"Ohh Prada! Fuck I like it when you do that."
"Omg Prada!"
"Ahh..."
"Fuck!"
Cesa melengkungkan badannya ketika Prada menjilat klitorisnya. Prada sangat tahu apa yang Cesa inginkan. Tangannya tak tinggal diam, ia ikut meremas payudara Cesa yang masih terbalut bra berwarna hitam itu.
"Cesa I'm crazy about you," ucap Prada lalu meneruskan menjilati kewanitaan Cesa.
Cesa yang mendongakkan kepalanya sontak menunduk melihat kepala Prada di tengah-tengah selakangannya. Ia tak menjawab perkataan Prada malah menekan kepala itu lebih dalam.
"Oh my God Pradaaaa~"
Cesa menarik kepala Prada setelah mendapatkannya. Ia mencium Prada dengan buru-buru. Tangannya melepas kancing pada celana kerja milik Prada. Lalu menarik celana itu turun begitu juga dengan boxer yang digunakan Prada. Tangannya meraih kejantanan itu dan mengocoknya pelan.
"Fuck Cesa," geram Prada merasakan tangan halus Cesa pada kejantanannya.
Prada menyingkirkan tangan Cesa dan mulai mendekatkan kejantanannya pada kewanitaan Cesa. Mengitarinya dan menaik-turunkan kejantanan itu di sekitar klitoris Cesa. Saat akan memasukkannya—bahkan sudah masuk sedikit, Cesa bangkit dan mengaggetkan Prada.
"What's wrong?" tanya Prada.
"I can't."
"What do you mean you can't?" tanya Prada lagi.
"Can I just do blowjob for you?" tanya Cesa.
"Did I hurt you?"
"No no no, you didn't."
"Terus kenapa Cesa?"
"Gue gak siap."
"Terus kenapa lo mancing gue, Anjing?!"
"Gue pengen ngerasain! Selama ini lo selalu ngalangin semua cowok buat deket sama gue! Lo gak tau kayak gimana reaksi temen gue kalo sampe mereka tau gue masih perawan!"
"Oh? Pride?"
"Prada lo tau kita hidup di abad 21. Gimana kalo orang tau gue masih perawan di umur gue yang udah 26?!"
Prada tersenyum. "Kalo gitu mau gue bikin biar gak perawan lagi?"
"Gue mau. Lo gak jelek. Ganteng banget malah. Gue gak bakal nyesel kalo yang ngambil lo. Tapi gue gak pengen main sama sahabat gue sendiri anjir!"
Prada menggesek pelan paha Cesa dan berkata, "Selama ini lo sebut apa ini kalo bukan main?"
"We just play. Like nothing serious."
"Oh c'mon Cesa, we're 26!"
Cesa berdiri dan melangkahi Prada yang ada di bawahnya hanya dengan boxer-nya. Ia mengambil bra yang sebelumnya di buang oleh Prada.
"Gue tau. Tapi mending lo cari cewek lain. Soalnya gue gak berminat buat ngelanjutin ini ke main course."
"Fuck you!"
"You're welcome."
Prada kemudian memasuki kamar mandi. Sementara Cesa berbaring di tempat tidur sambil bermain ponselnya. Ia mengalihkan pandangannya ke pintu kamar mandi ketika mendengar suara desahan. Cesa sangat menyukai ketika Prada selalu mengalah untuknya. Bahkan ketika ia sedang di ujung tanduk pun, ketika Cesa mengucapkan kata tidak, maka ia tidak akan meneruskannya.
What a gentleman.
Mereka sudah berteman dari kecil, maka dari itu perlakuan Prada kepada Cesa adalah hal biasa. Namun, sebisa mungkin Cesa menghindari melakukan hal yang lebih daripada foreplay. Bagi Cesa keperawanannya hanya akan ia berikan kepada suaminya kelak. Mungkin terdengar old sentence tapi memang itu yang diinginkan Cesa. Puji Tuhan Prada tidak pernah memaksa lebih kepada Cesa. Ah ia sangat menyukai lelaki itu.
Prada keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan boxer-nya. Di tambah rambut lelaki itu yang masih basah. Ia merebahkan diri di samping Cesa yang masih enggan menggunakan bajunya, masih dengan pakaian dalamnya.
"Lo gak pengen pakai baju gitu?" tanya Prada dengan mengelus perut wanita itu.
"Why? You don't like it?"
"I fucking like it. But I don't like being blue balls."
Cesa tertawa mendengar ucapan Prada.
"Marry me then. You don't have to had blue balls anymore."
"If you say so, when?"
"Fuck you!"
Prada memeluk wanita itu. Ia meletakan kepalanya di bahu wanita yang sedang rebahan itu. Cesa meletakan ponselnya dan mengelus rambut Prada.
"Lo betah banget sih sama Yuda."
"Well, he's loveable," jawab Cesa dengan senyuman.
Damn! Prada sangat suka senyuman itu.
"He's a dick!"
"Watch yourself! He's sweet enough to make me happy."
"But you come to me," ucap Prada bangga.
"No, you come to me."
"Yes, I cum for you."
"Fuck you Prada! Get away from me!" ucap Cesa ketika Prada mulai menciumi lehernya lagi.
"Bahkan ketika lo ada masalah, gue orang pertama yang lo hubungin."
"Oh? Jadi lo gak mau gue mintain tolong?"
Prada tertawa mendengar suara defensif dari Cesa. Ia mendekat dan memeluk wanita itu. Begitu pun dengan Cesa yang mendekap tubuh tanpa pakaian Prada.
"I always thanks to God to have you as my bestfriend."
"Me too. Let's just sleep. It's 2am and tomorrow is monday."
"Yeah, fuck that."
***
Hai,
short chapter for those who been waiting.