Kini Arjuna sedang sibuk menata beberapa bahan masakan pada kulkas di dapur rumahnya. Sesekali menengok kearah belakang merasa seperti ada yang mengawasi.
Setelah beberapa menit dilalui, kini pekerjaan nya telah selesai dengan rapi. Arjuna melangkahkan kakinya pelan menuju ruang keluarga, dahinya mengernyit tak suka saat melihat bagaimana bentuk rumahnya yang begitu berantakan. Apakah saudaranya baru saja melakukan kekerasan sampai beberapa bantal serta figura keluarganya terjatuh dengan tak elitnya.
Kini tangannya sesegera mungkin bergerak maju, berniat membersihkan ruangan yang layaknya kapal pecah itu.
Arjuna berbalik menuju dapur guna mencari sapu serta lap disana. Saat telah menemukan apa yang dicari, Arjuna terkaget setelah melihat darah pada samping ember perlatan pembersih rumah keluarga nya.
Baunya begitu anyir jika Arjuna berfikir bahwa itu hanyalah tumpahan sirup, bahkan keluarga nya tak pernah membeli stok sirup untuk mereka konsumsi.
Bulu kuduk Arjuna seketika mulai berdiri, sungguh ia adalah sosok penakut. Kenapa harus ia yang dihadapkan pada hal se menyeramkan begini?.
Dengan berbekal sapu ditangannya, kini Arjuna meju mencari sebab dari darah yang berceceran di dapur milik keluarga nya. Darah itu berbekas, meninggalkan tanda seperti ingin diikuti. Arjuna terus bergerak maju, mengarah pada pintu bagian samping rumah yang terdapat taman luas yang belum sempat terjamah.
Sesampainya pada titik dimana darah tak lagi ada, kini Arjuna tertegun bingung sebab tak ada sesuatu yang mencurigakan disana. Titik akhir darah dari dapurnya berhenti tepat pada depan pohon besar, mungkin jika diteliti itu adalah pohon buah mangga yang telah lama tak terawat.
Arjuna menelusuri sekitar taman. Ia baru menyadari lagi, bahwasanya taman ini terlihat begitu menyeramkan. Dilihatnya keatas, ternyata dari bawah sini dapat ia lihat satu ruangan besar. Mungkin itu gudang atas. Ruangan paling pojok yang sampai sekarang tak bisa dibuka sebab tak ada kunci untuk membuka gemboknya.
Arjuna menggosok tengkuknya yang dingin, merasa bahwa kini suasana kian mencekam dengan pintu dapur yang sudah tertutup.
Arjuna memilih untuk masuk, sebelum sebuah gonggongan anjing mengagetkan diri Arjuna. Memaksa lelaki itu memutar lagi tubuhnya dan menelusuri lagi taman itu dengan matanya.
Matanya tertuju pada sudut taman. Terdapat kotak bertumpuk seperti kandang? Arjuna mendekati, kemudian kembali terkaget saat mendengar gonggongan anjing yang kini suaranya bertambah nyaring.
"Bulbul? " Itu anjing milik keluarga nya.
Bagaimana bisa anjing itu terkurung disana?. Apakah saudara nya yang mengurung Bulbul disana. Ah kejam sekali kalau begitu. Kemudian Arjuna membuka kunci kandang tersebut, mengeluarkan Bulbul yang dengan semangat menggonggong serta menjilati rupa Arjuna. Sosok anjing jenis Pomerania itu sangat teramat aktif dipelukannya. Membuat Arjuna yang tadinya merasa sedikit ketakutan kini lebih tenang karenanya.
"Kita masuk ya, Mbul. "
Arjuna kini sudah berada di dalam rumah. Ia mengurungkan niatnya yang tadi ingin menyapu ruang keluarganya. Arjuna melangkah kan kakinya menuju pada tempat yang tadi ingin ia bersihkan, kemudian dikagetkan kembali saat dengan anteng nya sang adik bungsu duduk sembari menamati TV yang gelap tak menyala.
"Jevan? " Tak ada balasan.
Kemudian dengan langkah ringan Arjuna duduk disamping tubuh Jevan yang hanya diam. Tatapannya lurus menatap televisi dengan kosong? Mungkin saja adiknya masih merasa tak nyaman pada tubuhnya, demamnya anak kecil pasti melelahkan.
Guk guk~
Bulbul terus menggonggong, bertingkah gusar dipelukan Arjuna. Tak biasanya jika Bulbul bertemu Jevan maka ia bertingkah seperti ini. Biasanya ia akan berlari dan mengendus menduselkan kepalanya pada Jevan berniat minta di usap. Tapi kini palah anjing nya terus menggonggong mengarah pada diri Jevan yang terduduk disamping tubuh Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
( 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐌𝐚𝐭𝐢 ) 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐢𝐞 𝐨𝐟 𝐓𝐡𝐞 𝐊𝐚𝐥𝐚𝐧𝐝𝐫𝐚 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲
HorrorTerdeteksi ada namun tak nyata. Saling berhadapan namun tak dapat menggenggam. Sayup terdengar rimbun riuh ramainya dalam kesunyian. Kehidupan keluarga Cannalis yang begitu tentram kini berubah suram. Setelah kematian kedua orang tua mereka yang me...