04

151 12 0
                                    

Helaan nafas terdengar dari sebrang telepon, membuat yang menelpon menggigit jarinya gugup. Rengekan memohon kembali dikeluarkan, ia harus tetap menginap disini bagaimana pun caranya.

' baiklah, aku izinkan. Tapi, kamu harus pulang besok paginya. Akan ku kirim anak buah ku yang lain malam nanti, guna menjaga rumah itu sampai pagi. Jangan tidur terlalu larut, kandungan mu masih harus dijaga. Jangan- '

"Aku mengerti, kalau begitu aku akan tutup teleponnya. Jangan lupakan untuk makan malam, aku tau kau tak sempat makan siang tadi" katanya menyela ucapan sang suami.

Di sebrang sana, sang suami terkekeh mendengar gerutuan kesal sang istri akibat kebiasannya. Kata maaf ia ucapan, ia sudah mencoba untuk menghilangkan bad habit. Tapi tetap saja, itu tak akan bisa hilang jika istrinya tak berada di sampingnya.

Setelah panggilan tertutup, ia memasukkan ponselnya kedalam saku gaunnya. Berjalan keluar panti untuk melihat kedua anak buah suaminya yang berjaga.

"Kalian!" Katanya memanggil keduanya, yang dipanggil sontak menoleh dan mendekat. "Aku akan menginap malam ini, aku juga sudah izin pada suamiku jadi tak apa. Kalian bisa berjaga di dalam saja, akan turun hujan di luar jadi-"

"Maaf menyela nyonya" katanya sambil menunduk tak enak, Terra mengangguk paham membiarkannya untuk bicara. "Kami akan menunggu di mobil saja, kami tidak mengganggu anda. Kami akan selalu standby di mobil juga menyalakan kamera jika kami tiba-tiba saja tertidur, kami hanya takut jika terjadi sesuatu di dalam rumah itu" katanya menjelaskan setelah diperbolehkan bicara.

"Juga," yang satu ikut berbicara. "Kami memasang beberapa kamera didalam, kami bisa melihat anda dari mobil" katanya berbisik, takut suaranya terdengar oleh anak-anak atau pemilik panti.

Helaan nafas terdengar, ia memejamkan matanya sebentar. Tak suaminya, tak juga anak buahnya. Sama-sama protektif semenjak kehamilan pertamanya, tapi tak apa. Ini semua demi kebaikannya dan calon anaknya juga, kan?

"Baiklah, kalau begitu aku masuk. Kalian sudah makan siang, bukan?" Tanyanya yang dibalas anggukan oleh keduanya.

>>><<<

Wangi harum dari dapur membuat langkahnya berbalik, mengikuti bau harum yang berada di dapur. Lampu dapur menyala terang seperti ruangan lainnya, terlihat Marabelle yang sedang membuat sesuatu disana. Langkah kakinya mendekat, memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh wanita 24 tahun tersebut.

"Marabelle?" Panggilan lembut itu mengangetkan sang empu hingga sedikit tersentak, membuat sang ibu hamil juga ikut terkejut.

"Maafkan aku yang mengejutkan mu" katanya tak enak, sedangkan yang sedang memasak hanya tersenyum.

"Tenanglah, lagipula aku tak apa. Aku terkejut karena aku sedari tadi sendiri, terus tiba-tiba kau muncul dibelakang ku makanya aku terkejut" katanya menjelaskan pada si ibu hamil yang terkekeh canggung.

Manik coklatnya menatap kedua tangan Marabelle yang cekatan memasukkan, mengaduk, memotong sayur juga daging ayam. Ia terkagum melihat betapa cepatnya kedua tangan itu bergerak. Bagi dirinya memasak adalah hal yang paling menyenangkan, tapi untuk dirinya memasak sangat jarang terjadi semenjak kehamilannya.

"Boleh aku membantumu?" Tanyanya sambil melihat beberapa sayuran yang sepertinya belum dicuci, yang ditanya menoleh, menatap ragu di penanya. "Boleh yaaaa" katanya membujuk, mau tak mau ia mengangguk mengiyakan. Membiarkan tamu nya mencuci sayuran lainnya.

"Omong-omong, aku akan menginap disini. Tak apa, kan?"

Yang ditanya terdiam dari pergerakannya, menatap kosong ke depan sebelum menoleh pada Terra. Yang ditatap diam, menatap sedikit bingung saat tak mendapat jawaban. Selang beberapa detik setelahnya terdengar tawa canggung dari Marabelle.

"M-maafkan aku, y-ya tentu saja tak apa. Kau bisa tidur denganku atau dikamar anak-anak"

💒💒💒

Note:


Hallooo

Ehehe, update cepet deh~

Semoga suka yaa, ga tau deh ini cerita bakal kaya gimana kedepannya:")

OrphanageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang