Sudah hampir sebulan Restu dirawat di rumah sakit, hari ini ia diperbolehkan oleh dokter Julian untuk dibawa Haza menuju tempat favoritnya yang sedikit jauh dari rumah sakit tersebut. Sekedar berjalan-jalan juga merilekskan pikiran Restu agar tidak stress dan mengganggu proses pengecekan kecocokan sumsum tulang belakang pendonor dengannya.
"Kamu reservasi tempat ini, ya?"
"Hehe, iya. Biar kamu nyaman"
"Kamu tuh ya, nggak berubah. Aku tuh nggak apa-apa juga kalau ada banyak orang disini, za"
"Saya yang apa-apa. Soalnya pengen berduaan sama kamu aja"
"Cih, mulai gombal"
"Kalau ini nggak gombal. Saya serius. Sekalian kita nostalgia pas saya lamar kamu jadi pacar sama tunangan disini"
"Eh iya, ya.. Tapi, anniversary kita masih 6 bulan lagi. Hm, ya udah, aku anggap juga ini kita lagi rayain anniv hehe—"
"—Selamat hari jadi kita yang ke-4 tahun, Hazairin Lazuardi!"
Restu mengecup pipi Haza cepat dengan seulas senyum tulus terpatri di wajah lelaki mungil itu. Wajah pucat yang tertutup riasan tipis tersebut masih menawan, ditambah dengan senyum favorit Haza yang menurutnya sangat sempurna itu membuat yang lebih tua terpana.
Sinar mentari yang ingin pulang ke peraduannya semakin membuat Restu bersinar di mata Haza. Oranye sangat cocok untuk Restu. oranye senja yang hangat untuk malaikat Bumi penghangat hati Lazuardi.
"Selamat untuk kita karena udah ngelewatin 4 tahun yang nggak gampang ini. Makasih banyak udah selalu ada buat 'Bumi' yang lemah ini. 'Bumi' yang nyusahin Hazairin. 'Bumi' yang nggak mampu jadi pelindung balik buat mataharinya—"
"—Aku takut nggak mampu sampai tanggal 29 November, jadi aku bakalan bilang sekarang."
Restu menghela napasnya, menatap Haza yang juga tanpa berkedip menatapnya. Tersenyum manis dengan genggaman tangan mereka semakin erat.
"Hazairin Lazuardi, cintanya Ananda Restu Bumi, terima kasih banyak. Pokoknya aku mau ngomong makasih melulu sama kamu sampai kuping kamu panas karena aku nggak mampu buat bales semua hal yang kamu kasih ke aku selama ini—"
"—Banyak yang mau aku sampein ke kamu. Aku beruntung kenal kamu. Makasih udah mau nerima aku apa adanya sejak dulu. Sayangnya bumi yang selalu tahu tentang aku, selalu ngalah kalau debat sama aku biar masalahnya cepet kelar, yang selalu nuntun aku di jalan yang baik, ngasih tahu aku tentang apapun agar aku jadi manusia yang lebih baik lagi. Aku cinta banget sama kamu."
Haza membisu. Tubuhnya bergetar hebat. Ingin memeluk Restu dengan erat dan mengatakan ia juga begitu beruntung memiliki lelaki yang telah melengkapi hidupnya selama empat tahun ini.
Suasana rooftop yang sepi karena hanya ada mereka berdua dan semilir angin sore yang membuat tubuh bergidik tak membuat keduanya bergerak dari tempat duduk masing-masing. Masih saling memandang dengan netra yang telah berkaca-kaca akibat menahan tangis.
"Haza..."
"Hm?"
"Kamu pernah bilang kalau aku ini malaikat, kan?"
"Ya. kamu itu malaikat tanpa sayap milik saya. Malaikatnya Lazuardi."
"Dan tempat malaikat itu di surga. Benerkan, za?"
"Iya, sayang. Kamu bener.."
"Za, aku pengen bentangin sayap aku buat terbang ke surga, boleh kan?"
"..."
"Izinin aku terbang ya, za?"
Haza membuang pandangannya ke sembarang arah. Menutup wajah lantas merematnya kuat. Tangisnya sudah tidak dapat ia tahan. Haza tidak sekuat Restu Bumi. Haza yang lemah, bukan lelakinya. Bahkan sekarang ia sudah sesunggukan, enggan menatap Restu karena malu akan dirinya sendiri yang begitu cengeng.
Berdiri dari tempat duduknya, bersimpuh di hadapan Restu yang juga ikut menangis. Memeluk tubuh lelaki itu erat takut kehilangan. Haza tersedu. Ia sungguh takut sekarang. Haza tidak rela.
"Ananda Restu Bumi si pemilik hati Hazairin Lazuardi—"
"—Saya nggak akan pernah izinkan kamu buat terbang kemanapun tanpa saya, sekalipun surga!"
"Haza..."
"Saya nggak siap. Saya nggak akan mampu, Restu! Tolong..."
"Saya nggak akan bisa lewatin hari saya tanpa kamu, sayang. Saya takut, res. Jangan tinggalin saya. Saya cinta kamu, restu!"
"Haza, ya tuhan..."
Mereka berdua menangis saling berpelukan erat saat matahari benar-benar terbenam. Restu menarik tubuh Haza yang bersimpuh di hadapannya untuk berdiri. Menenangkan pria itu yang terlihat sangat ketakutan.
Haza benar-benar telah bergantung pada Restu. Dan hal itu membuat restu mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana nanti, bagaimana jika ia sudah benar-benar tidak ada di sisi Haza lagi? akan seperti apa Haza nantinya?
Ya tuhan, jangan begini. Batinnya.
"Restu, jangan tinggalin saya. Saya masih perlu kamu buat nemenin saya hadapi dunia. Restu, saya masih butuh kamu di sisi saya buat jadi penyemangat hidup. Gimana nantinya kalau kamu pergi? Jangan terbang, sayang. Tolong jangan.."
'Jangan terbang lebih dulu. Tolong tetap jadi malaikat tanpa sayap saya. Jangan bentangkan sayap tersembunyi kamu sampai sayap saya juga siap untuk terbang bersama, Ananda Restu Bumi...'
'Tolong...'
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI LAZUARDI ─ [ HYUCKREN AU ]
Fanfiction"Kamu pernah bilang kalau aku ini malaikat, kan?" "Kalau aku pengen bentangin sayap aku buat terbang ke surga apa boleh?" "Izinin aku terbang ya, za?" --- BXB content alias Boy's Love. Renjun dan Haechan as Lover. Kalau kamu merasa ngga cocok sama c...