1| Mihuna Marachia

0 0 0
                                    


Another day, i want to give up. No matter people say. I'll try.

 I'll try

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagus. Kemarin saya baru bilang buat jangan terlambat, dan sekarang malah ada di depan saya. Kamu dengerin saya apa nggak, Mihuna Marachia?!"

Mengangkat kedua jarinya membentuk peace, Una angkat bicara, "Jalanan macet, Bu. Saya aja butuh kekuatan super buat nyari celah sampai ke sekolah." Dengan nada melas yang sama sekali tidak mempan. Bu Hana menggelengkan jarinya. "Saya nggak terima penjelasan apapun. Yang bersalah yang bertanggung jawab."

"Lari lapangan 5 kali ditambah bersihin ruang perpustakaan!"

Please, cobaan apalagi ini?

Melihat Una masih berdiam diri, Bu Hana membentak, "Kenapa masih disini?! Laksanakan sekarang!"

"Siap, Bu Kapten!" Una menggerakkan tangannya. Berbalik dengan wajah malas. Kapten neraka jahanam. Sambungnya dalam hati.

"Anak jaman sekarang kok bisa-bisanya terlambat tapi bikin alasan klasik. Itu mah alasan jaman sekolah saya."

Bu Hana kembali berputar ke arah jam 6, parkiran depan. Tangannya memutar penggaris kayu keramat—benda paling dibenci satu sekolah. Mewanti-wanti ada yang terlambat dengan mempertaruhkan nyawa menaiki pagar sekolah.

***

"Satu, dua, tiga... Hahh capekk!!" Una menjatuhkan diri di lantai yang sangat dingin. Tangannya kebas menata buku yang tampaknya memang disengaja untuk hukumannya hari ini. "Enak banget. Adem." ujarnya. Andai ada es krim juga, batinnya.

"Udah nyusun bukunya?" Mbak Ajeng—penjaga perpustakaan dengan kerudung hitam sepanjang perut berdiri menggelengkan kepala juga bibir tergelitik geli. "Kalau udah, boleh tuh ke kantin. Beli minum, biar kuat menjalani cobaan hidup. Sering-sering terlambat ya, Mih."

"Itu sih Mbak Ajeng yang senang, kan? Aku yang capek, Mbak." Una duduk bersila. Menjulurkan tangannya meminta bantuan. "Lagian biasanya ada tuh murid kesayangan Mbak Ajeng buat bantu-bantu. Namanya siapa tuh Milea? Bukan, Molen gak sih?? Milan?" Ia mencoba mengingat tapi gagal.

Mbak Ajeng mengetuk dahi Una, "Malen. Makanya jangan suka ngekhayalin oppa-oppa Korea, jadi makin bobrok kan otaknya."

"Dihhh." Una berdecih, menunjuk Mbak Ajeng penuh drama, "Jangan kau hina para calon suamiku, Mbak. Jangan."

"Dah dah, sana ah. Mbak capek lihat tingkah kamu."

"Love you, Mbak!"

Mbak Ajeng bergidik tak habis pikir. Ada ya anak se-random Una. Perlu dijaga baik-baik sebelum punah.

***

"Keyyshaaa! Lo apain poster Cio-gue?" Una berlari menuruni tangga. Tangannya menggegam kertas berukuran sebesar bantal dengan wajah cemberut. Mencari si pelaku yang tampak anteng dengan masker wajah. "Heh! Key ahh!"

"Unaaa masker gue!" Keysha menjerit. Menarik lembaran masker yang sobek. "Duh, gue tuh mau refresh otak dulu." keluhnya menata kembali ke wajahnya.

"Gue juga mau hidup tenang tanpa tangan nakal lo itu. Lo apain coba ini poster?"

Keysha mengintip, "Yailah, itu cuma digambarin kumis doang. Kasihan gue, masak wajah polos gitu doang. Jerawat juga gak ada. Malah bikin manly, kan?"

"Manly lo kata? Ini gue pesen dari berbulan-bulan dan harganya nggak murah tahu! Gantiin sekarang! KEYY!" Tanda-tanda Una mengamuk. Ia menggoyangkan badan Keysha. Tidak akan berhenti sampai saudara kandungnya itu menuruti keinginannya.

"Uang gue udah habis. Buat beli skincare."

"Masa bodo. Gue nggak peduli. Gue aduin Bang Azam lo kemarin bolos, terus pacaran sama anak kampus."

Kalau yang tadi gagal, kali ini pasti berhasil. Una tersenyum sinis. Mana mungkin, kakaknya satu ini tidak takut dengan Bang Azam—saudara tertua yang sikap disiplinnya tinggi dan anti toleransi dengan kesalahan sedikit upil.

Keysha mencebik, "Itu lagi. Itu lagi. Apa nggak ada ancaman lebih gampang? Bang Azam mulu."

See?  "Pokoknya gantiin!" Una mengotot. Membawa posternya menuju kamar. Namun berbalik lagi, "Dan jangan sentuh para calon suami gue. Seujung kuku aja lo nyentuh, bedak lo gue terjunin ke Lautan Atlantik."

***

Kenalan sama Una, yuk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenalan sama Una, yuk!

Kenalan sama Una, yuk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nama: Mihuna Marachia
Kelas: XI MIPA 3
Hobby: Mantengin konser, poster, instagram calon suami
Best Idol: Banyak, jangan minta gue sebutin satu-satu.
"Gue nggak bakalan ngamuk, kalau nggak disenggol aja sih."


Haiii, gimana kabarnya? Ada cerita apa hari ini?

Ada yang nangis tanpa sebab gak? Me too soalnya. Pengen cerita nggak? Boleh kirim ke pesan, nanti pas dibalass.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia GalendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang