#2 Beauty

5 0 0
                                    

Pagi hari, kelopak-kelopak persik berjatuhan di perbatasan Hebei, berkumpul dan menjadi lapisan merah muda di permukaan tanah. Sebuah kereta kuda melewatinya, meninggalkan jejak roda dengan kedalaman berbeda. Di dalamnya, seorang pemuda dengan pedang di punggung menyibak tirai, tersenyum ketika melihat pemandangan di luar. Pemuda itu adalah Liang, seorang murid dari perguruan Qingpen Dayu.

Bunga yang mekar dengan cantik pasti memiliki matahari yang bersinar cerah di atasnya. Sama halnya dengan bunga itu, Luliu telah memiliki Liang sebagai mataharinya. Mereka dipertemukan tiga tahun yang lalu. Waktu itu kota Hebei mengalami kesulitan besar, dan perguruan Qingpen Dayu datang membantu. Gubernur tertarik dengan kecakapan Liang dan tidak bisa untuk tidak meliriknya sebagai calon menantu di masa depan.

"Tuan muda, kita sudah memasuki Hebei. Ke mana selanjutnya kita pergi?"

"Mansion Bunga Teratai."

Liang dikenal sebagai seorang pemuda yang lurus. Mendengarnya mengucapkan Mansion Bunga Teratai, pengemudi kereta terkejut dan hampir membuat kudanya tergelincir. Daripada berita berkunjungnya Liang ke Mansion Bunga Teratai, kenyataan dia bertemu dengan Aran lebih membuat seisi kota gempar. Seorang pemuda yang dikenal berkepribadian baik dan seorang gadis dari rumah bordil dengan kecantikan luar biasa bertemu di siang bolong. Sebelum matahari condong ke barat, kabar itu telah sampai ke kediaman Gubernur. Luliu sedang menjahit sapu tangan ketika A Li datang dengan tergesa-gesa.

"Nona, Nona!"

"Tidak perlu terburu-buru, A Li." Cara bicara Luliu setenang angin musim semi. "Ada apa?"

"Tuan Muda Liang, dia bertemu dengan Aran!"

Luliu tidak bersumbu pendek. Setelah mendengar itu dia masih menyelesaikan susunan benang terakhirnya.

"Kita semua tahu bagaimana kepribadian Tuan Muda," ucapnya. "Aku yakin pertemuan di antara keduanya karena ada sesuatu yang penting. Tidak baik terlalu mengurusi urusan orang."

Di akhir kalimatnya Luliu tersentak. Sesuatu yang penting apa itu?

***

Bertahun-tahun yang lalu, ada sepasang pahlawan yang menikah dan memilih untuk tinggal di pinggiran kota. Yang laki-laki dulunya adalah seorang Jenderal. Pemimpin sepuluh ribu pasukan, sosok yang berdiri paling depan ketika terjadi pertempuran. Sedangkan yang perempuan adalah seorang ahli pengobatan. Ratusan nyawa telah terselamatkan karena teknik yang dimilikinya. Saling jatuh cinta kemudian menikah. Memiliki seorang putri kecil sebagai pelengkap kehidupannya.

Hari-hari begitu indah dilewati oleh keluarga kecil itu. Hingga suatu malam yang sunyi di musim dingin, adegan berdarah terjadi dan merenggut segalanya. Malam itu bertepatan dengan penyerangan pasukan negara barat ke pesisir timur Cina.

"Aran! Aran!"

Gadis empat belas tahun di balik selimut tebal itu mengira masih jatuh ke dalam mimpi. Ibunya datang, bau besi keluar dari mulutnya yang mengeluarkan darah. Dari luar terdengar bunyi ribut. Logam dan logam saling beradu.

"Ibu?"

Ibu menariknya bangun. Tangan yang melingkar di pergelangannya meninggalkan jejak merah darah yang dingin.

"Ibu terluka?!"

Tidak menjawabnya, ibu berkata, "Aran, segera pergi dari sini. Shen Yi telah menunggumu di belakang gunung."

"Ibu, ada apa? Di mana Ayah?!"

"Jangan banyak bertanya dan cepat bergegas!"

Ibu terbatuk-batuk. Di bawah bayang-bayang malam sosoknya jadi tampak jauh menyedihkan. Sosok yang sebelumnya terlihat cantik, teduh, dan penuh dengan senyuman, menjatuhkan air mata.

This Beauty Tell A Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang