*Cuit*Cuit
Burung berkicau dengan merdunya. Bukankah pagi yang cerah ini, mesti di awali dengan semangat? Ya, kebanyakan orang seperti itu. Namun, beda dengan remaja yang satu ini.
Pagi cerahnya diawali dengan hal yang buruk. Ini tidak sesuai dengan ekspektasi nya.
"Apa-apaan ini, hah?"
Ia tercengang begitu dirinya melihat kearah cermin. Surai merah darah, mata tajam ke atas dengan iris emas. Kulit putih bersih, dan tentunya bibir pink tipis seperti ceri.
"Katakan padaku kalau ini mimpi!"
Ia melempar vas bunga di samping meja rias itu kearah kaca. Hingga menyebabkan serpihan kaca berserakan dimana-mana.
"Aku, kenapa bisa seperti ini?! Bukankah aku sedang mengadakan pertemuan dengan par ketua Mafia-?"
"Ha, hahaha! Rupanya begitu! Mereka ternyata bersekongkol untuk membunuhku dengan dalih pertemuan"
"Ha-hahaha, ini pasti bohong. Aku tidak mungkin mati! Queen Mafia nomor 1 sepertiku mati? Jangan bercanda!"
*Tok
*Tok
*Tok
"Nona, apa anda baik-baik saja?"
"Nona?" Gumam gadis itu
"Ya, masuklah" lanjutnya
Seorang wanita dengan surai hitamnya masuk ke dalam kamar. Ia terkejut ketika melihat kamar nona-nya itu berantakan.
"A-anda tidak apa-apa? Kenapa kaca itu bisa pecah?" Tanya wanita itu dengan panik
"Ah, aku hanya sedikit kesal"
'Tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya, kan?'
"Astaga, tangan anda berdarah! Sebentar, akan saya panggilkan dokter!"
"Ini hanya luka kecil, jangan berlebihan-"
Terlambat, wanita itu sudah pergi.
'Huh, terserah lah'
Gadis itu duduk di ujung ranjang. Ia memijit pelipisnya yang terasa pening. Tiba-tiba beberapa rantai ingatan menerobos masuk ke otaknya.
Dengan terpaksa ia harus menerima semua ingatan itu. Meski kepalanya terasa ingin pecah.
Ia duduk terjatuh ke lantai. Namun, sedetik kemudian ia menyeringai.
"Ho~ begitu rupanya. Orang yang aku tempati ini bernama Indonesia, ia anak ketiga ya"
'Menurut ingatan ini, dia selalu di kucilkan dan selalu di lupakan... Antagonis ya? Huh, apa nasibku memang se-sial ini?'
KAMU SEDANG MEMBACA
How a Mafia Queen Reincarnated
FantasyDunia ini hanyalah sementara. Yang selamanya itu kematian. by : © CaaaTempest✓