Esok nya, Jevan mengajak Jaffan ikut ke tempat kerjanya, ya Toko roti milik Naren, hampir setengah tahun Jevan bekerja di sana, omong omong umur Naren itu baru memasuki tahun ke 21 tetapi dia sudah punya toko besar yang sudah lumayan sukses, itulah yang membuat Jevan jatuh hati kepada Naren.
Sesampainya di sana toko itu baru saja akan buka, di depan pintu ada Naren yang sedang membuka gembok toko, langsung saja Jevan beserta Jaffan menghampiri Naren.
"Hai, apakah aku terlambat?" Tangan jevan terulur untuk menepuk pundak Naren.
Naren sedikit terkejut lalu membalikan badannya. "Hallo, tentu saja tidak aku baru akan membukanya, kau ingin membantu?"
"Boleh."
Jevan membantu Naren membuka gembok yang lain, sampai Jevan melupakan kehadiran Jaffan. 'mereka bahkan melupakan kehadiranku? Sangat menyedihkan.' batin Jaffan nelangsa.
Saat hanya menyisakan satu gembok saja, Jevan ingin membukanya namun malah tangannya bersentuhan dengan tangan Naren yang juga ingin membuka gembok itu, alhasil tangan mereka menyatu.
"Ekhem!" Jaffan berpura pura batuk. Dengan terkejutnya Jevan reflek menarik tangannya.
"Silahkan kakak saja yang membukanya." ujar Jevan dengan menundukkan kepalanya.
"A-ah t-terimakasih." Dengan cepat Naren membuka gembok lalu masuk ke dalam. 'kenapa aku malah gugup seperti itu tadi, ah iya jika di rasa rasa tangan jevan halus juga hehehe' Naren berjalan dengan membatin sembari tersenyum senyum sendiri, ini kalau ada yang melihat pasti Naren akan di kira gila sebab tersenyum senyum sendiri.
Setelah kepergian Naren, Jaffan tertawa terbahak-bahak sebab melihat tingkah Naren yang salah tingkah di hadapan Jevan.
Berbeda dengan Jaffan, Jevan malah memegangi tangannya sambil tersenyum, ternyata Jevan sama saja dengan Naren, sama sama salah tingkah.
Setelah puas tertawa Jaffan mengajak Jevan masuk "Ma kau ingin di sini seharian? Tidak ingin membantu paman Naren? Ayo ma kita masuk!"
"Ah iya, ayo masuk."
Mereka berdua pun masuk ke dalam toko roti Naren, mereka langsung menuju ruangan khusus pegawai toko, lalu Jevan menuju lokernya dan membukanya mengambil apron dan langsung memakainya.
"Jaffan sayang, kamu tunggu disini ya nanti mama ambil mainan buat Jaffan dan juga pasti mama ambilkan makanan juga, jadi Jaffan disini saja ya." ujar Jevan dengan halus memberitahu Jaffan.
"Baiklah ma Jaffan mengerti dan Jaffan akan menjadi anak yang baik." Jaffan menjawab sembari membuat gestur hormat
"Baiklah kalau begitu mama tinggal dulu ya nak, ingat pesan mama jangan melakukan sesuatu yang membahayakan dirimu ataupun orang lain." ucap Jevan mewanti wanti anaknya;Jaffan.
"Tidak perlu khawatir ma aku akan menuruti perintah dari mama." jawab Jaffan dengan senyum yang membuat Jevan tersenyum juga lalu Jevan pergi meninggalkan Jaffan di ruang pegawai toko.
Sebenarnya Jevan tidak ingin meninggalkan Jaffan sendiri di ruangan tersebut. Namun, apa boleh buat Jevan khawatir nantinya Jaffan akan membuat kerusuhan jadi Jevan meninggalkan Jaffan sendiri.
Saat Jevan sedang menata kasir, ia di kejutkan oleh Naren yang datang secara tiba tiba.
"Jevan, boleh aku bertanya?" Tangan Naren menepuk bahu Jevan.
"N-naren, t-tentu saja boleh." Jevan merasa gugup takut Naren menanyakan hal yang tidak tidak.
"Anak kecil yang bersama mu tadi, itu siapa?"
"Ceritanya panjang, intinya dia adalah Jaffan. Eum apakah kau keberatan jika aku membawanya?" Jevan takut sekali jika Naren marah akan kehadiran Jaffan.
"Tidak tidak tentu saja aku tidak keberatan. Maksudku dia anak siapa, setahuku kau tidak punya adik." Naren penasaran sekali tentang Jaffan, karena selama Jevan bekerja di tokonya Jevan tidak pernah membawa anak kecil baru kali ini Jevan membawa anak kecil ke tokonya
"D-dia adalah anakku..." Jevan sedikit ragu untuk menceraikan semuanya namun pada akhirnya Jevan tetap menceritakan tentang Jaffan kepada Naren, mulai dari pertemuan Jevan dengan Jaffan sampai saat ini.
Setelah mendengarkan cerita Jevan tentang Jaffan dengan baik. Naren memberanikan menggenggam kedua tangan Jevan "Jujur saat pertama-"
Kring ... Kring ...
Lonceng pintu toko berbunyi tanda bahwa ada pelanggan yang datang. Jevan langsung melepaskan tangannya dari genggaman Naren dan menghampiri pelanggan itu.
"Huh baru saja ingin menyatakan cinta ada saja penghalang nya." Naren menghembuskan nafas kesal, saat ingin serius ada saja yang mengganggunya.
"Aku tau bahwa kau pasti menyukai mamaku, aku juga suka denganmu, akan ku bantu kau untuk mendekati mamaku." ucap Jaffan tiba tiba muncul di dekat Naren. Hampir saja Naren berteriak karena Jaffan muncul secara tiba tiba dan berkata demikian.
Mereka berdua menatap Jevan yang sedang melayani pembeli seakan terhipnotis oleh Jevan.
"Begini rencananya..." Jaffan menyusun rencana yang sangat hebat untuk pendekatan Naren dan Jevan. Rencana tersebut pun di setujui oleh Naren "Rencana yang bagus, aku akan melaksanakannya nanti malam, kau juga harus membantuku calon anakku."
Waktu berjalan dengan cepat, sekarang adalah pukul 7 malam waktu yang tepat untuk menjalankan rencana pendekatan Naren dengan Jevan. Jaffan mengajak Jevan untuk berkeliling di sekitaran toko Naren, agar Naren bisa mempersiapkan semuanya, saat Naren sudah mempersiapkan semuanya dia akan mengirimkan sinyal kepada Jaffan agar membawa Jevan kembali ke tokonya.
Tit ... Tit ... Tit
Jam yang di pakaikan Naren ke Jaffan berbunyi tandanya Naren telah selesai menyelesaikan persiapannya."Ma ayo kembali ke toko paman Naren aku sudah lelah ingin duduk." Jaffan memang pintar sekali ber ekting
"Iya, ayo kembali mama juga sudah cape."
Saat kembali ke toko, semua lampu di toko padam itu membuat toko keliatan sepi, namun toko belum tutup. Dengan berani Jevan dan Jaffan memasuki toko itu.
Jevan terkejut saat ada tangan yang memegang pundaknya, ia ingin berbalik namun Jevan takut. Tapi Jevan harus berani itu yang di katakan Jevan ke dirinya sendiri
'bukan apa apa kok, jika dia bukan manusia pasti tidak bisa menyentuhku, dia pasti manusia'
Perlahan Jevan membalikan tubuhnya dengan mata tertutup, saat itu juga lampu di toko kembali menyala, dan Jevan sedikit demi sedikit membuka matanya. Betapa terkejutnya dia di depannya Naren sedang berjongkok sambil memegang cincin
"Alaska Jevan Lesmana, aku Narendra Jeremy ingin melamar mu, saat pertama kali bertemu aku jatuh cinta kepadamu, kamu begitu menarik di mataku, kamu juga berbeda dengan yang lain itu membuatmu lebih menarik lagi, kamu begitu baik, lembut, pokoknya kamu sudah sempurna untuk menjadi ibu dari anak anakku kelak, aku sangat mencintaimu Jevan. Jika kau menerima lamaranku maka pakai cincin ini tetapi jika kau menolak lamaranku buang saja cincin in.i" Naren menutup matanya takut takut jika Jevan akan menolaknya dan membuang cincinnya.
Tidak ada jawaban dari Jevan hanya terdengar isak tangin tipis tipis itu membuat Naren membuka matanya.
"Hey hey jangan menangis, maaf jika aku salah aku-" ucapan Naren terpotong karena Jevan menubrukkan badannya ke Naren dan langsung mencium bibir Naren.
'tidak mataku ternodai' batin Jaffan menjerit sambil menutup matanya.
"Aku Alaska Jevan Lesmana menerima lamaran dari Narendra Jeremy, aku siap menjadi ibu dari anak anakmu kelak, aku juga sangat mencintai mu Narendra Jeremy." Jevan mengatakan itu sambil menangis tersedu sedu
End
Hehe hallo, maaf membuat kalian menunggu, aku sudah kembali, aku sempat lupa password akunku dan juga beberapa bulan ini aku sibuk dengan sekolah, mungkin kedepannya juga akan sibuk dengan sekolah. Sekali lagi aku minta maaf, see you later, bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevan
RandomKumpulan oneshot, twoshot cerita jn bott, dengan nama Alaska Jevan Lesmana. Typo? Maaf saya masih amatir, bilang saja di kolom komentar. Terimakasih