1

42 6 2
                                    

Embun pagi mengkristal sebab dinginnya suhu pada wilayah tersebut. Pada salah satu rumah di pinggir kota yang saat ini ditempati oleh keluarga Cannalis, The Kala's Home, masihlah sepi sebab sang penghuni belum terbangun dari ruang mimpinya.

Bising suara pengendara tak mampu menembus dinding besar lingkungan perumahan milik keluarga Cannalis tersebut. Sebab terdapat taman luas sebagai pembatas dimensi antar jalan raya dan jalan setapak menuju rumah besar yang saat ini dihuni.

Perbedaan sangat terlihat jelas bagaimana disaat ramainya jalan depan dengan banyak lalu lalang pengendara berbanding terbalik pada halaman rumah keluarga Cannalis yang tampak sunyi suram dengan pohon beringin besar yang enggan mengalah menghalangi sinar matahari pagi itu agar masuk menyinari lingkungan taman.

The Kala's Home, Rumah minimalis berarsitektur royal Belanda. Peninggalan sang pemilik yang berstatus sosok berdarah luar yang kini sudah menjadi hak milik keluarga Cannalis.

Banyak rumor mengatakan, bahwa rumah tersebut telah banyak menelan korban jiwa. Sosok-sosok misterius yang selalu dikumandangkan dari mulut ke mulut warga sekitar lebih terkenal dibanding apapun hal yang layaknya orang biasa bicarakan.

Untuk keluarga Cannalis sendiri, entah mereka yakin atau tidak pada rumor tersebut yang seakan mengisyaratkan suatu peringatan. Mereka hanya terpaksa, sebab hanya rumah tersebutlah yang layak dihuni dengan uang minimalis mereka sisa tabungan milik kedua orang tuanya.

Kecelakaan satu bulan lalu. Menewaskan kedua orang mereka  beserta sang adik bungsu menjadi korban yang syukurnya masih bisa diselamatkan.

Seluruh aset kekayaan keluarga tak tersisa sebab guna membayar pengobatan juga rumah yang harus disita oleh bank karena utang perusahaan.

Dunia bagai dipermainkan. Kehidupan yang mudah langsung di bolak-balikan layaknya membalikkan telapak tangan.

Kini hanya ada mereka ber-tujuh, dengan dua orang tertua sebagai si pencari harta guna menghidupi adik-adiknya. Dan tersisa lain hanya harus memfokuskan diri untuk  melanjutkan sekolah yang untungnya dapat mereka kendalikan saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
At Kamar Jevano,
05 : 02 a.m

       Buntalan selimut membungkus tubuh sosok pemuda kecil bungsu keluarga Cannalis tersebut.

Hawa dingin dengan suasana sunyi pagi itu membuat si pemuda merasa nyaman enggan untuk beranjak dari ranjang tempat tidur nya saat ini.

Gelap juga sunyi. Ruang kosong mini yang didepan pintu masuknya terdapat tulisan yang dipajang berupa noted dari si bungsu bertuliskan "Ini kamar Jevano"  Dengan banyak motif kelinci itu membuat siapapun yang membacanya akan merasa gemas sendiri.

Si penghuni kamar sama sekali tak terusik dari tidur lelapnya sampai dimana, salah satu barang yang terletak pada meja nakasnya terlempar dengan sendirinya menghantam tembok yang menimbulkan suara bagai alarm kejut dadakan milik si penghuni.

Jevan bangun mendudukkan diri pada ranjangnya sembari tangan masih mengucek mata miliknya guna melihat jelas apa yang baru saja terjadi dikamarnya.

Menelusuri dengan mata bambinya dan menemukan kotak pensil beserta isinya yang sudah berserakan dibawah ujung dinding ruangan kamar. Jevan kembali menelusuri ruangan kamar sebab tak menemukan seorang pun sebagai pelaku disana.

Hawa dingin mulai menyergap. Bulu kuduk berdiri sebab merinding takut jikalau ada sesuatu hal yang tak ia inginkan terjadi.

Jevan melangkah turun dari ranjangnya bertujuan untuk membereskan wadah kotak pensil miliknya. Rasa takut yang kian menggerogoti ditepis kasar dan mulai berfikir positif tentang apa yang terjadi.

( 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐌𝐚𝐭𝐢 ) 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐢𝐞 𝐨𝐟 𝐓𝐡𝐞 𝐊𝐚𝐥𝐚𝐧𝐝𝐫𝐚 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang