Jakarta dan Kacang Rebus

5 0 0
                                    

Tasikmadu, 2000

Hai bagaimana kabarmu? Aku dengar-dengar kamu sangat kelelahan setelah bekerja seharian. Memikul padatnya setiap sudut kota Jakarta dengan semua hiruk-pikuknya. Cepat dan dinamis, hingga kau sering mengorbankan ego dan jati dirimu agar tidak tertinggal oleh kehidupan yang katanya harus dirayakan dengan meriah ini. Jangan lupa rehat sejenak untuk menerka-nerka sisi kehidupan mana yang harus ditata dan diperbaiki kembali.

Kala itu, aku kira kau akan pulang kembali bersama kami. Sekedar menengok gubuk tua di desa tempatmu dibesarkan. Namun tetap tiada kabar sampai 7 tahun ini. Bapak dan harapan-harapan kecil tentang anak lelakinya yang kabarnya telah sukses menjadi seorang direktur perusahaan di ibukota kian lama kian memudar. Mungkin kau belum mendapatkan kabar jikalau kapan hari bapak pergi ke ibukota untuk menengokmu. Bapak datangi tempat rumah kontrakan kecil di jalan sudirman, tempat pertama kali kau diantar untuk mengadu nasib di Jakarta. Namun kau tidak ada disana. Bahkan rekan-rekanmu pun tidak ada yang mengetahui dimana keberadaanmu. Lalu bapak mendapatkan alamat kantor tempatmu bekerja, begitu megah dan tingginya gedung itu. Namun kau juga tidak punya waktu untuk menemui bapak.

Sampai rumah tangis bapak pecah, namun bapak tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja agar tidak terlihat lemah didepan anak-anaknya. Kala itu, saat kau berangkat di kota perantauan dengan banyak harapan yang kau sampaikan pada kami untuk kehidupan yang lebih baik, kami merasa tenang atas kondisi yang hampir tidak punya harapan lagi. Namun, kau tidak juga datang dan kembali untuk menengok sejenak keadaan kami disini. Semoga surat ini sampai padamu. Hingga saat ini, kami tetap menyayangimu dan menunggumu kembali bersama kami untuk sekedar menikmati kacang rebus buatan bapak sambil membicarakan hal-hal sederhana di teras rumah.

***

Hujan turun cukup deras malam ini, seperti biasanya aku dan Benta menyiapkan wadah-wadah untuk menampung tetesan air hujan yang masuk ke rumah karena beberapa genteng yang bocor. Bapak belum pulang karena saat hujan deras dan cuaca dingin seperti ini jualan kacang rebusnya lebih laris. Beberapa hari ini bapak sering terlihat sangat kelelahan dan hanya mau makan sedikit. Bapak memang cukup tertutup dan tidak pernah mau mengeluh didepan anak-anaknya, apalagi setelah kepergian ibu 3 tahun yang lalu.

Keluarga kami tinggal di sebuah desa yang cukup jauh dari hingar bingar ibukota, desa Tasikmadu namanya. Sebenarnya desa kami masuk dalam wilayah pesisir yang sangat dekat dengan pantai bagian laut selatan pulau Jawa. Dahulu bapak sempat menjadi nelayan selama beberapa tahun, namun karena sering mengalami sesak nafas setelah pulang melaut akhirnya ia memutuskan untuk berjualan kacang rebus mulai sore hingga malam hari. Penghasilan bapak tidak menentu setiap harinya, tapi hebatnya ia bisa mengantarkan kakak pertamaku menjadi seorang sarjana.

Kondisi bapak kian hari kian memburuk, biaya sekolahku dan adikku, Bentala, juga seringkali membuat bapak terpontang panting untuk mencari penghasilan tambahan dengan menjadi kuli panggul. Setiap hari aku dan Bentala juga membantu meringankan sedikit beban bapak dengan berjualan nasi bungkus yang dibuat oleh tetangga depan rumah. Kami menjualnya di sekolah dan mendapatkan keuntungan Rp500 dari setiap nasi bungkus yang terjual. Penghasilan tersebut kami gunakan untuk membeli keperluan sekolah seperti seragam, buku, dan sepatu.

***

Jakarta kerap kali mengingatkanku pada Mas Baskara, kakak pertamaku yang telah berjanji untuk kehidupan dan pendidikan yang lebih layak untukku dan Bentala. Namun sayangnya kabar dan kepulangannya di desa yang kami tunggu-tunggu sejak 7 tahun yang lalu tidak kunjung tiba. Jangankan pulang untuk melihat kondisi keluarga, kepergian ibu-pun Mas Baskara tidak tahu.

Sebenarnya harapan untuk kehidupan yang lebih baik hari demi hari semakin pudar, namun setiap melihat bapak yang masih bersemangat untuk menjual kacang rebus dengan gerobaknya, rasanya untuk menyerah diusia yang masih sangat muda ini sangat memalukan. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bentala yang Dihuni dengan SemenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang