Part 1

13 4 0
                                    

Lamunan Sakia terhenti ketika kedua sahabatnya datang menghampirinya dengan nampan berisikan makanan yang ada dikantin sekolah. Masakan khas bu Idam adalah yang paling Sakia senangi. Jika harus memilih diantara bu Idam atau bi Rasi dirumah, maka ia akan meminta maaf banyak kepada bi Rasi, sebab ia lebih memilih masakan bu Idam yang sudah berusia setengah abad itu.

"Makan makan!" Ujar Nanda, perempuan yang berkepang satu dengan kacamata minus yang bertengger dihidungnya.

"Yum yum!" Sahut kila, si perempuan rempong dengan jepitan rambut berwarna pink disisi sebelah kanan rambutnya. 

Mereka adalah ketiga gadis remaja yang sudah sejak hampir dua tahun ini menjadi teman yang akrab di sekolah menengah atas. Dan sekarang mereka duduk dibangku kelas 11, dikelas yang sama.

Dengan masing-masing perbedaan yang menjadikan mereka nampak selaras. 

Seperti Sakia yang dikenal sebagai cewek tomboy. Nanda yang dikenal sebagai anak ambis yang pintar dan sangat dewasa. Dan Kila yang dikenal sebagai anak perempuan yang manja namun baik hatinya.

"Ki, ayo makan." Bujuk Nanda sembari menyodorkan sebuah piring yang berisikan nasi goreng telur ceplok khas bu Idam yang tentunya itu adalah makanan kesukaan Sakia.

"Atau lo mau makanan yang lain, Ki?" Tanya Kila hati-hati dengan suara pelan.

"Enggak usah, guys. Gue makan yang ini aja." Kia tersenyum dan menyendokan sesuap nasi kemulutnya. Perih yang ia rasa saat berusaha untuk mengunyah makanan yang sudah berada dimulutnya.

Nanda dengan segera menarik kembali piring makanan milik Sakia. "Udah nggak usah dipaksa. Gue beli bubur Pak Asep dulu kalau gitu, tunggu sebentar." 

Nanda beranjak tanpa menunggu persetujuan dari Sakia.

"Lo kenapa, La?" Tanya Sakia saat mata Kila sudah mulai memerah.

"Dipukul lagi?" Tanya Kila sendu.

"Enggak, ini sariawan doang elah. Udah jangan nangis. Malu tahu dilihatin sama orang." Jawab Kia menenangkan.

"Kalau lo dipukul lagi aduin sama gue aja. Biar gue aduin ke kantor polisi! Biar gue yang memperjuangkan hak keadilan lo sebagai anak. Ini udah kekerasan tahu." Ujar Kila menggebu-gebu.

"Tenang oke? Gue nggak pa-pa dan ini bukan karena dipukul. Gue susah makan karena lagi sariawan doang, La."

Nanda datang dengan membawa semangkuk bubur ayam. "Kenapa lo? Udah nggak usah cengeng." Ujarnya kepada Kila.

"Tahu nih," Sakia tertawa.

"Lo juga nggak usah ketawa-ketawa. Kalau ada apa-apa gue harap lo bisa percaya dan langsung cerita ke kita." Omel Nanda sembari membereskan meja dihadapannya agar lebih tertata. "Kita itu temen lo, dan kita itu khawatir banget sama lo. Ngerti Sakia?"

Sakia mengatup mulutnya. Saat Nanda sudah bicara seolah tidak ada yang mampu menyela.

 "Iyaaaaa." Jawabnya.

"Udah buru makan sebelum bel masuk."

Mereka segera menyantap makanan masing-masing didalam diam. Didalam keterdiaman itu, Sakia ingat sekali bagaimana semalam Papa marah dan mendorong tubuhnya sampai membentur meja kerja milik Mama. Naasnya, lagi-lagi bagian wajahnya yang terbentur parah. Semalam dagu dan bibirnya yang terluka. Sakia pikir sakitnya hanya berada dibagian luar saja, ternyata dipagi ini ia bahkan susah untuk menelan sesuatu agar masuk kedalam tubuhnya.

***

Siapa yang tidak mengenal Sakia. Ia adalah adik dari seorang Lana yang popularitasnya sudah sangat jelas disekolah. Lana dan Sakia itu sangat-sangat berbeda. Lana yang super duper feminim, sementar Sakia yang bertolak belaka. Kerap kali Sakia mendengar pembicaraan yang membandingkan antara dirinya dan Lana. Namun Sakia tidak pernah mempermasalahkan itu, sebab motonya adalah, tidak ingin peduli terhadap apapun.

SAKIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang