"JAEHYUN JENO HILANG!!"
Sang Raja yang awalnya sibuk memantau latihan para prajurit di buat terlonjak kaget oleh teriakan ratunya dari dalam rumah
Tak lama, Doyoung berlari menghampirinya, wajah basah dan mata yang memerah pula isakan kasar terdengar menyapa telinga
Jaehyun menghampiri Doyoung, menahan bahu Belahan jiwanya saat dilihat Doyoung masih sulit berbicara
"Pelan pelan sayang, coba atur nafas kamu dulu."
Begitu nafasnya mulai tenang, Doyoung kembali menangis, menarik narik tangan Jaehyun agar mengikutinya masuk ke dalam
"Hey sayang dengar, coba ceritakan bagaimana Jeno bisa hilang?"
Doyoung memegangi erat kemeja prianya, kemudian mengusap air matanya kasar "T—tadi aku sama Jeno cuma lagi santai berdua di rung tamu, a—aku tinggal sebentar ke kamar pas balik lagi, J—jeno Jeno udah gak adaa."
Jaehyun membawa tubuh Doyoung dalam gendongannya, sebetulnya Jaehyun tidak terlalu khawatir pada Jeno
Bocah itu semenjak menginjak usia lima belas tahun memang lebih suka menghabiskan waktu di luar castle, sekedar berburu atau melatih kemampuan menembaknya
Dan Doyoung selalu tak mengijinkan Jeno melakukan hal hal semacam itu, mungkin selain karena Doyoung takut Jeno terluka
Juga karena Doyoung agak kesepian, Jaehyun pergi, Jeno sibuk berlatih. Seulgi yang sudah tak tinggal bersama mereka lagi atau para pelayan yang terlalu kaku untuk diajak bicara
Jaehyun agak mengerti juga kenapa Doyoung sampai setakut itu kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Jeno. Ini putra pertama mereka, yang bisa di bilang masih terlalu kaku untuk mengasuh seorang anak.
"Sayang Jeno itu sudah lima belas tahun, biarkan dia mulai mengenal dunianya oke? Biar dia mengeksplorasi sendiri gimana dirinya mau bertumbuh dewasa nanti, lagipula selama tidak melewati perbatasan aku jamin Jeno tak akan terluka barang sedikitpun oke?"
Pria manis dalam gendongannya masih terisak, pelukan itu mengerat kemudian Jaehyun mendengar gumaman pelan Matenya.
"Aku cuma takut dia kenapa Napa."
Jaehyun mencoba menenangkan Doyoung mengisyaratkan prajuritnya untuk mencari sang putra
Belum juga suruhan Jaehyun beranjak dari tempat barang selangkah, seseorang terburu buru memasuki Castle
Wajahnya terlihat kusut dengan noda tanah di hampir seluruh tubuhnya, dengan nafas terengah dia berdiri menjulang di ambang pintu utama
Menggaruk tengkuknya gatal kala menangkap tatapan tajam Papanya, "Jung Jeno! Suka sekali ya kamu buat Bundamu menangis?"
"B—bukan begitu Pa." Jeno, yang baru datang dengan keadaan yang cukup kacau. Menunduk menghindari tatapan Ayahnya
Aura tajam Jaehyun memenuhi seluruh ruang tamu, belum juga remaja lima belas tahun itu melontarkan pembelaan lain, pelukan hangat dengan isakan sedih melingkupi dirinya
Jeno menunduk, menarik nafas dalam. Bundanya menangis, dan Jeno tidak suka ini. Walau ia memang salah karena pergi tanpa pamit
Tapi ayolah, Jeno kan sudah besar.
"Bun."
"Kamu nggak apa kan Sayang? Jangan pergi tanpa ijin ya, bunda khawatir sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The King And His Queen.
Fanfic_______________ King Jung Jaehyun lama terkenal dengan julukan Diktator di pundaknya, tetapi hanya karena pria manis keras kepala. Julukan itu berubah haluan, menjadi Vampire Bucin tak tahu tempat.