Noy dan status barunya

75 4 0
                                    


"Uhuyyy, akta cerai gue udah keluar tsay, mari gue traktir. Kebab 5rban tapi ya."

Tangannya mengibas akta cerai yang sudah ada di tangan, beberapa menit yang lalu, seorang kurir ekspedisi mengantarkan paket atas nama Aquinoleria wanita 25 tahun yang baru saja menyandang status janda dari Edo Rivaldo.

Wanita dengan rambut sebahu yang di cat berwarna pelangi itu meletakan dokumen yang di antar kurir paket tadi di atas meja kerjanya. Semua karyawan termasuk para pekerja di bagian kitchen melirik padanya.
Bagaimana tidak Noy sapaannya di kantor terkenal dengan wanita disiplin dan juga tegas dalam memimpin sebuah restoran siap saji ini. Tidak sedikit dari karyawan yang bekerja di restorannya ini sudah di buat angkat kaki sebelum menerima gaji pertama.

" Buset, baru jadi janda udah senang aja. Ingat, janda rentang di tuduh perebutan laki orang loh Noy, hati-hati aja deh kalo lo dekat sama cowok. Tanya dulu belum punya buku nikah kan?"

"Berisik, ya kali gue mau jadi pelakor. Berondong aja ngantri nunggu surat cerai gue keluar."

Noy merapikan tatanan rambutnya, bersiap untuk turun ke lapangan. Di lantai satu tempat restorannya berdiri dua tahun belakangan ini. Setelah resmi bercerai, Noy memilih untuk tinggal di restorannya. Ada satu rumah kecil di belakang bangunan restorannya itu.

Pelajaran berharga dari kegagalan Noy membina rumah tangga, menjadikannya lebih selektif lagi dalam memilih pasangan. Noy yakin hubungan yang terjalin bertahun-tahun lamanya tidak menjamin akan langgeng ketika sudah memasuki hidup berumah tangga. Contohnya saja dia, berpacaran dengan mantan suami dari kelas 1 SMA, kini menjadi dua orang asing yang memiliki kehidupan masing-masing.

"Udah ah ntar tutup resto, lo sama Megan gue traktir makan soto pak haji deh, mahalan dikit dari kebab yang gue tawarin tadi, heheheh."

Raline mengangguk mengerti, jika bos sekaligus sahabatnya itu tengah bahagia sekali. Mungkin karena keputusan berpisah memang ke inginan dua belah pihak, jadi tidak ada kesedihan dan tidak terima dari keduanya.

"Tolong nanti sebelum resto di tutup, cek kembali pendapat hari ini. Jangan ada minusnya lagi, kalau masih ada. Mungkin bulan ini gaji kamu enggak keluar."
Rahmat, pemuda yang menjabat sebagai kasir hanya bisa dia dan menunduk, tahu jika induk semangnya wanita galak tak berani dia menatap.

"Baik, Bu."

***

Tibalah saatnya Noy menepati janjinya pada kedua sahabatnya itu, mentraktir soto legendanya pak Haji Ghofar. Malam semakin larut, tapi pengunjung soto pak Haji tetap ramai, warung tenda di sebrang jalan raya itu selalu ramai di kunjungi pelanggan. Dulu sewaktu Nooy masih menjadi istri dari Edo, mereka berdua menjadikan warung tenda pak Haji ini sebagai alternatif ketika Noy malas memasak.

"Hallo, Pak Haji. Apa kabar?."
Sapa Noy seraya mencari tempat duduk yang masih kosong.

"Wa'aaikumussalam, neng Noy. Alhamdulillah bapak baik. Neng Noy apa kabar?"

Pak Haji memberikan bungkusan soto pada pelanggan yang take a way. Bapak Ghofar adalah salah satu pedagang yang sukses, baru sepuluh tahun berjualan. Pak Haji sudah mampu membeli sebuah rumah di komplek sebelah tempat tinggalnya Noy.

"Hehehehe, Assalamu'alaikum pak Haji. Saya juga baik pak. Alhamdulillah." Baru menyadari bahwa Noy lupa mengucapkan salam, janda muda itu tersenyum malu dan cengengesan tidak jelas.

"Tumben kesini enggak bareng suami, sekarang bareng teman-teman aja ya Neng?"

"Hahahaha, iya nih pak. Aku sama Edo kan udah bukan suami istri lagi pak, jadi kalau mau makan soto Pak haji ya sendiri-sendiri." Jawaban dari pelanggan setianya ini membuat pak Haji tak percaya, sepengetahuannya. Kedua pasangan ini tampak baik-baik saja selama ini, mereka pasangan serasi yang pernah pak Haji kenal, jika sekarang mereka berpisah, rasa-rasanya masih sulit untuk beliau percaya.

LabelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang