0.1

10 1 2
                                    

Langit menghitam, angin sepoi-sepoi menerbangkan daun-daun kering, suara bising kendaraan terdengar bersahutan. Hari itu, tepat 6 bulan setelah kejadian memyedihkan berlalu. Tak ada sedikitpun kabar dari Naufal yang sebelumnya memilih meninggalkannya. Hanya mendengar dari sahabanya Silvi Adista, bahwa kini Naufal tengah melanjutkan Study  disalah satu Universitas kota sebelah. Mengambil jurusan hukum lebih tepatnya.

Mata hitam jernih mengadah keatas, satu rintik demi rintik kian berjatuhan membuatnya terpaksa harus meneduh dihalte terdekat, ternyata mencari kerja diwaktu seperti ini tidaklah mudah,
"Aish, hujan lagi. Udah sore nih." Batin adel

Setelah kejadian itu, Adel memutuskan untuk mencari pekerjaan dengan pertimbangan ayah dan bundanya yang sudah mulai berumur dan tidak muda lagi, ditambah dia memiliki seorang adik yang masih duduk dibangku sekolah
Sungguh jikalau dia tau segini susahnya mencari kerja,sudah dari dulu dia tidak seenaknya meminta ini itu pada ayah dan bundanya.

Hampir sekitar 30 menit berlalu, dan hujan kini sudah mulai reda
"Udah reda gini, gue langsung pulang aja kali ya, takut bunda nyariin. Mana hp mati lagi." Gumam Adel sambil menyalakan motor matic miliknya.

Laju motor yang perlahan, menikmati senerbak aroma jalan bercampur air hujan yang menenangkan, hingga sepasang netra berpusat pada seseorang  yang tengah duduk bersampingan,
"eh, Jaja bukan si itu? Apa cuma mirip kali ya, apa itu ya yang dibilang cewe barunya, lah bodo amat lah,"

Tak ambil pusing adel memilih melajukan kembalo motor matic miliknya, iya bertekad untuk benar-benar melupakan Naufal dengan kisah beserta kenangannya dulu.

🍂🍂

"BUNDAAAAAA." Adel berlari hingga dia tidak menyadari ada kulit pisang didepan rumah

Brakkkk gedubrag

"Huaaa bunda hiks, pantat seksoy aku huhu sakit banget bunda." Keluh adel sambil mengusap usap pantatnya.

Mendengar suara bising di depan rumah bunda langsung membuka pintu dan "adel! Udah bunda bilangin hati-hati kalo jalan." Ucapnya sambil menjewer kuping anak perempuannya itu sambil menggiringnya masuk kedalam rumah.

Memang setelah kejadian dimana Naufal memutuskannya, tidak adalagi Adel yang menye-menye, Adel yang lemah dan yang selalu merindukan Naufal. Menangisi lelaki itu hingga berajam-jam dan berakhir dengan mata sembab dipagi hari. Kini, yang ada hanya seorang Adelia Djasmin cewe yang sedang on the way melupakan kisah cinta sebelumnya hingga menutuskan untuk mengejar karir meski sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan hihi.

"Iya bundaa hiks Adel belum dapet kerja bund, gimana nih. Jadi beban keluarga, cuma rebahan makan gitu terus sampe bosen."

Melihat anaknya yang tengah bersedih Bunda Rani jadi merasa kasihan "sudah jangan terburu-buru, nikmati saja prosesnya nanti kalau udah waktunya, dapet kok pekerjaan itu, atau kamu mau melanjutkan kuliah lagi? Ayah sama bund a juga izinin kok."

Adel menggeleng keras "engga bund, Adel udah ngerasain gimana susahnya cari kerja. Nanti kalau Adel mau sekolah lagi Adel bisa sekolah pakai uang hasil kerja Adel sendiri."

Bunda Rani tersenyum hingga "aish anakku sudah besar rupanya, sudah bisa berpikir sejauh ini."

Melihat bundanya hanya tersenyum tidak jelas Adel hanya bisa mendengus "Bundaa, ih ngapain si senyum senyum sendiri. Oiya bund btw ayah sama adek mana? ." Ucanya sambil menggulirkan pandangan ke penjuru rumah. Maklum rumahnya sederhana hanya berlantai 1

"Belum, ayah masih kerja, adekmu biasanya kan pulang sore biasa ada kegiatan kan habis pulang sekolah." Jelas Bunda Rani

Ayah Aji hanya seorang pekerja kantor biasa. Dan Arkan Djaga, adiknya kini sudah menginjak kelas 2 SMA maklum lagi seneng-senengnyaya punya banyak kegiatan jadi selalu pulang telat.

"Oiyaa hihi, Adel mau ke kamar aja deh bund. " Ucapnya sambil bersenandung masuk kedalam kamarnya

🍂🍂

Adel mambaringkan badannya diranjang setengah empuk miliknya, namun baru saja hendak memejamkan mata, atensinya tertuju pada benda pipih miliknya yang kini menampilkan sebuah panggilan video.

Adel menggeser tombol berwarna hijau keatas tempampang wajah sahabatnya Silvia adista "Adelll lo tau engga?, tadi gue habis makan disamping indo lo tau gue ketemu siapa? Naufal anjirr dia sama cewe lengket banget kayaknya." Cerocos Silvi sambil menggebu-gebu. Silvi  menjadi sahabat Adel sejak dia duduk dibangku SMP dan sampai sekarang ini.

Adel hanya memutar bola matanya "Terus? Gue mesti ngapain? Toh dia bukan siapa-siapa gue lagi."

"OMG !!Adell, beneran nih bestie gue udah mupon? Asik nih. Pajak mana pajak."

"Gue engga menampik masih ada rasa sama dia, lo tau kan udah berapa lama gue sama dia bareng-bareng. Dan juga, ngapain lo minta pajak segala heran deh,"

"Iya deh bestie, maap keun okeyy, oiya kata tante ku si, di kantornya tempat kerjanya lagi buka loker nih. Lumayan lagi nyari banyak, gimana? Mau coba engga?  Gue otw rekomen tante  nih kalo mau. Katanya buka yang dipusat sama cabang siapa tau lo dapet yang pusat jadi bisa bareng gue."

Sebelumnya Silvi memang sudah bekerja dari sebulan lalu, dikantor yang sama dengan tantenya, tapi dia ditempatkan dipusat berbeda dengan tantenya yang dikantor cabang ini.

Tak perlu lama berfikir Adel dengan langsung menjawab "Mau dongg kapan nih,mulai daftarnya? Boleh banget asli, lumayan buat ngelupain di jajang itu." Ucapnya sambil terkekeh.

Silvi hanya bisa mendengus dan berkata "Dasar bestie!."
Dan panggilan itu terus berlanjut hingga tengah malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hi,Adela!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang