Bab 2

44 4 3
                                    

Rani kembali menatap heran Vera yang tengah gembira mengepak beberapa baju yang akan dia bawa selama liburan 3 hari 2 malam itu. Rani pikir mungkin sahabatnya itu sedang dirasuki oleh Arwah gentayangan yang entah dari mana. Sejak semalam Rani dikurung di rumah Vera karena Rani menolak untuk ikut berlibur dengan Vera sehingga akhirnya dia pun memutuskan untuk ikut dan meninggalkan kedua anaknya.

"Kamu kesambet apa sih ?" tanya Rani dengan dahi berkerut. Dia sungguh tak menyangka dapat melihat wajah bahagia dari Vera saat ini, Apakah yang dia harus lakukan? Senang atau malah Sedih?.

"Kesambet ? Engga kok. "

"Terus itu kenapa senyum-senyum. "

"Ya, aku kan senang mau liburan. "

Entah sudah berapa kali Rani menatap heran sahabatnya itu. Namun, dia pun menyerah dan membiarkan saja sahabatnya itu bahagia. Kapan lagi Rani bisa melihat sahabatnya tersenyum bukan ?.

***

Perjalanan menuju kota seberang memakan waktu yang cukup lama, Vera dan Rani yang baru pertama kali liburan bersama itu pun menikmati perjalanan panjang yang entah kapan mereka lakukan lagi. Rani pun sudah memaklumi suasana hati Vera yang berubah drastis. Dia hanya mau sahabatnya bahagia.

"Ver, lihat deh. Pemandangannya bagus banget, " Rani menunjuk kearah luar jendela pesawat. Memang benar pemandangannya sangat bagus di luar sana dan Vera pun hanya mengangguk sebagai jawabannya. Iya, Rani terlihat kampungan saat ini. Karena ini kali pertamanya dia menaiki pesawat sehingga tentu Vera memaklumi kelakuan sahabatnya itu.

Setelah satu jam berada diatas langit, tiba-tiba Rani ingin ke toilet. Entah kenapa tiba-tiba dia ingin membuang air kecil padahal sebelum berangkat dia menyempatkan diri untuk ke toilet bandara.

"Ver, bangun, " Rani mengguncang tubuh Vera yang tengah tertidur pulas. Dia tidak tau dimana letak toilet dan dia takut bertanya pada pramugari yang ada sehingga mau tak mau Rani harus membangunkan Vera walaupun nanti mungkin ia akan dimarahi oleh Vera. "Veraaa. Bangun. "

Vera bangun dengan mata yang sedikit memerah, dia kemudian menatap wajah Rani yang tengah menahan sesuatu. "Kenapa ?" tanya Vera pada Rani dengan suara serak khas baru bangun tidur.

"Aku mau pipis, temenin, " rengek Rani. Vera pun kemudian berdiri dan diikuti oleh Rani.

Sesampai di depan toilet Rani segera masuk dan Vera menunggunya di depan, bersandar pada dinding toilet yang cukup nyaman. Matanya hampir saja terlelap karena dia cukup penat.

Selang beberapa lama, Vera mendapati seseorang yang ia kenal tengah berjalan mendekat kearahnya. Vera matanya membulat kaget. Namun, dia membuang mukanya berharap orang itu tidak mengenalinya.

"Loh, Vera."

Salah, salah besar. Orang itu tidak hanya mengenali Vera. Namun, juga menyapa Vera. Vera hanya mengangkat bibir sebelah kanannya tanpa membalas sapaan orang itu.

"Apa kabar Ver ?" tanya Orang itu yang berhasil membuat Vera mendengus kesal. Ia sungguh sangat malas berurusan dengan orang itu lagi.

"Baik, " jawab Vera seadanya. Tepat setelah itu pintu toilet terbuka dan menampilkan Rani yang tengah memperbaiki ikatan rambutnya.

Orang itu menatap Rani dengan senyum khasnya. Senyum palsu yang ia selalu berikan pada semua orang.

"Loh, Rani. Kalian berdua lagi liburan ya, " tanya orang itu seperti tau apa yang Vera dan Rani lakukan nantinya.

Vera dan Rani tidak memperdulikan ucapan Pria dihadapan mereka. Iya, pria. Pria tinggi berwajah oriental itu masih setia menunggu reaksi Vera dan Rani.

Suasana canggung benar-benar terasa saat itu, Rani pun berinisiatif untuk membawa Vera kembali ke kursinya.

Pria yang Tepat (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang