Lembaran langit berubah terang, matahari meninggi memamerkan sinarnya yang terik, membuat sepasang muda-mudi itu lekas berteduh di bawah pohon yang rindang dengan kotak makan siang mereka.
Giondy makan dengan lahap, sementara Rahel masih membaca catatan yang dibuatkan Giondy untuknya.
"Minggu depan presentasi?" Gumam Rahel membaca catatan terbawah.
"Iya, satu kelompok terdiri dari tiga orang."
Rahel mengangguk-angguk. "Siapa orang ketiganya?"
Giondy mengendikkan bahunya. "Belum ada yang nanya ke aku juga sih, Hel. Ajak Ferdy atau Lena gimana?"
"Nggak bisa Ferdy, Clara pasti udah ngajakin dia."
Giondy tertawa kecil. "Bener juga."
Brukk
Keduanya dikejutkan dengan kedatangan Dewa yang ngos-ngosan langsung duduk di samping Rahel.
"Apa-apaan ini? Bikin rusuh aja kamu, Wa!" Pekik Giondy.
"Hehe sorry sorry, habis lari dari kejaran Mak Lampir."
"Vira?" Tanya Rahel.
Dewa menjentikkan jarinya. "Yak! 100 buat Rahel!"
Rahel tersenyum kecil. "Kamu udah bayar hutang ke dia?"
"Enngg ..." Dewa tertawa bodoh. "Justru itulah alasan aku lari hehe."
Giondy tidak menggubris dan lanjut makan.
Rahel memperhatikan Dewa. "Wa, kamu udah dapat kelompok untuk presentasi Minggu depan?"
"Belum. Oh aku gabung sama kalian aja gimana?"
"Bol-"
"Nggak!" Potong Giondy.
"Lah? Kenapa nggak boleh?" Protes Dewa.
"Y-ya nggak boleh! Kamu itu nggak pernah kerja kan kalau dalam kelompok?"
"Ih sok tau, aku rajin kerja dalam kelompok, kok!"
"Lena pernah bilang."
Dewa menggeleng. "Hel, jangan percaya ucapan mereka, aku rajin kok suwer deh! Nanti kasih aja aku bagian ngapain dan jelasin bagian mana aku pasti lakuin, kok!" Ucapnya meyakinkan.
"Oke kalau gitu, jadi kita bertiga harus kerja semua ya. Kalau ada yang nggak kerja ya ... namanya nggak bakal aku setor."
"Setuju!"
Giondy hanya diam memperhatikan kemudian kembali melanjutkan makannya.
Jam kuliah telah berakhir, tidak seperti biasanya. Dewa kali ini ikut berjalan keluar bersama Giondy dan juga Rahel.
"Mau kapan ngerjainnya?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can Hear Your Voice [ongoing]
RomansCinta tidak harus mendengar, hanya harus merasa. Rahel Kostya Olivia (20) menderita gangguan pendengaran sejak lulus dari SMA, membuat dirinya menjadi pribadi yang tertutup dan anti-sosial. Menjalani hari yang kelabu dan sepi membuatnya selalu memak...