Mulai

195 35 16
                                    

Wendy meningkatkan kecepatan mobilnya agar cepat sampai tujuan, pasalnya ia terlambat datang ke tempat yang sudah dijanjikan dengan teman-temannya.

Dering telepon Wendy berbunyi. Namun, Wendy tidak mengangkatnya melainkan memencet tombol merah menolak panggilan tersebut.

"Cih, kalau bukan Kak Rene yang nentuin rencana ketemuan gue mah gak bakal mau." Gerutu Wendy.

Di sisi lain, Seorang wanita mendumel tidak jelas membuat teman-temannya memandang bingung padanya.

"Seul, kenapa?" Tanya salah satu temannya.

"Ini kak, si Wendy di telepon malah ditolak. Kesel aku tuh." Kata Seulgi.

"Yaelah kak, kaya gak tau aja. Kak Wen emang begitu orangnya, mungkin panggilan kakak ditolak karena dia lagi di jalan kali." Celetuk Yeri.

"Ya bodo amat, intinya aku kesel banget. Liat aja nanti pas dia datang." Yang lain hanya geleng-geleng mendengar Seulgi.

5 menit kemudian, akhirnya Wendy sampai. Dia segera menghampiri meja  tempat keberadaan teman-temannya. Seulgi yang sadar akan hal itu segera berhenti berbicara dan yang lainnya menatap aneh ke arah Seulgi, setelah itu mengikuti arah pandangan tatapan Seulgi.

"Hei teman-teman! Maaf ya terlambat, soalnya hampir lupa kalau aku ada janji sama kalian." Sesal Wendy.

"Gapapa kak Wen, kita ngerti kok. Kakak kan sibuk pake banget." Ujar Yeri dengan nada bercanda.

"Hahaha bisa aja kamu. Tapi gak salah sih.." Lalu tatapan Wendy mengarah ke tempat Seulgi duduk.

"Oii Seul, gitu amat natap gue nya."

"Nyeh, pikir sendiri." Cibir Seulgi.

"Jangan bilang karena panggilan lo gue tolak?"

"Nah itu tau." Ketus Seulgi.

"Astaga Seul...aku lagi nyetir lagian biasanya lo gapapa kalau ditolak teleponnya sama gue, kok sekarang sensi banget?"

"Hem."

Wendy memberi ruang pada Seulgi. Ia mendudukkan dirinya di sebelah Joy, kemudian bergumam dan terdengar oleh Irene.

"Inget Wen, lo cuma terpaksa kesini. Jangan harap rasa kantuk lo berkurang." Gumam Wendy.

"Oh jadi kamu setuju ikut ngumpul itu hanya karena terpaksa? Ya ya ya cukup tau aja." Kata Irene dengan sinis.

Wendy membuka mulutnya terkejut dan menoleh ke Irene yang memandangnya tanpa ekspresi. "Eh...eh...eh...kak Rene salah paham, duh gimana ya jelasinnya." Wendy panik sendiri.

"Wah kak Wen, aku tidak menyangka! Kak Wen ternyata bosan ya ngumpul sama kita." Dramatis Joy yang juga mendengar gumaman Wendy.

"Ha~~~ kalian salah paham. Walaupun tidak sepenuhnya salah tapi tetap salah."

"Heleh, sama aja Wen." Cemberut Irene.

"Ih tau ah. Kok aku malah terpojok begini. Yaudah deh iya, aku jujur sebenarnya males buat ngumpul begini karena lebih enak tidur daripada keluar." Jelas Wendy dengan wajah memelas.

Seketika ketiga lainnya menepuk jidatnya bersamaan, "Astaga Wen/kak!"

"Ya ampun Wen, kalau begitu mah kamu gak usah maksain datang." Ungkap Irene.

"Ya gak enak sama kakak, ditambah kalau kakak yang ngajakin aku tuh gak bisa nolak, kecuali sama Seulgi, Joy, dan Yeri." Wendy mengedipkan sebelah matanya genit.

Irene melihat itu tertawa kencang. Sedangkan Seulgi, Joy, dan Yeri memajukan bibirnya ke depan. Cemberut dengan perkataan Wendy.

"Lama-lama kita kaya nyamuk deh disini." Ledek Yeri.

JOMBLO HAPPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang