Empat

14 1 0
                                    

Hihi hai

Sorry telat banget up nya, sibuk ngurusin mood yang lg gajelas terus ini:*

Happy Reading yaaa:*

***

Banyak yang bilang kalau cinta itu indah. Jadi, dimana letak indahnya?

***

Setelah memarkirkan motornya, Dytha bergegas untuk turun. Berjalan dengan menyeret malas kakinya hingga sampai didepan pintu rumahnya. Membuka pintu rumah dengan perlahan hingga menampakkan mamanya yang tengah duduk didepan televisi melihatnya dengan raut wajah heran.

Dytha berjalan mendekati sang mama, bersama dengan itu papanya muncul dari arah dapur yang juga menatap heran anaknya. Dytha duduk di sofa sebrang mamanya, diikuti Suyardi yang duduk disebelah sang istri. Yani berkontak mata dengan Suyardi, mungkin berinteraksi lewat mata. Belum sempat Suyardi mengeluarkan ucapannya, Yani lebih dulu membuka suaranya.

"Kok udah balik 'kak?" Tanya Yani masih dengan raut wajah herannya, Suyardi mengangguk

"Mukanya juga ditekuk gitu, gak nemu basrengnya?" Tanya Suryadi juga. Dytha menghela nafasnya pelan, mood nya sudah benar benar hancur. Malas rasanya untuk berbicara, namun yang bertanya adalah orang tuanya dan juga hatinya gatal untuk segera bercerita apa yang sudah terjadi seperempat hari ini.

"Basreng gak nemu malah ketemu orang paling gak jelas dimuka bumi ini yang gak bisa cukup sama satu cewek," Ucap Dytha dengan raut wajah kesal. "Ihh keselll, tau gitu kakak dirumah aja gak keluar." Lanjutnya.

"Kok bisa ketemu? Emang kakak lagi dimana tadi 'hm?" Tanya Suyardi dengan nada rendah yang membuat hati Dytha sedikit mendingin. Yani beranjak dari tempat duduknya, berpindah untuk duduk disamping sang anak.

"Tadi kakak bingung mau kemana, mana panas banget juga kan, akhirnya kakak ke cafee yang deket perempatan itu yang sebelum lampu merah. Kan tempatnya sepi, kakak pikir bakalan enak ayem gitu hati, eh malah itu curut muncul bawa pacarnya." Dytha mendengus sebal mengingatnya. Niat hati pura pura tak kenal agar tak banyak bicara, betapa sialnya Dytha karena mantannya malah mengakui jika mereka pernah menjalin hubungan.

Pikiran Dytha melayang pada kejadian yang baru terjadi dicaffe tadi. Mengingat tatapan Adnan padanya, yang membuat hati Dytha bergetar. Menatap matanya sama saja dengan bunuh diri. Bunuh diri dengan cara mengingat kenangan kecil yang terkubur luka usang. Tapi waktu malah membuat manik mata cokelat milik Dytha harus dengan tak sengaja menatap manik mata hitam pekat milik Adnan. Sepercik kenangan yang hendak menerobos masuk kedalam pikirannya ditahan oleh seorang wanita cantik yang datang bersama Adnan, jelas saja jika wanita itu adalah pacarnya sebab Adnan tak memiliki adik perempuan.

Saat pertemuan tak sengajanya dengan Adnan tadi, Dytha sangat menghindari kontak mata dengan Adnan. Manik mata yang pernah sangat disukainya pun berbalik menjadi manik yang sangat tak disukainya. Manik mata yang pernah Dytha sangka hanya menatap kagum padanya ternyata juga menatap kagum pada banyak wanita diluar sana. Pertemuan tak disengajanya tadi juga mengingatkan saat pertama kali mereka bertemu. Tak banyak kata yang dikeluarkan, hingga berakhir dengan tak mengeluarkan kata lagi. Bibir yang dulu sangat ingin Dytha dengar suaranya, kini menjadi yang tak ingin didengarnya. Manik matanya, suaranya, pertemuan tak disengajanya tadi, hanya mengingatkannya pada luka.

"Wah gak bisa ini, mau papa samperin kesana." Suyardi beranjak berniat untuk berjalan mendekati pintu rumah, Dytha menahannya dengan raut wajah kaget.

"Ih papa jangan gitu, kakak juga gak papa 'kok" Dytha menahan lengan Suyardi agar tak berjalan dari tempatnya hingga akhirnya Suyardi kembali menduduki sofa yang ada dibelakangnya.

"Lagian berani-beraninya muncul didepan mata anak papa yang lagi healing sendiri gitu."

"Pacarnya yang kemaren kakak bilang ke mama itu?" Tanya Yani yang membuat Dytha menatapnya, Raut wajah Dytha berubah seketika menjadi lebih cerah dari sebelumnya.

"Nah itu, ma. Pacarnya beda lagi." Setelah mengatakan itu Dytha tertawa kencang yang membuat Suyardi dan Yani saling bertatapan, heran dengan tingkah anaknya yang gampang berubah itu. Dytha menghentikan tawanya ketika sadar kedua orang tuanya menatapnya dengan tatapan heran. Suyardi terkekeh geli saat melihat Dytha mengerucutkan bibirnya.

"Pas baru Dateng aja cemberut, pas bilang pacarnya Adnan beda lagi malah ketawa. Hayo ada apa," Yani mencolek dagu Dytha yang membuat sang empunya menahan tawanya kembali.

"Pacar barunya kenal kakak, kakak mau pura pura gak kenal sama mereka malah si Adnan ngaku kalo pernah pacaran sama kakak." Ucap Dytha yang membuat Suyardi tertawa mendengarnya, Dytha mengerucutkan bibirnya lagi melihat respon yang diberikan papanya.

"Kakak kenal sama pacar barunya?"

"Enggak, tapi kayanya adik kelas soalnya dia manggil kakak pake sebutan 'kak gitu." Jelas Dytha.

Memang benar, Dytha tak mengenali cewek yang bersama dengan Adnan dicaffe tadi. Tapi, Dytha merasa familiar dengan wajah cewek itu, seperti pernah melihatnya tapi Dytha tak tahu pernah melihat dimana. Atau mungkin, bisa jadi cewek itu adik kelas nya disekolah. Tak lama memikirkan cewek yang bersama Adnan tadi, Dytha ingat kejadian yang membuat dirinya malu setengah mati saat dicaffe tadi. Kejadian yang disengaja namun tak pernah Dytha inginkan, mengirimkan pesan kepada cowok yang tak dikenalinya.

"Kakak tadi pas dicaffe ngechat cowok." Ucap Dytha yang membuat Yani mengerutkan keningnya. Belum sempat Yani membuka mulutnya, Suyardi sudah lebih cepat mengeluarkan suaranya.

"Emang kenapa kalo ngechat cowok? Kan gak salah juga,"

"Iya tuh, emang kenapa, siapa tau kan bisa nyantol jadi pasangan hidup, hahaha." Tawa Yani mengundang Suyardi untuk ikut tertawa juga. Dytha mendengus sebal karena respon kedua orang tuanya.

"Ih kan kakak malu tau ngechat duluan, ngetik asal ngetik biar keliatan sibuk gitu, eh malah dibales sama orang yang kakak chat itu."

"Hm bau baunya bakalan ada yang mau pdkt nih, coba mama lihat orang yang kakak chat." Yani menggeser tubuhnya agar semakin dekat dengan Dytha berharap Dytha segera menunjukkan apa yang dia minta. Suyardi mengangguk mendengar penuturan Yani.

"Iya coba papa juga mau lihat," Dytha menghembuskan nafasnya pelan. Sudah tau Dytha sangat malu karena mengirimkan pesan pada orang yang tak dikenalinya, malah diminta untuk menunjukkan orang yang dikiriminya pesan itu. Mau tak mau Dytha mengeluarkan benda pipih dari tas nya, membuka aplikasi yang membuat dia dengan sengaja mengirimi pesan pada orang tak dikenal. Setelah membuka aplikasinya, ternyata terdapat dua pesan yang belum Dytha baca, dan itu dari cowok yang dikiriminya pesan. Namun Dytha tak langsung membuka pesannya, Dytha membuka akunnya terlebih dahulu untuk menunjukkan pada kedua orang tuanya.

"Nih orangnya,"

***

HAHAHAHAHA HAI. LAMA YAAA

MAAFFFF YAA, OTAKKU MENTOKKKK. udah dapet alur, tapi susah numpahin lewat kata katanya.

Kalo ada typo tandain aja yaaa.

Semoga abis ini aku bisa lebih efektif lagi ngetiknya hahaha.

Aku juga lagi ngambis disekolah, lumayanlah 8 bulan lagi lulus kan bisa jadi kenang kenangan.

Dadah,

Love u all:*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang