Shim Jaeyoon x Lee Heeseung
Fanfiction by softyunadd###
introduction:
Lee Heeseung as Mahesa Dewa Baskara
Jake Shim as Jordan Giandra Rajendrathen, let's start...
PARADOXXX INVASION
"Sesekali gak ada salahnya untuk hidup bertentangan dengan aturan dunia selagi gak merugikan orang lain. Yang bisa menentukan aturan untuk dirimu itu kamu sendiri."
Iris hazel milik seorang pemuda kini sedang menikmati pemandangan dari atas gedung sekolahnya dengan sebatang nikotin yang ia hisap. Kepulan asap menyebar bersamaan dengan helaan nafasnya.
"Juan, menurutmu apa aku bisa ngelupain dia?" tanya pemilik hazel indah tersebut.
"Yakin mau ngelupain? Bukannya dia udah kayak separuh jiwamu, mahesa?"
Pemilik nama Juan itu menggelengkan kepalanya heran. Sementara sang lawan bicara hanya menunduk, mahesa namanya.
Hening melanda keduanya sesaat. Mahesa terus menghisap batang nikotin itu hingga ukurannya memendek. Ia pun membuangnya ke tempat sampah.
Mereka tenggelam di dalam pikiran masing-masing. Hingga suara pintu yang dibuka dengan kasar mengganggu keduanya. Ketika menoleh, mereka mendapati seorang pemuda tampan yang terlihat terengah-engah."Jayden?" panggil juan.
"Hahh...hesa!! itu jordan! Dia..uhuk uhuk!"
Mahesa menghampiri Jayden lalu menepuk punggung pemuda itu pelan. Sementara juan menyodorkan sebotol air mineral kepadanya. Jayden meminum air tersebut hingga titik terakhir. Ia mengatur nafasnya sebelum melanjutkan apa yang akan ia katakan tadi.
"Jordan kenapa?" Tanya mahesa.
"Itu jordan berantem sama noa!" Ucap jayden panik.
"Terus?" tanya mahesa dengan satu alis terangkat. Jawaban mahesa membuat juan dan juga jayden terdiam. Dia tidak seperti mahesa yang biasanya.
"Please, sa. Cuma kamu yang bisa ngehadepin amarah jordan. Aku minta tolong sebagai sahabatnya jordan."Mahesa menatap jayden yang sampai berlutut di hadapannya. Sebenarnya dia tidak ingin terlibat kembali dengan seseorang bernama jordan itu. Namun ia akhirnya menyetujui permintaan jayden semata mata karena jayden adalah sepupunya.
"Oke, tunjukin jalannya."
Jayden langsung bangkit dari posisinya. Ia berjalan mendahului mahesa dan juan menuju tempat dimana jordan berada.
Diperjalanan, jantung mahesa berdebar kencang. Sejujurnya ia masih belum siap menemui orang yang pernah menjadi bagian hidupnya ini. Namun
keadaan selalu memaksanya untuk pergi menjauh. Mereka tidak bisa bersama."JORDAN STOP!!"
Mahesa berlari kencang ke arah jordan yang sedang menonjok noa dengan brutal. Dia bisa melihat wajah noa yang sudah lebam dan penuh darah. Sementara jordan hanya mendapat luka di ujung bibirnya.
Kepalan tangan jordan yang baru saja akan mendarat di wajah lebam noa ditahan oleh mahesa. Pemuda blesteran Indonesia Australia itu pun menoleh ke arah orang yang menahannya.
"Eca? Kamu ngapain di sini?" Mata jordan membelalak sambil menggenggam tangan mahesa erat.
"Seharusnya aku yang nanya kamu ngapain sampe noa babak belur kayak gini?" tanya mahesa.
Tanpa menjawab pertanyaan mahesa, jordan menarik tangan pemuda itu menuju taman belakang sekolah. Mahesa sedikit meringis karena jordan menggenggam pergelangan tangannya dengan kuat. Mungkin akan sedikit membekas.
"J–jordan, tanganku sakit.." cicit mahesa.
Jordan melepaskan genggamannya tangannya. Ia mengelus lembut bekas kemerahan yang ada di pergelangan tangan mahesa.
"Maaf," gumamnya.
Mahesa menghela nafas panjang. Ia melepaskan tangan jordan dari pergelangan tangannya.
"Jadi? Kenapa kalian berantem?" tanya mahesa.
"Dia ngehina kamu. Aku gak suka." Jawab jordan sambil memegang pundak mahesa.
"Yang dihina aku, kenapa kamu gak suka? Ini urusanku, gak usah ikut campur lagi, jordan. Kita udah gak ada hubungan apa apa lagi." Jelas mahesa
dengan tatapan datar.Jordan menunduk. Pegangan pada pundak mahesa pun lama kelamaan berubah menjadi cengkraman. Pemuda beriris hazel itu meringis pelan.
"Jordan, l–lepasin!"
Bukannya melepaskan genggamannya, jordan kini menarik mahesa ke dalam pelukannya. Memeluk erat pemuda itu seakan mahesa akan menghilang dari muka bumi ini.
"Jangan pergi lagi...eca please jangan pernah pergi dari aku lagi."
Mahesa dapat merasakan tubuh jordan bergetar. Dia menangis, membasahi pundak mahesa.
"Jordan, tolong mengerti. Kita gak bisa bersama terus. K–kita salah, jord. Kita gak seharusnya bersama." Suara mahesa melirih. menahan tangisnya agar tidak ikut pecah.
Jika ia boleh jujur, mahesa selalu menyayangi jordan. Jordan itu segalanya bagi mahesa yang selama hidupnya tak pernah mendapatkan kasih sayang. Mahesa kehilangan kedua orang tuanya saat umurnya masih lima tahun. Hingga ia harus hidup bersama dengan sang kakek yang tak pernah menganggapnya ada. Mahesa menjalani kehidupannya tanpa warna.
Hingga Jordan datang ke dalam hidupnya. Jordan memberikan banyak warna dan kasih sayang untuk mahesa. Membuat mahesa merasa seperti orang paling beruntung di dunia ini. Melupakan masa lalunya yang kelam.
Namun takdir tak pernah merestui keduanya. Mereka harus berpisah karena aturan di dunia ini. Mereka tidak boleh menjalin hubungan yang lebih dalam
lagi. Atau seluruh dunia akan mencemooh mereka."Ca, kita bisa ngulang semuanya dari awal kan?" Jordan menatap mahesa penuh harap.
Mahesa menggigit bibir bawahnya. Kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Tatapan penuh harap jordan seketika berubah menjadi tatapan tajam.
"K–kita gak bisa, ini sa–hhmmpp!!" Belum sempat menyelesaikan perkataannya, jordan sudah lebih dulu membungkam mulut mahesa dengan bibirnya.
Mahesa mencengkram seragam jordan sambil berusaha mendorong pemuda itu. Namun tangan jordan yang sudah berada di tengkuknya semakin menahan kepala mahesa.Bibir bawah mahesa digigit kuat oleh jordan. Hingga ia tak sengaja membuka mulutnya. Membiarkan lidah jordan masuk ke dalam rongga mulutnya.
Jordan melepasnya ciuman tersebut ketika mahesa memukul dadanya kuat karena kehabisan nafas. Tangannya terangkat untuk membelai lembut pipi mahesa. Ia menatap mata mahesa yang sudah berurai air mata. Kemudian mengecup kedua mata tersebut bergantian."Gak ada yang salah sama kita, ca. Yang salah itu aturan di dunia ini, bukan kita." Ujar jordan sembari menyatukan keningnya dengan kening mahesa.
Sementara mahesa hanya bisa terisak pelan. Ia rindu sentuhan lembut jordan. Elusan kepalanya, kata-kata manis yang selalu jordan katakan, nyanyian jordan, genggaman tangan jordan. Mahesa rindu semua itu.Jordan menjauhkan wajahnya dari mahesa. Mengagumi keindahan wajah rupawan mahesa. Ia tersenyum lembut. Perlahan namun pasti, jordan kembali menyatukan kedua belah bibir itu.
Ciuman penuh cinta ini membuat air mata mahesa semakin deras. Mahesa tahu kalau di dalam hatinya hanya ada tempar untuk jordan. Ya, hanya jordan seorang.
"We are destined to be together. You and i, kita bisa ngelewatin semuanya. Trust me, mahesa dewa baskara."
Tak ada salahnya kan hidup bertentangan dengan aturan yang ada di dunia? Baiklah, mahesa akan mempercayainya. Semoga ini menjadi pilihan terbaik.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
[07th] Songfic Manifesto: Day-1 || JAKESEUNG ||
Short StoryKau, hanya milikku. Dan kita satu.