2

71 11 5
                                    

Seminggu setelah perpindahan Askal ke Jakarta, semuanya terlihat baik. Terkecuali untuk hati Askal, dia masih merasa sedih dan menjadi sering galau. Dia juga sudah mendaftar sekolah ke salah satu SMA terfavorit di Jakarta, tidak sendirian, Dave menemaninya.

Ia pria mungil itu setuju untuk ikut pindah bersama Dave, tetapi tinggal di Apartemen. Askal juga memutuskan untuk tinggal di Apartemen bersama sahabatnya, ia akan sesekali menjenguk orangtuanya di rumah baru.

Sekarang mereka berdua berada di kantin sekolah untuk sarapan pagi, sebentar lagi bel berbunyi tetapi masih banyak siswa-siswi yang berkeliaran di luar kelas.

"Buruan makannya, Kal. Gua udah selesai nih, bentar lagi bel bunyi." mendengar perkataan temannya itu membuat Askal mempercepat aksi makannya.

"Sabar elah anjir, masih banyak yang di luar." jawab Askal setelah menelan semua makanan yang berada di mulutnya lalu meneguk jus jeruknya sampai habis.

"Udah selesai gua, ayo!" ajak Askal di angguki Dave, mereka berjalan beriringan menuju kelasnya.

Saat melewati koridor banyak para siswa-siswi yang tengah berkumpul entah melihat apa Askal dan Dave tidak tahu. Dengan rasa penasaran Dave menarik tangan Askal untuk ikut bergabung ke gerombolan tersebut.

"Woi, ada apaan? Rame bener, pasar pagi pindah kesini apa gimana?!" sahut Dave, sedetik kemudian cowok itu meringis mengelus kepalanya yang menjadi sasaran jitakan Alden, teman sekelasnya.

"Bego, katanya ada murid baru. Ganteng cok anjing, gua bisa turun pangkat nih karena kalah saing." ujar Alden memberitahu Dave.

"Pangkat lu aja udah paling bawah ege, sama gua masih tinggi kegantengan gua pasti" ucap Dave dengan kepedean.

"Halah tai, se-ganteng apapun dia pasti gabakal ngalahin ke gantengan gua. Gua aja udah ngalahin Bright, aktor Thailand itu." Diki yang berada di belakang Alden ikut nyaut.

"Halu banget, kontol!"  ucap Dave dan Alden bersamaan.

Bel masuk pun berbunyi nyaring, siswa-siswi yang tengah berkumpul di koridor langsung memasuki kelas masing masing, buat yang kelasnya jauh mereka sudah berlari ngibrit sekuat tenaganya seperti sedang di kejar guling putih yang bisa meloncat.

Askal, Dave, Diki dan Alden pun sama mereka memasuki kelas X IPA 2 yang sudah berada di hadapannya. Kelas X IPA 2 merupakan kelas unggulan, di isi oleh siswa-siswi dengan otak cerdas seperti di lapisi dinding laboratorium deadadus.

Hari ini pelajaran biologi, Bu Riska memasuki kelas dengan senyuman manisnya diikuti seorang pria yang lebih tinggi di belakangnya.

"Selamat pagi, anak anak." sapa Bu Riska kepada anak muridnya dengan senyuman yang masih terukir di wajah cantiknya.

"Selamat pagi, Buuu.." dengan serentak mereka menjawab sapaan gurunya, lalu berbisik-bisik membicarakan seseorang yang berada di samping Bu Riska.

"Itu murid barunya?"

"Ganteng banget anjir!"

"Tinggi beud kaya tiang listrik"

Begitu bisikan para murid, sedangkan Askal sendari tadi tidak memperhatikan ia sibuk menyalin pr biologi bersama Dave. Jika ingat ada pr mereka berdua tidak akan ke kantin tadi, memilih menahan lapar dan mengerjakan pr nya. Dave sudah selesai menyalin 3 jawaban dari 3 soal tersebut, ia meregangkan otot jarinya yang terasa pegal.

Begitu terkejutnya Dave saat melihat ke arah depan dan mendapati seorang pria yang ternyata ia kenal, dengan cepat ia menggoyangkan tubuh Askal yang masih menulis membuat buku putih dengan tulisan yang rapih itu sedikit tercoret, tentu saja Aksal kesal.

Second Time  [BXB] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang