Wendy kembali ke rumah. Ia hampir terjungkal melihat jejeran para teman-temannya di depan rumahnya. Jeffrey di belakangnya berhenti mendadak dan mendongak memandang banyaknya tatapan mata yang mengarah padanya.
"Mbak, gue takut ditatap begini. Tatapan mereka bikin gue kebelet pipis." Jeffrey berbisik pada Wendy.
"Menurut lo gue gak takut? Ya enggak, tapi tolonglah gue juga kebelet berak nih." Balas Wendy.
"Ya udah kalau gitu, Jep mau nanya di rumah mbak ada kamar mandi tapi di luar gak?"
"Ada, kita bisa aja kesana. Cuma ini kita dihalangi begini gimana mau masuknya."
"Nah mbak kan pemberani, jadi mbak suruh mereka minggir aja." Usul Jeffrey.
"Nanti gue begitu yang ada enggak bakalan jadi jadi kita ke kamar mandi."
"Yeh katanya berani, gue sih jujur takut sama tatapan mereka. Cepetan mbak, nanti gue nyosor disini."
"Iya, gue gak takut, gak berani." Ucap Wendy.
"Mbak Wen, cepetan ih! Jep gak bisa nahan nih!" Tabok Jeffrey pada pundak Wendy.
"Astaga Jep, nyebut! Sakit tau tepukan lo."
"Maaf mbak, gue udah gak bisa nahan lagi. T-tolong cepetan!"
"Lo tinggal lari, bodoh! Noh ada cela, kita bisa lewatin itu." Tunjuk Wendy.
"Oh iya, duh Jejep gak liat. Yaudah mbak, ayo kita lari! 1! 2! 3! Kaborrrrr!"
Kedua orang itu lari masuk dan masing-masing ke arah kamar mandi berbeda. Wendy ke kiri dan Jeffrey ke kanan. Sedangkan yang lain ikut masuk ke dalam, mereka duduk di ruang tengah menunggu dua sejoli sambil berbincang mengeluarkan pendapat dan bertanya-tanya.
"Kak Wen punya pacar, Win?" Tanya Yeri pada Win.
"Mana aku tau, Win aja heran itu abang siapa. Lagian juga Win gak ngerasa itu pacar kak Wen." Ujar Win dan dianggukki oleh yang lain.
"Eh tapi kayaknya Win pernah liat deh, OH IYA ITU BANG JEP!" Sambung Win.
"Siapa bang Jep?" Irene bertanya.
"Bang Jep tuh karyawan di perusahaan kak Wen. Dulu emang sering main ke sini."
"Oh." Respon Irene.
"Hah aku baru ingat itu bang Jep/Jepri!" Ucap Ning, Gigi, Karina, dan Jen.
"Aku setiap main kesini gak pernah liat tuh orang." Kata Seulgi.
"Ya karena kak Wen biarin bang Jep main kesini kalau teman-teman yang lain lagi gak disini kak." Jelas Winter.
"Sangat patut di curigai!" Timpal Joy.
"Mencurigai orang yang tidak melakukan hal kriminal itu enggak baik, Joy." Seru Wendy mendekat diikuti Jeffrey.
"Etdah bikin kaget aja kak!" Kaget Joy.
"Dah, ini kenalin Jepri. Nama aslinya tanya sendiri." Ujar Wendy.
Irene dan yang lain memandang Jeffrey dari ujung kepala sampai ujung kaki, kecuali lima gadis lainnya. Wendy menahan tawa kala menatap Jeffrey yang menarik-narik ujung bajunya tidak tahan diberikan pandangan seperti itu.
"Halo! Salam kenal semuanya, gue Jeffrey di panggil nengok." Kata Jeffrey.
Wus~ wus~ wus~
Hanya terdengar suara hembusan angin tanpa adanya yang merespon ucapan Jeffrey. Lalu, Jeffrey segera menoleh ke arah Wendy dengan wajah memelas.
"Mbak, gue takut! Berasa balik ke dunia ospek lagi ini mah." Ungkap Jeffrey dengan wajah seperti anak kucing terlantar.
"Santai bro! Sini duduk samping gue deh." Wendy menepuk-nepuk tempat duduk di sampingnya.
Jeffrey mengangguk kaku, ia langsung duduk. Wendy terkekeh melihat tingkah Jeffrey, Irene melepas pandangannya dan mendengus sebal bersama ketiga lainnya.
"Cih, bisa-bisanya kau tak memperkenalkan lelaki tampan ini." Celetuk Seulgi.
"Ya kan sekarang lu udah kenal. Lagian ngapain gue kenalin ke lu juga."
"Pelit! Bilang aja lu pawang para lelaki hensem kan?"
"Seanggapan lu saja."
"Terus kita disini mau ngapain? Kenapa pada gak pulang aja?" Sambung Wendy.
"Oh jadi, ceritanya ngusir? Baiklah, cukup tau kak." Kata Yeri.
"Enggak juga, yaudah kalau mau disini kita habisin waktu bersama daripada terbuang sia-sia."
"Jepri ikutan, boleh?"
"Sendirian? Gapapa lo?" Tanya Jennie.
"Gapapa udah biasa hehe." Jawab Jeffrey.
Jennie mencibir.
"Wen, tuh bule mau di ajak sesat?" Seru Seulgi.
"Yelah dia mah bule mixer, enggak deh dia adalah orang sini asli."
"Nama dia siapa?"
"Lisa."
"Oh."
"Iya."
"We--"
"Sut udah, diem ya. Gue mau fokus nonton, mending lu anteng aja."
Orang-orang disana menghabiskan waktu dengan menonton film dan memesan junk food. Lelah menonton, mereka lanjut dengan yang lain. Sampai pada akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing tengah malam.
~'~
Sedikit, cukup..
KAMU SEDANG MEMBACA
JOMBLO HAPPY
FanfictionSendiri tanpa harus masuk ke dalam kisah percintaan itu sangat menyenangkan. inspirasi dari lagu: Jomblo happy - Gamma1