukanya seperti dikupas kembali saat melihat wajah mantan kekasihnya. Semua bayangan kenangan lalu terlintas dipikirannya, cepat-cepat Dytha menepis pikiran-pikiran itu. Cowok brengsek, gak pantes digalauin.

"Eh, ini kak Dytha kan? Mantannya kak Adnan?"

Sialan sialan sialan.

Dytha mengumpat keras didalam hatinya. Mengapa juga dua sejoli ini malah menghampirinya? Kenapa juga cewek ini tau namanya? Bahkan tau bahwa dia pernah berhubungan dengan pacarnya itu.

Dytha melihat kearah dua sejoli itu yang sudah berada dihadapannya. Memperhatikan wajahnya satu persatu. Ketika melihat wajah mantannya, Dytha sulit mengartikan arti tatapan Adnan untuknya. Tatapan bersalah, mungkin?

"Sorry, kalian siapa?" Dytha sengaja mengatakan kalimat tersebut demi benteng dihatinya tak runtuh. Adnan terlihat kaget mendengar pertanyaan Dytha, cewek disampingnya pun begitu.

"Maaf kak, gue kira lo mantannya kak Adnan, soalnya mirip banget." ucap cewek berambut panjang itu.

"Dia emang mantan gue." ucap Adnan yang membuat Dytha membulatkan matanya. Sama halnya dengan cewek yang berada disampingnya, terlihat sangat terkejut.

"Apa sih. Bawa pacar lo ketempat duduk lain sana, gue mau makan." ucap Dytha pada cewek yang berada dihadapannya itu.

"Ah, iya. Sorry banget kak udah ganggu waktunya. Ayo, kak Nan." ajak cewek itu pada kekasihnya, Adnan mengangguk mengiyakan namun pandangannya tak lepas dari gerak gerik Dytha.

"Sorry, Dyth." Setelah mengatakan kalimat tersebut, Adnan melenggang pergi bersama kekasihnya. Dytha menghela nafasnya kasar, lalu melanjutkan kegiatan makannya yang sempat tertunda.

Dytha memakan makanannya dengan tatapan kosong. Mengapa bisa pas sekali mantannya datang ke caffe ini bersama kekasih barunya, padahal niat Dytha pergi kesini agar bisa sedikit melupakan kejadian kemarin yang sempat menggores hatinya. Moodnya memburuk, bukannya sembuh malah semakin parah.

Dia bisa jika harus terlihat menyedihkan dihadapan sang mantan. Jadi dia memainkan ponselnya berharap ada pesan masuk agar dia bisa membalasnya dan sedikit terlihat sibuk. Nyatanya nihil, tak ada satupun pesan yang masuk. Dytha mendengus sebal melihat ponselnya yang sangat sepi. Lalu dia membuka aplikasi Facebook, banyak pesan masuk namun dia malas membalasnya. Karena Dytha berpikir, cowok cowok Facebook itu jamet, padahal tak semuanya.

Dytha melihat ada satu nama akun Facebook yang berada dibarisan pesan pesan yang masuk. Membuka room chat dengan orang tersebut dan kaget mengapa dia mengirimi pesan duluan kepada orang tersebut.

DEKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang