Dream

3 2 0
                                    

###

Clarina berjalan menyusuri lorong istana yang megah, tangannya yang sedikit lebam meraba dinding yang dilewatinya sembari mengagumi ukiran aksara unik disana. Ia bertanya apakah artinya, apakah ukiran ini bercerita tentang sejarah? Ia mencoba memahami aksara dan gambar-gambar disana tapi tak bisa, semuanya begitu asing, bahkan lorong istana yang ia lewati ini juga asing.

Tak lama ia berhenti di sebuah pintu coklat mewah nan kuno di hadapannya. Pelan ia membuka pintu itu dan tatapannya tertuju pada sesosok tubuh seorang pria paru baya yang terbaring lemah di ranjangnya yang juga mewah nan kuno. Pria itu memalingkan pandangannya ke arah Clarina setelah menyadari kehadirannya. Clarina menutup pintu pelan dan berjalan tanpa ragu menghampiri pria itu.

"Selamat malam ayah.." Ucapnya sedikit kaget, kenapa ia memanggilnya ayah?. Clarina duduk di ranjang samping ayahnya. Mereka saling menatap. Clarina sadar sepertinya pria itu lumpuh, tak bisa bicara.

"Ayah apa kabar? Apakah sakitnya semakin parah?" Tanyanya lagi.
Pria itu hanya diam memandangnya datar. "Ayah tau, betapa Clarina menyayangi ayah? Bahkan saat ayah mengeksekusi ibunda dan memilih jalang itu, aku masih tetap menyayangimu?"

Matanya mengerjap menatap Clarina. Tiba-tiba tatapannya yang datar berubah sendu, penyesalan terlihat jelas disana. Bukannya sedih, Clarina malah terkekeh pelan, ia tersenyum sampai ke mata. "Ayah tahu, tadi aku dipukuli kepala pelayan sialan karena mengambil kue di dapur. Dia mengataiku pencuri. Tapi sebenarnya aku hanya lapar. Mereka tak memberiku makan hari ini, dan terus mengurungku di kamar. Selir ayah yang sebentar lagi akan di angkat menjadi ratu, membiarkannya. Ia malah menyuruh pelayan lain untuk tak ragu-ragu memukuliku kalau aku berbuat salah. Seperti bocah saja di pukuli, padahal usiaku sudah 17 tahun. Satu tahun lagi akan masuk usia debutante.." Hening sejenak, sang ayah semakin sendu menatapnya. "Mereka juga melarang ku menjenguk ayah, aku tau ayah juga benci padaku, tapi mereka tak berhak melarang ku bertemu ayahku sendiri, tak peduli ayah Sudi atau tidak.."

"Apakah ayah bahagia sekarang?.."
Tak ada jawaban.
"Ayah tau tidak, tadi aku baru saja membuat salah satu pelayan ayah tidur selamanya hehe.. dia yang mengadu pada kepala pelayan saat aku mengambil kue tadi dan aku membuatnya tertidur selamanya.."

"Sejujurnya aku hanya mencoba penemuan baruku, aku membuat ramuan dari tanaman herlock dua hari yang lalu dan belum juga menggunakannya. Makanya aku mencobanya pada pelayan itu, aku memasukan ramuan itu ke minumannya, dan ternyata ramuan ku berguna. Itulah kenapa tidak ada pengawal satu pun yang berjaga, mereka sibuk mengubur mayat yang baru ditemukan itu hihihi.
Aku membawa ramuannya, ayah mau lihat?"

Clarina mencari ramuannya yang disembunyikan di dalam saku gaunnya. Ia sedikit terkejut melihat pakaiannya yang kuno, gaun panjang berwarna putih dengan renda-renda di segala sisi. Wow. Clarina menunjukan botol kecil berisi cairan berwana biru, tersisa setenga karena setenganya telah bercampur dengan minuman pelayan yang sekarang sudah terbujur kaku.

"Ayah mau coba?"Tanyanya polos. Sang ayah menatap Clarina dengan sedih, air matanya jatuh. Ia mencoba mengeluarkan suaranya tapi tak bisa. Ia menyadari ada yang lain dari putri yang ditelantarkannya itu. Meski jarang bertemu, tapi ia masih sangat ingat bagaimana Clarina putrinya adalah anak yang manis, penurut dan cantik seperti istrinya yang mati tergantung dihadapan banyak orang. Clarina seolah tak memiliki sifat lain, selain menjadi gadis yang baik. Meski orang-orang disekitarnya sangat sering menyakitinya tapi ia tak pernah membalas. Ia adalah gadis lemah yang tak bisa apa-apa begitulah ia dikenal.

Tapi malam ini, siapakah gadis yang ada dihadapannya? Dia adalah putrinya, tapi tak seperti biasanya. Ia memang tersenyum tapi senyumnya menakutkan. Matanya? Ada apa dengan matanya? Seperti ada tekat yang kuat untuk melakukan sesuatu yang terpancar dari sana. Ada apa Clarina, apa yang membuatmu berubah? Ia bahkan menceritakan pembunuhan dengan santai seperti ia biasa melakukannya.

"Aku mencintaimu ayah. Sangat mencintaimu.." Akunya. Tapi ekspresinya tak menunjukkan begitu. Kemudian sang ayah menyadari kalau apa yang dilakukannya pada putrinya telah membuahkan hasil. Ia menelantarkan Clarina, membiarkan orang lain menyiksanya, bahkan memposisikan pelayan di atasnya, padahal jelas-jelas ia adalah seorang putri, anak raja Henry yang terhormat, ia bahkan membiarkan Clarina menyaksikan ibundanya di hukum mati karena ulahnya. Apakah ini batas kesabaranmu Clarina?

"Ayah terlihat seperti banyak pikiran? Apakah kau sedang memikirkan ku?"
Sekali lagi tak ada jawaban.
"Ayah cobalah ramuan ku ini, aku tau ayah telah lama menahan rasa sakit. Aku sungguh kasihan padamu ayah.. Minumlah ini dan beristirahatlah dalam damai.."

Clarina membuka mulut ayahnya dan menumpahkan semua cairan itu kedalam mulutnya. Lalu menutup mulut ayahnya agar cairan itu tak merembes keluar. Setelah yakin bahwa ayahnya telah menelan ramuan barunya, ia mengusap rambut sang ayah, mencium keningnya dan berbisik, "Minta izinlah pada malaikat yang membawamu untuk mampir ke surga, dan sampaikan salam ku pada bunda, lalu hidup tenanglah di neraka, ayah. I love you.."

###

BACK TO BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang