New life, old love

55 4 0
                                    

Step terakhir, memoleskan lipstik berwarna peach nude di bibirnya yang tebal, kesan seksi semakin terlihat oleh  siapapun yang memperhatikan bibirnya. Rambut yang digerai dengan warna blue ocean di ujung rambut membuat tampilannya terlihat fresh dan energik. Pakaian yang ia kenakan juga sangat santai, lebih ke fashion para abege zaman sekarang yang outfitnya cenderung santai dan enggak ribet. Schedule Noy hari ini, dia akan mengunjungi orang tuanya, lebih tepatnya orang tua laki-lakinya.

Aquinoleria wanita 25 tahun yang memiliki keluarga yang tak utuh, seperti halnya kini. Noy juga korban dari perceraian orang tuanya. Papa dan mama Noy resmi berpisah setahun setelah Noy menikah. Alasan dari perpisahan mereka terlalu klise bagi seorang anak seperti Noy, tidak ada kecocokan lagi. Bulshit ucap Noy pada saat itu.
Sekarang mengalami hal yang sama dengan kedua orangtuanya, Noy mengerti bahwa kecocokan itu sifatnya juga tidak abadi, layaknya kesetiaan.

"Pergi sekarang Noy?" Tanya Mega yang sibuk memasak di dapur, Noy yang meminum jusnya pun mengangguk.

"Ke rumah papa atau mama?"

"Papa, tapi gue ke kedainya bukan datang ke rumah."

Noy duduk di meja makan, rumah mungil Noy ini dia rancang dengan desain ala rumah orang Korea, atribut masaknya pun berwarna soft.

"Ga, kenapa ya keluarga gue bercerai semua, termasuk gue. Dari orang tua, kakak dan gue. Apasih yang salah dari cara kami menjalani hidup berumah tangga, kenapa gagal semua ya?"

"Hahahaha ngapa loe tanya ke gue yang gagal juga berumah tangga, aneh lo Noy. Udah jalani aja, kegagalan nggak akan selamanya menyedihkan. Pasti ada pelajaran dan hikmahnya."

"Hmm, ya. Gue mencoba untuk berdamai dengan hidup gue sendiri dan menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya."

"Nah gitu dong, semangat para janda muda! Semangat" Megan mengangkat spatulanya ke udara dengan semangat 45 menyemangati Noy yang tengah gundah gulana di pagi yang cerah ini.

***

Aroma kopi dan kue yang lezat tercium dari pertama Noy membuka pintu kedai papanya. Selalu aroma kopi memberikan ketenangan tersendiri bagi Noy ketika berkunjung ke kedai kopi papanya ini. Kedai kopi kurma  nama kedai kopi pak Satriadi papa Noy, kedai kopi ini sudah berdiri semenjak Noy tamat sekolah menengah atas. Papa Noy yang dulunya seorang pegawai perbankan, memutuskan untuk berwirausaha. Pilihannya jatuh pada usaha kopi dan makanan ringan sebagai cemilannya.

"Assalamu'alaikum pap, hoi spada ada orang, sepi banget."

Tidak berapa lama, Pak Sat datang dari dalam ruangan yang tidak jauh dari bar tempatnya membuat kopi.

"Walaikumussalam, apa kabar Noy? Tumben main ke kedai, mau kopi gratis pasti." Canda pak Sat pada putri bungsunya.

"Papap tahu aja, iya dong anak barista terkenal masa minum kopi di kedai sendiri kudu bayar sih pap."

Noy mengambil gelas berukuran kecil, biasanya gelas dengan ukuran sekecil itu di gunakan untuk menyajikan kopi espresso. Dari awal papanya membuka usaha kedai kopi yang biasa di sebut Coffee shop oleh anak muda sekarang, Noy jadi terbiasa meminum kopi yang telah di ekstraksi di mesin espresso, sudah terbiasa lidah Noy mencicipi kopi pahit itu.

"Single or double shoot espresso?" Tanya pak Satria pada putrinya.

"Double dong, hehehe."

Noy memperhatikan tangan terampil papanya dalam membuat espresso, kopi buatan papanya sangat enak, tidak heran jika para penikmat dan pencinta kopi sering datang kesini.

"Restoran kamu gimana? Rame nggak pengunjungnya Noy?"

"Lumayan lah pap, biasa makanan di restoran aku kan  western enggak semua orang suka. Papap kapan berkunjung ke restoran Noy, emang nggak pengen gitu makan makanan orang bule hehehe." Canda Noy jenaka.

LabelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang