Lee Jeno as Alaska Jevan Lesmana
Park Jisung as Jaffan Pradipta
Na Jaemin as Narendra Jeremy&&&
Bagaimana kalau kamu tiba tiba di panggil 'mama' oleh anak kecil berumur 10 tahun, wow kok bisa?
Jadi di mulai pada malam hari itu, dimana Jevan yang sedang berjalan di gang sepi menuju rumahnya, Jevan tinggal sendiri di rumah pemberian almarhum ayahnya, ia baru saja menginjak umur 19 tahun tapi Tuhan sudah mengambil papanya satu satunya keluarga yang tersisa
Gang itu begitu sempit sampai sampai mobil pun tidak bisa melewatinya, suasananya pun sedikit menyeramkan karena sudah malam hari, hanya ada 2 sampai 3 lampu saja yang menerangi gang itu
Tenang tenang ini bukan menceritakan kisah horor, setelah beberapa meter masuk gang tersebut Jevan merasakan ada yang mengikutinya, dia berjalan semakin cepat
'Papa tolongin Jevan, oh iya papa kan sudah tidak ada, aduh pokoknya papa harus jagain Jevan please Jevan takut pa'
Entah dorongan dari mana Jevan berhenti mendadak dan ingin melihat kebelakang, dengan amat pelan tubuhnya berputar kebelakang
"Aaaaaaaaaa tuyul tuyul, tolong!!" Betapa terkejutnya Jevan setelah berbalik malah menemukan anak kecil
"Mama aku bukan tuyul" anak itu berkata dengan nada yang agak kesal
Perkataan itu membuat mata Jevan yang tadinya tertutup karena terkejut dan takut kini terbuka pelan pelan
"Mama baik baik aja kan?" Anak itu mengajukan pertanyaan kepada Jevan sembari memegang tangan jevan
Aneh dia memanggil Jevan dengan sebutan mama
"Ah kamu ini manusia kan?" Bukanya menjawab Jevan malah bertanya pertanyaan yang tidak masuk akal, tadi anak itu sudah memegang tangannya dan itu tidak tembus berarti ia manusia, Jevan saja yang bodoh
"Mama ini gimana sih, jelas jelas aku udah pegang tangan mama tadi"
"Tunggu tunggu, nak aku ini bukan perempuan jadi jangan memanggilku dengan sebutan mama, dan bahkan kita tidak saling mengenal" penjelasan Jevan membuat anak itu murung dan Jevan menyadarinya
"Ah iya kita tidak saling mengenal bukan berarti tidak bisa saling mengenal bukan, ayo perkenalkan namamu" Ah untung saja anak itu tidak jadi menangis
"Namaku Jaffan, Ma" Jevan bisa melihat binar di mata anak itu
"Ah baiklah Jaffan, hari sudah semakin gelap kamu tidak pulang ke rumah?"
"Rumah?" Sepertinya anak bernama Jaffan itu tidak tau rumah
'Ya Tuhan aku harus bagaimana' batin Jevan bingung
"Jaffan tau tidak nomor papa kamu?" Siapa tau anak itu ingat makanya Jevan menanyakannya kepada anak itu
"Jaffan tidak punya papa, Ma" lagi dan lagi anak itu selalu memanggil nya dengan sebutan mama tapi itu tidak penting yang penting sekarang bagaimana cara Jevan menemukan orang tua dari anak bernama Jaffan ini
Tak tega dengan anak itu akhirnya Jevan memutuskan untuk membawa anak itu ke rumahnya dulu besok baru mencari orang tua anak itu
"Nah, bagaimana kalau Jaffan ikut Kakak aja ke rumah kakak?"
"No kakak, Mama yes" anak ini huft Jevan harus bersabar
"Baiklah baiklah terserah kamu, bagaimana kamu mau tidak?"
"Tentu saja aku akan ikut mama" yayaya Jevan akan terbiasa dengan panggilan mama itu
"Baiklah ayo kita jalan sedikit lagi itu depan adalah rumah mama"
Mereka berdua berjalan dengan santai, dengan Jevan memegang tangan Jaffan yang kecil itu, tidak sampai memakan waktu lima menit akhirnya mereka tiba di rumah Jevan
Jaffan terlihat antusias sekali dengan rumah itu, rumah yang sangat sederhana dengan cat tembok berwarna biru dan hijau dan ada tanaman gantung mungkin ada lima sampai tujuh tanaman, begitu pas dengan suasana di rumah itu
"Hey, berhenti melihat lihat ayo masuk!" Tanpa Jaffan sadari Jevan sudah berada di depan pintu
"Ah iya mama" Jaffan segera berlari menghampiri Jevan
Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah Jevan, setelah mereka masuk Jevan langsung menutup pintu dan menguncinya
"Wah rumah mama sangat bagus" bukan hanya luar rumah saja ternyata di dalam rumah pun amat amat bagus, simpel tapi membuat Jaffan takjub
"Terima kasih nak, nah sekarang sudah malam, kamu harus mandi, mama akan mencari baju mama waktu se umuran kamu, kamar mandinya ada di sana" Jevan menunjuk salah satu pintu yang dalamnya kamar mandi
"Baiklah ma, Jaffan mandi dulu"
—————————————————"Huft apakah ini akhirnya, aku harus menjadi orang tua? Bahkan untuk makan saja untukku kadang tidak cukup, bagaimana nasibku ke depan dengan anak itu"
Tanpa di sadari setetes air mata jatuh dari mata kecil Jevan
"Ah mengapa aku menangis, sudahlah ayo bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan ku dan Jaffan, semangat Jevan pasti kamu bisa!!"
Setelah mencari baju untuk Jaffan akhirnya dia keluar dari kamarnya dan bejalan ke arah kamar mandi
"Nak apakah mandi mu sudah selesai?"
"Sebentar lagi ma"
"Baikah bajunya aku taruh di kursi ya, mama akan membuat makan malam untuk kita"
"Iya ma, taruh saja di situ"
Jevan menaruh baju ganti Jaffan di kursi depan kamar mandi, lalu ia pergi ke dapur kecil di rumahnya, ia membuka rice cooker ah ternyata nasi nya masih, baiklah Jevan akan membuat nasi goreng
"Hmm bau enak apa ini ma?"
"Mama memasak nasi goreng, apakah kamu mau?"
"Tentu saja aku mau, aku akan menjadi juri masakan mama"
"Ahahaha, ayo ayo kita ke ruang tamu kita makan di sana"
Mereka pergi ke ruang tamu untuk memakan makanannya, hanya ada ruangan itu untuk duduk, kalau kalian masuk ke rumah Jevan kalian akan langsung melihat ruang tamu dengan televisi usang, lalu di samping ruang tamu langsung di perlihatkan dapur, di sebelah dapur ada kamar mandi, dan di belakang lemari televisi kalian bisa menemukan sekat pembatas dengan blockboard dan di sanalah kamar satu satunya di rumah ini, sangat minimalis bukan tapi itu sudah cukup bagi Jevan, kembali dengan Jevan dan jaffan
Jaffan menyuap sesendok nasi goreng itu ke mulutnya, dan dia langsung melebarkan matanya
"Apakah tidak enak?" Jevan yang sedari tadi memperhatikan jaffan langsung bertanya
"Ah tidak ma, bahkan ini nasi goreng ter enak yang pernah jaffan makan, kenapa mama tidak berjualan nasi goreng?" Dengan mulut sedikit penuh Jaffan menjawab
"Ah kamu bisa saja, mama tidak yakin banyak yang mau beli, dan juga modal nya harus banyak, sedangkan uang tabungan mama hanya tinggal sedikit"
"Maaf jaffan izin bertanya, ma sekarang mama bekerja di mana?"
"Tidak apa apa, mama sekarang bekerja di toko roti paman Naren. Paman Naren sangat baik kepada mama dia bahkan sering memberikan roti gratis kepada mama, dan mama sepertinya jatuh cinta kepada paman Naren itu"
"Besok mama berangkat kerja lagi?"
"Iya, setiap hari mama berangkat"
"Apakah besok Jaffan boleh ikut mama?"
"Kalau kamu mau, kamu bisa ikut"
"Terimakasih mama" Jaffan tersenyum dan langsung memeluk Jevan
"Nah Jaffan, habiskan makanannya lalu pergi tidur, hari semakin larut kamu harus cepat tidur"
"Siap ma!!" Jaffan langsung menyantap nasi goreng itu dengan lahap, itu membuat hati Jevan menghangat, biarlah besok apa yang terjadi yang penting adalah menghidupi anak ini dan dirinya sendiri, Ah masalah Naren.... sebenarnya aku sangat mencintai nya namun aku malu untuk menyatakan perasaan ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevan
RandomKumpulan oneshot, twoshot cerita jn bott, dengan nama Alaska Jevan Lesmana. Typo? Maaf saya masih amatir, bilang saja di kolom komentar. Terimakasih