[6]

1.1K 162 16
                                    

Plakk!!

Tamparan yang begitu keras mendarat di pipi [Y/N], membuatnya jatuh terduduk.

Tes..tes..

Air mata [Y/N] keluar tanpa izin saat merasakan perih luar biasa di pipinya, bibirnya juga sepertinya robek.

Namun bukan itu yang membuat [Y/N] menangis, mengetahui fakta kakaknya sang pelaku yang menamparnya lah yang membuatnya terguncang.

"Onii..chan..?"

Plakk!

Satu lagi tamparan mendarat di pipi [Y/N], menciptakan bekas kemerahan yang sama dengan pipi sebelahnya.

Isakan perlahan terdengar dari bibir [Y/N].

"Hiks..kenapa? Kenapa nii-chan memukulku-KYA!!"[Y/N] memekik saat Aruki menjambak rambutnya sekuat tenaga.

"Kenapa, [Y/N]??"

"Hiks-hentikan nii-chan..sakit!"

"KENAPA KAU TAK TERBANG KE AMERIKA MENEMUI MAX, [Y/N]. KENAPA??!"murka Aruki dengan mata melotot bak orang kesetanan, sedang [Y/N] terus meraung kesakitan.

Kakaknya yang tak pernah kasar sedikitpun padanya berubah menjadi kejam dan tak berperasaan.

Kemana kakaknya yang dulu? Apa yang terjadi sebenarnya?

Mengapa kakaknya lebih mementingkan Max daripada [Y/N] yang merupakan adiknya?

"Nii-chan sakit-OHOKH!" [Y/N] terbatuk saat Aruki memukul ulu hatinya, membuat wanita itu langsung tak sadarkan diri.

Nafas Aruki memburu, matanya yang memancarkan aura kemarahan semakin emosi mengingat ia tak bisa lagi mengonsumsi narkoba.

"ARRRGHH SIALAAAN, DASAR ADIK TAK BERGUNA!" pekik Aruki menarik salah saru kaki [Y/N] dan menyeretnya menuju sebuah ruangan dibawah tanah yang merupakan gudang.

Drak..brak!

Brakh..brakk!

Badan [Y/N] yang tak sadarkan diri mengenai anak tangga, menimbulkan suara jatuh yang lumayan nyaring ditengah sunyinya rumah.

Setelah sampai di tempat minim cahaya itu, Aruki melempar [Y/N] ke tengah tengah perabotan tak terpakai yang berada disana, lalu mendecih.

"Dasar bangsat, gara gara kau, Max jadi mati,"geram Aruki menggeretakkan gigi.

"Semua salahmu! KARENAMU, AKU TAK BISA LAGI MENGONSUMSI OBAT DEWI-KU!!"teriaknya murka sambil menunjuk nunjuk kearah [Y/N].

"Ah, sudahlah. Biar saja kau mati disini, toh, kau juga sudah tak ada gunanya"gumam Aruki seraya menutup pintu ruang bawah tanah.

.
.

"Ck, mengapa aniki tak menghubungiku sedikitpun? Apa dia terlalu bersenang senang dengan wanita-nya sampai lupa kalau punya adik?"decak Rindou.

"Bodoh, kenapa harus memikirkannya juga, gak guna!"kesalnya mengantongi smartphone dan menyandarkan punggung.

Sesampainya di markas Bonten, Rindou merasakan firasat tak enak.

Padahal suasana disana tak ada yang berubah, sunyi.

Rindou sudah menulusuri berbagai ruangan, dari pantry, ruang rapat, kolam renang, tak ada keberadaan Ran dimanapun.

Kakaknya itu pergi kemana, sih?

Markas lengang, sepertinya yang lain sedang menjalankan bisnis masing masing.

Koko dan Mochi pasti sedang bernegosiasi dengan kolega.

Mikey dikawal Kakucho, sepertinya di loteng entah membahas apa.

My Girl[Rindou Haitani×Readers] Tokyo RevengersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang