1. Heartbreak

64 12 1
                                    

Jihyo pov

Senin seperti biasa, kesibukanku dimulai. Dengan semangat aku pergi ke kantor mengendarai mobil volvo C30 keluaran 2009 milik ayahku dulu. Di basement parkir aku melihat Im nayeon berciuman di dalam mobil dengan seorang pria. Pasti pacar barunya minggu ini karena minggu lalu pacarnya berambut pendek cepak sedangkan pria dalam mobil ini terlihat berambut gondrong dari kaca mobil depan.

"Kalian akan bisa ditangkap oleh satpam jika melakukan hal tidak senonoh di tempat umum" kataku sambil mengetuk kaca samping mobil.

"You can join us, darling" jawab Nayeon menyudahi sesi ciumannya dan membuka pintu mobil.

"Pria ke berapa dalam satu bulan ini? Kau gila" kataku sambil memelototinya walaupun tidak membuat Nayeon bergeming. Tentu saja, dia sangat percaya diri dengan dirinya.

"Tenang saja, yang satu ini benar-benar tergila-gila padaku" jawabnya sambil mengerling dan menggandeng tanganku menjauh dari mobil pacar barunya. Oh tentu saja dengan cium jauh dan wink yang dia berikan pada pacar barunya sebagai tanda perpisahan.

.

"Jam 1 siang ketua Ji Eun ingin mengadakan meeting dengan semua anggota tim" teriak Yuju, salah satu teman sekantorku.

"Oh no, big problem" bisik Nayeon yang bilik kerjanya di sebelahku.

"Apa maksudmu?"

"Sana belum datang. Aku yakin dia masih terpuruk karena kejadian semalam. Kita harus menyeretnya saat jam makan siang ke kantor. Bisa-bisa ketua Ji Eun mengamuk jika satu anggotanya tidak datang"

"Kita bisa bilang kalo Sana sakit kan?" Usulku sambil memilah topik yang ingin kutulis bulan ini.

"Kau pikir semudah itu ketua percaya? Oh God, dia akan mengintimidasi kita dengan banyak pertanyaan seperti kasus Lee woonyoung tahun lalu yang membuat dia dan temannya Kim Yuna dipecat" cerocosnya panjang lebar.

"Oke. Opsi menyeret Sana ke kantor lebih masuk akal sekarang".

.

Aku dan Nayeon berencana mendobrak apartemen milik Sana. Walaupun itu ide yang amat gila. Bagaimana mungkin pintu tebal apartemen bisa didobrak dengan tubuh ringkihku dan Nayeon. Jadi kami hanya bisa memencet bel rumah Sana terus menerus dan meneriakkan namanya dari luar. Persetan dengan tetangga sekitar.

"Sanaaa... buka pintunya atau akan aku dobrak pintu apartemenmu!" Teriak Nayeon sambil mengetuk pintu keras apartemen Sana dengan membabi buta.

"Kau hanya akan menyakiti tanganmu" kataku mulai capek memencet bel selama 10 menit.

"Kita berdua akan mati jika tidak berhasil membawa Sana ke kantor dan jika kita telat datang, kita akan mati untuk kedua kalinya" Nayeon terlihat sudah putus asa karena selama 10 menit berteriak, Sana tidak menunjukkan batang hidungnya.

"Sanaaa, ketua Ji Eun akan mengundi tiket liburan ke Paris hari ini. Cepat buka pintunya" Ucapku berteriak. Aku akan sangat menyesal datang menjemput Sana jika dia tidak membukakan pintunya.

Klik. Pintu apartemen Sana terayun terbuka. Terlihatlah makhluk yang tidak punya gairah hidup dan menyedihkan. Aku tidak percaya masih bisa mengenalinya sebagai temanku. Keadaannya sekarang sangat kacau, tidak seperti Sana biasanya yang terlalu bersemangat dan penuh energi.

"Kenapa kalian datang?" Tanya Sana dengan nada lesu. Tangan kanannya terus mengucek mata sedangkan tangan kirinya memegangi selimut yang melingkupi badannya.

"Kau sungguh kacau, darling" kata Nayeon tanpa permisi langsung masuk ke dalam apartemen Sana.

Aku langsung memeluk Sana, seolah-olah mentransfer sebagian energi yang aku punya.

"Kau akan baik-baik saja, Darling. Dia hanya seorang pria" kataku mencoba untuk menghibur dan memapahnya ke sofa.

"Siapa nama pria brengsek yang sudah mencampakkanmu?" Tanya Nayeon sengit.

"Nam... joon oppa. Kukira... dia yang terakhir. Ku... kira akan bisa menikah ta.. hun ini. Dia menghilang begitu saja... dia memblock nomerku. Sepertinya aku membuat... kesalahan.. dia.. pas..ti nembenciku" ucap Sana terbata-bata dan menangis keras.

"Semua pria memang sama saja. Tentu ini bukan salahmu Sana. Aku yakin kamu tidak melakukan kesalahan. Namjoon hanyalah pria brengsek tidak tahu malu" kataku mencoba menghibur.

"Aku yakin kamu tidak seperti wanita-wanita menyedihkan yang dibutakan oleh cinta. Yang tiap malam menelpon kekasihnya sampai jatuh tertidur atau menanyakan kabar selama 24/7 atau terus mengajak kencan kekasihnya setiap hari dan menceritakan semua kegiatannya sehari-hari. Huftt menjijikkan, itu sangat merendahkan image wanita dan contoh wanita bermasalah. Aku yakin kamu tidak semenyedihkan itu dan bukan wanita bermasalah" ucap Nayeon sambil mengelus rambut Sana mencoba menenangkan.

"Aku yakin kamu bisa melupakannya, seperti tahun lalu kau bisa move on dari Yoongi. Life goes on, Darling" tambahku.

"Well guys, itu yang kulakukan" Kata Sana dengan menatap kedua mataku dan Nayeon.

"Hah? Maksudmu"

"Aku adalah wanita menyedihkan dan bermasalah seperti yang Nayeon katakan" jawab Sana sambil membuang ingus menggunakan selimutnya.

Aku dan Nayeon berkomunikasi lewat mata. Ya, aku dan Nayeon telah salah bicara. Harusnya dia tidak pernah menyinggung masalah image wanita di depan Sana yang dimabuk cinta. Well, mungkin aku juga akan menggila seperti Sana jika menemukan cinta sejatiku yang tiba-tiba pergi tanpa kabar bagai ditelan bumi.

.

TBC

How to Get Dumped by a Boyfriend In 10 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang