•••
"Bang.."
"Kak.."
"Nanon tuh ga mau dijodohin."
Nanon sedari tadi tidak hentinya merengek pada kedua kakaknya yang sedang memperhatikannya duduk didepan meja rias.
"Dek, Daddy sama Papa ga pernah minta apa-apa sama kamu, baru kali ini kan?"
"Iya dek, liat dulu calonnya ya? Kalau menurut adek ga cocok nanti Abang sama Kakak bakal bantuin bilang ke Daddy sama Papa." Sambung Frank, Pluem sebagai yang tertua hanya mengangguk membenarkan.
Wajahnya kembali ditekuk sambil menatap kedua kakaknya dari pantulan cermin,
"Kenapa ga sekarang aja? Pasti ga cocok deh."Pluem dan Frank hanya tertawa mendengar ucapan adik bungsu mereka, menghampiri si bungsu dan mengusak rambutnya gemas.
Tak berselang lama, suara mobil terdengar dari luar rumah "Tuh udah pada dateng, yuk."
Nanon terus menggelengkan kepalanya dan seperti hendak menangis, Frank yang mempunyai seribu ide langsung membujuknya dengan berjanji akan membelikan apapun yang si bungsu inginkan setelah pertemuan itu.
"Janji ya Kak, ga boleh bohong loh."
"Iya bocil."
•••
Nanon turun dengan didampingi oleh Abang dan Kakaknya, wajahnya yang manis menyita perhatian semua orang yang tadi sedang berbincang di ruang tamu kini mengalihkan pandangan padanya.
"Ga jelek kan bang? Kok pada ngeliatin." Bisiknya pada Pluem yang disisi kanannya, Pluem menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Anak manisnya Daddy, sini duduk deket Daddy." Ucap Daddy Tay, namun ditolak mentah-mentah oleh si bungsu yang lebih memilih duduk disebelah Pluem, masih ngambek sepertinya.
Nanon menatap satu persatu manusia yang ada disana, kemudian berbisik pada Pluem, "Bang, yang mau dijodohin sama Nanon yang mana?"
Pluem hanya menyenggol lengan adiknya pelan menyuruhnya untuk diam.
"Jadi Nanon udah terima perjodohan ini?" Tanya teman sekaligus kolega Daddy Tay.
"Sebenernya sih engg—" Belum sempat melanjutkan kata-katanya bibir Nanon sudah lebih dulu di bekap oleh Pluem yang menatapnya dengan senyum gemas.
"Diem dulu, nanti janjinya sama Kak Frank dibatalin loh."
"Janji apa bang?" Tanya Daddy Tay yang kebetulan mendengarnya samar-samar.
Pluem menatap Frank dan Nanon bergantian,
"Eh— Anu itu Dad, abis selesai pertemuan Abang janji mau ajak beli eskrim, iya kan dek?"Frank mengangguk sebagai jawaban namun Nanon justru menggeleng, membuat Pluem harus menahan nafasnya seperkian detik, kalau dipikir-pikir kenapa juga malah ia yang jadi terlibat dalam janji perjanjian yang Nanon dan Frank buat.
"Sudah-sudah." Papa New mulai angkat bicara, Nanon menunduk sambil beberapa kali mencebikkan bibirnya kesal.
"Adek sayang, sini deket Papa." Ucapnya sambil menarik lengan di bungsu pelan, Nanon hanya menurut sambil masih menekuk wajahnya.
"Pa, yang mau dijodohin sama Nanon yang mana sih?"
Papa New tertawa, "Belum dateng sayang, masih ada urusan."
Tak lama, suara deru mobil terdengar memasuki halaman rumah keluarga Vihokratana.
"Maaf telat, tadi abis jemput Kak Win dulu." Ucap Pria yang memiliki mata tajam itu dengan senyum yang membuat dirinya lebih tampan dua kali lipat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny | Ohm Nanon
Teen FictionPerjodohan yang berakhir bahagia, kayaknya.