D-1

155 12 0
                                    


Pak Handoyo, selaku guru Geografi, mengepaki buku-bukunya dari atas meja. Bel pulang sudah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu dan beliau masih didalam kelas. Anak-anak kelasan gue mendecak kesal karena seharusnya mereka sudah diluar kelas sekarang. Sekitar sepuluh menit kemudian, beliau mengucapkan salam dan bergegas keluar kelas dengan buku-buku tebal ditangannya.

"Re, kamu udah dijemput?" Tanya gue sembari memasukkan buku cetak ke laci meja.

"Udah, kok. Pak Dayat udah dibawah." Jawab Rere, "Aku kebawah duluan, ya."

"Eh sebentar!" Cegahku sambil menarik tangan kanan Rere, "Aku mau bilang sesuatu."

"Apa?" Tanyanya, seraya berbalik menghadap gue.

"Aku mau minta maaf banget." Rere mendengarkan. Bola matanya menatap gue penasaran, "Mensive kali ini bakal gak ada artinya banget. Aku gak bisa ngasih apa-apa ke kamu."

Ia tersenyum, "Kamu gak perlu ngasih apa-apa ke aku."

Jujur, dalem hati gue malu banget bilang ini ke dia. Tapi ya mau gak mau gue harus bilang, daripada besok dia kecewa karena gak ada apa-apa di hari jadinya kita yang ke-tiga bulan. Gue bisa lihat diraut wajahnya, dia kecewa.

"Maaf sekali lagi." Kalimat gue barusan dibendungi dengan secercah senyuman tabah dari Rere.

"Iya, aku gapapa. Oiya, aku pulang ya Pak Dayat udah nunggu dibawah. Dah." Katanya seraya berlari keluar kelas dan melambaikan tangan kearah gue.

Gue mengiyakan lalu membalas lambaian tangannya. Setelah memasukkan buku cetak ke laci meja dan memasukkan alat tulis kedalam tas, gue bergegas keluar kelas karena langit mulai mendung.

***

Banyaknya tetes air hujan sukses menghantam Kota Jakarta sore ini. Kemacetan pun mulai terasa disejumlah jalan-jalan besar. Halte bus dan sejumlah rumah makan penuh dengan pejalan kaki dan pengendara motor yang berteduh.

Seragam gue sudah basah sebelum gue berteduh. Ini semua gak akan terjadi kalau gue bawa jas hujan dan segera buru-buru berteduh. Gue sempat berpikir bahwa gue akan sampai dirumah sebelum hujan turun, tapi nyatanya gue salah.

Setengah jam kemudian gue sampai dirumah dengan keadaan basah kuyup. Mama sedang menonton acara televisi kesukaannya. Matanya membulat ketika melihat anak laki-lakinya basah kuyup. Kemudian, beliau menghampiri gue.

"Bang! Ini gimana ceritanya bisa basah kuyup gini?" Tanyanya heboh.

"Abang lupa bawa jas hujan, jadinya kehujanan." Cerita gue singkat, "Abang keatas dulu, ya." Lanjut gue dibarengi dengan gelengan dari Mama.

***

Air hangat melemaskan otot-otot kaku akibat dinginnya udara saat hujan. Seperti kebanyakan orang biasanya, dibawah ini gue berpikir. Berpikir tentang surprise apa yang harus gue berikan ke Rere besok.

Setelah setengah jam menghangatkan diri, gue berpakaian dan bermanja-manja dengan guling dan bantal. Malas rasanya untuk turun kebawah. Padahal ditengah-tengah cuaca ini, paling enak makan mie instant. Namun kali ini, lidah gue menolak untuk merasakan surga dunia tersebut.

Berhubung besok hari sabtu, tiba-tiba gue berencana untuk pergi kerumah dia besok. 'Yakali mensive gak ngapa-ngapain.' kata gue dalam hati. Saat itu pula gue mengambil ponsel yang terletak tepat diatas meja sebelah kasur gue.

Putra : besok kamu ada dirmh gak re?

Tak sampai semenit, notif line tertera dilayar kaca ponsel gue.

Rere : iya besok aku dirumah

Rere : kenapa?

Putra : besok aku kermh kamu ya?

Rere : beneran nih? kan rumah aku jauh

Putra : iya bener, yakali boongan

Satu menit...

Dua menit...

Gue berpikir...

'Rumah dia kan jauh banget dari rumah gue. Abis itu, gue juga lagi kere-kerenya.'

Gue muter otak. Bakal boros banget kalau gue pakai motor. Gue berpikir lagi tentang rute yang akan gue jalani besok. Tiba-tiba aja gue punya ide cemerlang. Lalu, gue memutuskan untuk naik kereta disambung dengan naik angkot. Biayanya gak akan semahal yang gue bayangin.

Hujan sudah reda. Gue memutuskan untuk pergi ke minimarket terdekat untuk membeli hadiah kecil-kecilan. Yang pas dikantong intinya. Gue membeli coklat Sil*er Queen dan satu kotak pensil yang harganya gak seberapa. Sesampainya dirumah, gue membungkus rapih kedua hadiah itu yang akan gue bawa besok pagi.

*****

Sebenernya agak malu sama multimedianya. Tapi bodoamat lah.

An Expensive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang