Bab 3 - Jet Pribadi

10.7K 1.8K 74
                                    

Bab 3 – Jet Pribadi


Sisa malam itu kami habiskan dengan bersenang-senang. Makan-makan, saling bercanda, serta membelikan apapun yang diinginkan oleh Bima dan Bisma.

Pulang dari pasar malam, kami lantas tidur bersama. Satu ranjang berempat. Meski ranjang kami tak sebesar ranjang-ranjang orang kaya di film-film, nyatanya, tidur berdesakan membuat suasana terasa lebih intim.

Keesokan harinya, Mas Sam berkata bahwa dia akan pergi ke tempat rekan kerjanya untuk meminjam mobil. Tugasku adalah mempersiapkan si kembar, dan juga beberapa barang yang akan kami bawa. Mas Sam berpesan bahwa aku tak perlu membawa banyak barang, karena katanya di sana nanti akan disediakan.

Aku tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Mas Sam. Memangnya siapa yang akan menyediakan kebutuhan kita? Namun, aku menuruti saja apapun perintahnya. Aku hanya membawa beberapa potong baju ganti dan juga dompet tentunya.

Ketika aku dan anak-anak sudah siap, Mas Sam datang. Pria itu menampilkan ekspresi senangnya, dan kali ini aku curiga dengan apa yang akan dia perbua.

"Hei, kamu tahu? Kita nggak perlu pinjam mobil."

"Apa nggak ada yang mau pinjamin?" tanyaku kemudian.

Sembari tersenyum lebar Mas Sam menjawab "Enggak, bukan gitu. Aku tadi ke tempat atasanku, mengatakan bahwa aku ambil cuti sampai akhir minggu untuk ke Bali, ngajak kamu dan anak-anak berlibur. Lalu aku berkata bahwa aku akan meminjam mobil kantor. Kamu tahu apa yang dia lakukan? Dia meminjamiku sesuatu yang luar biasa?"

"Apa?" tanyaku penasaran.

"Kalian sudah siap, kan? Kita langsung berangkat saja kalau gitu."

"Tapi, bagaimana kita berangkat kalau kita nggak ada mobil?"

Mas Sam hanya tersenyum. "Sudah ayo... ada yang antar kita di depan," ucapnya dengan senyuman cerianya.

Aku mengikuti saja apa yang dia katakan. Kami keluar dari rumah. Dan benar saja, di luar rumah sudah ada sebuah mobil yang menunggu kami lengkap dengan sopirnya.

Sejauh yang kutahu, Mas Sam mengatakan bahwa dia memiliki mobil dari kantor. Mobil itu jelas berbeda dengan mobil ini. Mobil kali ini lebih besar dan lebih mewah. Ditambah lagi, pak sopir tampak sangat ramah menyambut kami.

Aku hanya diam saja. Sedangkan Bima dan Bisma tampak sangat senang dan anusias menaiki mobil sebagus ini.

Kami akhirnya meninggalkan rumah, membelah kota, lalu menuju ke sebuah tempat yang merupakan Bandara Halim Perdana Kusuma.

"Kita ke Bandara?" tanyaku tak percaya.

"Ya. Kamu tahu nggak? Boss aku, ngizinin aku ke Bali menggunakan pesawat jet pribadinya. Karena aku tadi sempat bilang sama dia bahwa aku mau nyenening anak kembarku dan istriku yang sedang hamil," jelas Mas Sam yang tentunya sama sekali tak kupercaya.

"So! Hari ini kita akan bersenang-senang naik pesawat Jet Pribadi. Siapa yang mau kenalan sama Om Pilotnya?" tanya Mas Sam pada anak-anak. Bima dan Bisma segera menyahuti. Keduanya tampak sangat bahagia dan sangat antusias. Namun berbeda denganku.

Entahlah... semakin Mas Sam menunjukkan semua ini, semakin aku sadar bahwa memang kenyataannya, pria ini adalah Samudera Pamungkas, suami dari Liana Pamungkas. Pria ini pengusaha besar, dan entah kenapa aku tidak suka dengan fakta itu.

Masuk ke dalam bandara, kami dibimbing menuju ke sebuah pesawat Jet Pribadi yang sudah menunggu kami. Kuamati pesawat tersebut. Di belakangnya terdapat tulisan PM Group. Hatiku menciut, aku bahkan ragu untuk menaikinya.

SECOND WIFE (Senja & Samudera)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang