PROLOG

27.6K 1.9K 29
                                    

Prolog

Suara bel TK berbunyi, tanda bahwa anak-anakku sudah waktunya keluar dari kelas mereka. Hari ini kedua anakku, Bima dan Bisma, kembali bersekolah setelah libur beberapa hari, mereka masih PAUD, dan seperti biasa, mereka sangat antusias.

Bima dan Bisma adalah kedua putraku yang kembar identik, kulahirkan tiga tahun yang lalu, dan keduanya kini telah tumbuh menjadi balita yang sangat pintar dan penuh kasih sayang. Bahkan, meski masih berusia tiga tahun, Bima dan Bisma sudah menunjukkan sikapnya menjadi calon kakak yang yang baik untuk adik mereka yang kini kini sedang kukandung.

Ya, aku senang mengandung anak ketigaku. Usiaku 25 tahun, aku punya dua anak berusia tiga tahun, aku sedang mengandung lima bulan, dan suamiku adalah seorang kontraktor berusia 32 tahun.

Namanya Samudera Pamungkas. Nama yang keren seperti orangnya. Aku bertemu suamiku saat aku bekerja di sebuah kelab malam.

Aku adalah yatim piatu yang tnggal di sebuah panti asuhan. Ketika usiaku 19 tahun, aku sudah meninggalkan panti untuk hidup mandiri. Aku bekerja di banyak tempat. Namun yang terakhir adalah, aku bekerja di sebuah kelab malam. Menjadi pengantar minum sekaligus menemani orang-orang yang ingin ditemani minum.

Aku tidak menjajahkan tubuhku saat itu, meski banyak juga temanku yang melakukannya, tapi atasanku menghormati keputusan bawahannya jika bawahannya hanya ingin mencari uang dari cara yang benar.

Di sanalah, aku bertemu dengan Mas Samudera. Dia pria paling tampan yang pernah kutemui. Dia baik, dia perhatian, dan dia terlihat sangat tulus.

Suara panggilan Bima dan Bisma membuatku tersadar dari lamunan. Aku tersenyum dan menggelengan kepala. Ah! Bagaimana bisa aku melamunkan masalaluku dengan Mas Sam?

Aku melihat Bima dan Bisma berlarian menuju ke arahku.

"Ibu!" Bisma lebih dulu sampai padaku, dia menghambur memelukku, kemudian disusul oleh Bima, kakaknya.

"Hei... gimana sekolahnya, Nak?"

"Asik! Banyak temannya, dan Ibu gulunya baik." Bisma yang menjawab.

"Anak pintar... sekarang kita pulang, yuk! Ibu sudah masak makanan kesukaan kalian."

"Ayam tepung?" tanya Bima.

"Cumi Klispi?" kali ini Bisma yang bertanya.

Aku tersenyum dan mengangguk. Keduanya lalu bersorak gembira. Sedangkan yang bisa kulakukan hanya tersenyum dan menggelengkan kepala melihat bagaimana tingkah lucu mereka.

Kuajak anak kembarku berjalan di atas trotoar menuju ke halte terdekat. Ya, biasanya aku memang menggunakan kendaraan umum. Mas Sam sebenarnya ingin memfasilitasi aku mobil dan sebuah sopir. Katanya, dia memang mendapatkan kontrak yang nilainya besar beberapa bulan yang lalu. Namun, aku memilih menolaknya. Kupikir, lebih baik aku menggunakan kendraan umum, sedangkan uangnya lebih baik ditabung untuk masa depan anak-anak kelak.

Belum juga aku dan anak-anak sampai di halte terdekat, terlihat sebuah mobil mewah mendekati kami. Aku tetap berjalan meski perasaanku rasanya tak enak.

Mobil itu lalu berhenti di depan kami. Aku memutuskan untuk menghentikan langkahku sedangkan kedua telapak tanganku menggenggam satu-persatu tangan anak-anakku.

Seseorang keluar dari mobil itu. Seorang perempuan yang tinggi semampai. Cantik bak bintang sinetron. Dan kupikir, orang itu terlihat bukan dari kalangan biasa.

Maksudku, selama ini aku hidup di kalangan orang menengah kebawah. Saat bekerja di kelab malam, beberapa kali aku melihat kalanan selebriti, maupun kalangan konglongmerat, mereka tampak berbeda, tentunya tak seperti orang kaya biasa pada umumnya.

Perempuan cantik itu mendekat menghampiriku. Mengamatiku dari ujung rambut hingga ujung kakiku. Bahkan, perempuan itu sempat menatap perut buncitku. Membuatku merasa terintimidasi karenanya. Ada apa? Apa dia mengenalku? Sejauh yang kuingat, aku tidak pernah mengenalnya.

"Senja Kirana?" tanya perempuan itu sembari menyebutkan namaku. Darimana dia tahu namaku?

Aku mengangguk "Benar."

"Ayo ikut aku," ajak perempuan itu.

Aku mundur satu langkah, "Maaf, saya tidak bisa. Kita tidak saling kenal."

"Kamu memang nggak kenal sama aku, tapi aku sangat tahu siapa kamu," ucap perempuan itu dengan sungguh-sungguh. Perempuan itu bahkan tampak menahan emosinya. Terlihat jelas bahwa perempuan itu sedang marah padaku. Kenapa?

"Maaf, tapi..."

"Atau kamu tetap ingin membahas masalah kita di sini? Di depan anak-anakmu? Membahas tentang suami kita?" tanya perempuan itu yang sontak membuatku ternganga.

Tunggu dulu. Apa katanya? Suami kita? Tidak... tidak mungkin. Tidak mungkin Mas Sam memiliki istri selain aku. Tidak mungkin juga perempuan ini menjadi istri Mas Sam. Sepertinya, Mas Sam tak akan mampu untuk membiayahi kebutuhannya. Mengingat bagaimana glamournya penampilan perempuan ini.

"Maaf, mungkin Anda salah paham."

"Salah paham katamu?" perempuan itu merogoh tasnya, lalu dia mengeluarkan sesuatu dari sana, memberikannya padaku. Sebuah foto kebersamaan Mas Sam dengan seorang perempuan. Perempuan di hadapanku ini. Bedanya, Mas Sam dalam foto tak terlihat sesederhana ketika bersamaku.

"Samudera Pamungkas. Pemilik tunggal PM Group. Salah satu perusahaan terbesar di negeri ini. Kamu beneran nggak tahu? Atau pura-pura nggak tahu?" ucap perempuan itu dengan kesal.

Aku menggelengkan kepalanya. Tidak. Pasti itu bukan Mas Samudera, suamiku. Mas Sam hanya pekerja biasa, seorang kontraktor biasa. Dia bukan pemilik perusahaan besar, dan pastinya... dia tidak memiliki istri lain selain aku...

Ya Tuhan! Apa benar yang dikatakan perempuan ini?

-TBC-

Jika tertarik baca, simpan saja di Library.... Updatenya yaaa harus sabar2 nunggu yaa... buat yang nggak sabar, bisa otewe ke Karyakarsa cari akun aku Zennyarieffka, kemudian cari cerita dengan judul SENJA & SAMUDERA (Sudah tamat). atau jika yang mau koleksi  PDFnya, kalian bisa langsung Chat aku buat beli Pdfnya, Nomor WA aku ada di Bio Profil aku ya.... untuk ebook Google Playbook, akan rilis di Bulan ini. terima kasih...

SECOND WIFE (Senja & Samudera)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang