"Anggi, jalan, yuk?" Ajak Edgar yang entah sedari kapan sudah berada di depan meja Anggi.
"Ga ah." Jawab Anggi singjat sambil memasukan barang-barangnya ke dalam tas.
"Loh, kok kamu gitu? Udah lama juga kita ga jalan. Sekalian dinner deh habis itu, gimana?" Tawar Edgar pantang menyerah.
Baru saja Anggi hendak membuka mulut untuk memberikan rentetan kata pedasnya, namun tiba-tiba saja mulut gadis itu tertutup melihat Angga yang sudah berdiri di belakang Edgar.
"Heh," ucap Angga santai. "Lo udah denger, kan? Dia ga mau jalan sama lo."
"Wow, ada pahlawan kesiangan ternyata. Lo ga usah ikut campur, urus aja urusan lo sendiri."
Angga bersedekap sembarih menggelengkan kepalanya dan terkekeh kecil, meremehkan.
"Wow, ada yang amnesia ternyata" tukas Angga meniru ucapan Edgar. "Biar gue bantu lo, denger baik-baik, rekam di otak lo. Okay? So, Edgar dan Anggi, used to be a best couple. Which is mean, lo bukan pacar dia lagi. Kalian bukan best couple lagi. Lo bukan siapa-siapanya dia lagi. Paham? Paham lah, ya? Gue tau lo masih ada akal sedikit," Ucapan Angga cukup membuat Anggi sedikit menganga dan Edgar mengepalkan tangannya kencang. Kesal.
"Lagian, Anggi mau pergi sama gue. Ayo."
Angga menarik pergelangan tangan Anggi menjauh dari Edgar. Anggi merasa terselamatkan. Dan lagi, Angga selalu ada saat Anggi butuh.
"Thanks banget, Ngga. Baru aja gue mau caci-maki itu cowo."
"Iya, sama-sama. Hari ini gue ga ke rumah lo, ya. Mau nge-band."
"Tapi lo anter gue pulang, kan?" Tanya Anggi panik hingga menghentikan langkahnya dan Angga. Tentu ia panik, jika Angga tidak mengantarnya, maka ia harus menaiki kendaraan umum.
"Ya... Yaudah iya. Buruan jalannya, gue telat." Jawab Angga meng-iya-kan dengan tidak tega.
"Yes! Yuk, yuk! Lo telat lagi nanti."
Entah perasaan apa yang menyelimuti hati dingin Angga. Ia merasa sesuatu yang janggal. Bukan, bukan tentang Anggi. Angga merasa seperti suatu hal akan terjadi.
Ah, udahlah lah. Pekik Angga dalam hati, mengabaikan perasaannya.
"Eh, gimana kalo gue ikut lo nge-band? Selama ini gue belom pernah liat lo main band. Ya, ya?" Anggi memohon pada Angga yang sedang mengenakan sarung tangannya.
"Ah, nggak. Gue masih cupu. Lain kali aja kalo udah jago." Elak Angga, tanpa melihat Anggi. Masih memfokuskan pandangan pada tangan kirinya yang sedang ia kenakan sarung tangan, kemudian memakai helm.
"Ah! Gamau! Please dong, Ngga. Gue mau ikut, ya? Please banget."
"Ck, yaudah ah! Jangan ngerengek gitu. Naik buruan, telat gue."
Kalah berargumen, akhirnya Anggi ikut Angga ke tempat pria tampan itu biasa berlatih band. Namun, ada yang janggal rasanya...
Anjir, mobil Edgar! Kok, bisa sih!? Dia pasti langsung cabut deh waktu gue tinggal tadi! Umpat Anggi dalam hati.
------------------------------
Payah emang, comment aja yang gue minta. Vote nya seikhlasnya aja. Stuck otak gue. Maafkeun.