Mas Dud(a)

35 2 0
                                    

"Maaf, mas."

Wanita dengan kerudung berwarna pink soft itu menundukkan pandangan ketika tidak sengaja menyenggol bahu Edo saat berjalan dengan tergesa.

"Iya, enggak apa-apa. Lain kali lebih hati-hati lagi ya mbak."

Masih dengan posisi menunduk wanita itu mengangguk dan melangkah pergi, tapi sebelum itu terjadi Edo lebih dahulu menghentikan jalanya dengan berdiri berdampingan.

"Boleh kenalan, saya Edo." Edo mengulurkan tangannya yang tidak langsung di terima oleh si wanita.

"Nabila."

Menyambut uluran tangan dari laki-laki asing membuat wanita bernama Nabila itu merasa kurang nyaman. Tapi Edo yang terlanjur terpesona dengan mata teduh milik wanita itu pun mencoba mendekatinya.

"Asli orang Makassar?"
Edo dan Nabila tengah menikmati secangkir kopi di salah satu kedai kopi yang ada di tempat tak jauh dari mereka bertemu.

"Enggak, aku asli Jakarta kebetulan liburan ke rumah nenek di Makassar."

Dari awal pertemuan mereka, Nabila lebih banyak menunduk daripada saling bertukar pandang, hal itu juga yang membuat Edo penasaran akan sosok wanita dengan senyum manisnya itu.

"Mas Edo orang Makassar Asli?"
Inilah yang di tunggu-tunggu Edo dari tadi, Nabila yang bertanya padanya.

"Bukan, ada proyek pekerjaan disini. Oh iya, kamu masih kuliah atau sudah bekerja?"

"Aku baru lulus kuliah mas, tapi belum mendapat pekerjaan."

Melihat dari tutur kata dan body languagenya Nabila ini seperti wanita baik hati, lemah lembut dan tidak sombong. Begitulah penilaian pertama yang dapat Edo simpulkan.

"Saya boleh nanya sesuatu enggak sama kamu? Ini sebuah pilihan sih sebenarnya, apalagi kamu seorang perempuan."

"Boleh, silahkan."

"Jika di suruh memilih antara karir dan rumah tangga kamu lebih memilih yang mana, maksudnya perempuan punya hak untuk memilih akan menjadi wanita karir atau menjadi ibu rumah tangga. Kalau kamu di hadapkan pada kedua pilihan itu kamu akan memilih yang mana?"

Tidak langsung menjawab, Nabila tampak berpikir sejenak. Dengan jawaban pasti Nabila menatap tepat di kedua mata Edo dengan yakin.

"Menjadi Ibu rumah tangga, aku ingin menghabiskan hariku di rumah bersama anak-anakku kelak mas."
Edo terkesima dengan jawaban dari perempuan yang baru beberapa jam ia temui. Wanita seperti Nabila ini yang Edo inginkan, tapi sayang Noy matan istri yang masih dia cintai itu tidak memiliki keinginan mengabdikan diri untuk anak dan suami.

"Alasannya?"
Merasa tidak puas dengan jawaban Nabila, Edo menginginkan alasan apa yang membuat perempuan muda ini mantap mengabdikan hidupnya untuk keluarga.

"Alasannya, aku ingin menjadi madrasah pertama untuk anak-anak aku, menjadi orang pertama yang melihat tumbuh kembangnya, dan aku juga ingin menjadi seorang istri yang mengabdi pada suami dengan mengurus anak dan rumah dengan baik."

Edo tidak dapat berkata-kata apa-apa lagi, apa yang di jelaskan oleh Nabila mengenai alasannya untuk memilih tetap di rumah di zaman wanita sekarang yang memiliki gelar pendidikan berlomba-lomba mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan di masa depan, masih ada ditemukan wanita yang memilih tetap di rumah mengurus rumah tangga dan keluarga. Jujur Edo menginginkan pendamping hidup yang memiliki tujuan hidup seperti Nabila ini, Edo ingin setiap dia lelah sepulang bekerja, ada anak dan istri yang menunggunya di rumah. Bukan istri yang menghabiskan harinya bekerja di luar.

"Ada apa ya mas?"

"Owh, enggak cuma nanya aja. Karena saya mencari pendamping yang mau di rumah." Ucap Edo sedikit salah tingkah di tatap begitu oleh Nabila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LabelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang