BAGIAN 83

2.4K 276 59
                                    

Naya membuka matanya perlahan, rasa perih di lengan belakang tubuhnya mulai nyeri. "Kaaakk.." rintihnya saat melihat Amanda di dekatnya. "Nayaaa.. kamu sudah sadar. Kakak khawatir sama kamu Nay.." ujar Amanda sembari mengelus lembut tangan adik iparnya itu. "Di...dimana kakak?" Tanya Naya menanyakan Arya.

"Kakakmu sedang dalam perjalanan menyelamatkan Ikbal. Kamu tenang yaa.." ujar Amanda dengan senyumannya. Naya mulai mengingat kejadian yang baru saja menimpanya. Gadis itu melihat seseorang mengintainya dari kejauhan. Saat akan berlari kembali ke rumah bersama Doris, laki-laki yang sudah melihatnya daritadi itu menembaknya. Naya menghela nafasnya, "Ada apa dengan Ikbal kak?" Tanyanya dengan berusaha duduk dan dibantu oleh Amanda.

"Ikbal mengejar orang yang menembakmu. Tapi dia tertangkap. Sekarang kakakmu sedang menyelamatkannya." Jawab Amanda. Naya mengangguk dan teringat sesuatu. "Kak, apa kakak tau tentang Jonathan dan Kevin?" Tanya Naya tiba-tiba. Amanda mengerutkan keningnya, mengingat kembali dua nama yang sudah membuatnya terpisah dengan anak dan suaminya itu ingin sekali rasanya dia marah. "Kenapa kamu bertanya tentang mereka Nay?"

Naya menatap mata kakak iparnya itu, "Kevin dan Jonathan adalah anak buah kesayangan Carlos. Big bos yang memberiku pekerjaan. Aku dulu suka ikut mereka bertransaksi obat terlarang bahkan menjual organ tubuh manusia dari rumah sakit yang ternyata milik Kakakku. Aku tak tahu tapi aku rasa Carlos tau jika aku adalah adik dari Arya Sandya. Itulah kenapa dia bilang aku harus menemukan pemilik Sandya Company." Cerita Naya pada Amanda.

"Kak, aku yakin ini ada hubungannya dengan Carlos. Tak mungkin seseorang tiba-tiba menembakku tanpa alasan. Jonathan dan Kevin sudah mati di tangan kakak. Sekelas Carlos tidak mungkin dia tidak balas dendam. Aku yakin itu." Kata Naya lagi. Tangan Amanda mengepal. "Jika dia ingin balas dendam pada yang membunuh anak buahnya. Akulah orangnya. Aku yang sudah membunuh Kevin." Ujar Amanda. Naya terkejut. "Waahh kakak hebat sekali." Puji Naya.

"Aku harus menolong kakakmu Nay.. dia tidak bisa berjuang sendirian." Amanda berdiri dan hendak mengambil senjata api miliknya. "Kak.. tunggu jangan begini. Kita tunggu saja kakak. Aku nggak mau kakak kenapa-napa. Aku yakin kakakku pasti akan membawa Ikbal kembali dan baik-baik saja." Wajah Naya memohon agar kakak iparnya itu tak pergi, Amanda melihatnya dan berpikir kemudian. "Baiklah kita tunggu kakakmu ya.." Naya mengangguk. "Ikbal.. kamu harus baik-baik saja. Aku tak mau terjadi apa-apa denganmu." Batin Naya.

*****

Arya masuk ke dalam rumah kosong yang sudah ditunggu oleh puluhan orang disana. Dilihatnya Ikbal masih baik-baik saja meskipun badannya penuh luka dan darah. Tanpa pikir panjang satu persatu orang-orang itu tumbang oleh senjata Arya.

"Dimana bosmu?" Tanya Arya dengan dua orang yang mengikat Ikbal dan berdiri di sebelahnya. "KAU TIDAK AKAN BERTEMU DENGANNYA, TAPI KAU AKAN BERTEMU YANG MAHA KUASA." Teriak laki-laki bertubuh besar itu lalu terlibat adu pukul dengan Arya. Saat mereka sibuk, Elang melepaskan ikatan Ikbal dan melarikan diri. Willy menghajar laki-laki besar yang lain. Keduanya tumbang.

"Siapa yang menyuruhmu menembak adikku?" Tanya Arya dengan matanya yang merah karena kemarahan. "Aa..aku tidak tau. Kaaa..kami hanya berkomunikasi melalui telepon." Jawabnya terbata karena sakit di wajahnya yang babak belur. "KAAAUU JAWAB ATAU AKU PATAHKAN TULANG LEHERMU!!" Ujar Willy yang mulai geram. "Di..diaa ada di penjara." Jawabnya ketakutan. "Apa dia Carlos?" Tanya Arya. Kedua laki-laki itu mengangguk.

Dengan kasar Willy menembak kepala kedua laki-laki itu. Mereka berdua mati seketika. "Apa kau tau sesuatu?" Tanya Willy. Arya mengangguk.

"Aku harus menemuinya di dalam penjara." Ujar Arya.

"APAAAA?? KAU GILAA.." Teriak Willy.

"Kau punya kenalan pihak berwajib kan?" Tanya Arya. Willy mengangguk. "Baiklah mari kita buat rencana dengannya." Ujar arya lalu berjalan pergi meninggalkan Willy yang mematung. "Apa-apan pria bodoh itu, kenapa harus masuk ke dalam penjara segala. Dasar mafia aneh." Gerutu Willy sembari mengikuti langkah sahabatnya itu.

*****

Olivia menangis tiada henti melihat putrinya terluka. "Ibuuuu sudah aku sudah sembuh Buu. Bagaimana aku bisa sakit sementara kakakku adalah dokter yang hebat." Ujar Naya sambil mengelus ibunya.

"Ibu tidak menangis. Ibu hanya khwatir." Jawab Olivia perlahan.

"Hmm  ayah, apa Ibu selalu emosional begini?" Tanya Naya penasaran. Firly mengangguk. "Bahkan bisa lebih parah." Jawab Firly dengan menahan tawanya. Keduanya tertawa. Olivia pun ikut tersenyum. "Ikbal apa kau baik-baik saja?" Batin Naya sambil melihat ke arah jendela.

Firly mengikuti arah pandangan putrinya, "Arya sudah mengabari ayah, Ikbal baik-baik saja. Tenanglah sebentar lagi dia akan sampai dengan Elang." Kata Firly membuat pipi Naya memerah. "Ayaaah apaan sih aku gak nunggu gunung es itu. Ngapain dia ditunggu. Aku menunggu kakak." Jawab Naya cepat. Firly dan Olivia saling berpandangan dan menahan tawa.

*****

Naya berjalan keluar kamar klinik kakaknya. Dia melihat Ikbal yang tengah duduk diam di ruang tamu. "Bagaimana mungkin Bos mengorbankan dirinya untuk menemui bajingan itu." Gumamnya sambil mengacak-acak rambutnya. "Bajingan? Siapa yang kau maksud?" Tanya Naya yang sudah berdiri dari tadi menatapnya.

"Ooh Nona.. selamat malam Nona. Maaf mengganggu anda." Ujar Ikbal salah tingkah. Naya menatap kearahnya. Gadis itu berjalan mendekati Ikbal dan duduk tepat di sebelahnya. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Naya melihat balutan luka di pelipis kiri Ikbal. "Iya Nona saya baik-baik saja." Jawab Ikbal. Naya kesal, pria itu terus saja memanggilnya Nona Nona. "Kenapasih manggil gitu terus. Aku bukan kak manda yaa.. panggil Naya aja gitu, emang susah ya?" Tanya gadis itu kesal.

Ikbal tersentak. Pria itu takut jika adik bosnya itu marah. "Tidak Nona, maaf jika saya membuat Nona kesal. Tapi memanggil dengan nama saja saya rasa itu tidak sopan Nona." Jawab Ikbal yang langsung berdiri karena Naya semakin menempel didekatnya. "Ngapain berdiri. Emang aku nyuruh kamu berdiri?" Tanya Naya lagi. "Tidak Nona."

"Duduk lah." Perintah Naya. Ikbal mengangguk dan menurutinya. "Jantungku sudah berdebar tak karuan. Yaa Tuhan bagaimana ini?" Batin Ikbal dan duduk kembali. "Aku mengkhawatirkanmu. Makasih yaa udah mau nemuin orang yang menyerangku tadi pagi. Karena aku kau jadi terluka." Kata Naya lagi dengan malu-malu.

"Tidak apa-apa Nona itu sudah tugas saya." Jawab Ikbal. "Iihh dasaaar gunung es. Cuek banget sihhhh..." batin Naya kesal. "Iyaaudaa deehh terserah kamu. Makasih pokoknya." Ujar Naya lalu pergi begitu saja.

Arya melihat keduanya dengan melipat tangannya di dada. Naya melihat kakaknya sedikit takut. "Kakak?.." sapanya.

"Kenapa gak istirahat? Udah jam berapa ini? Tidur sana.. kau masih sakit. Lukamu belum sembuh. Jangan kemana-mana." Ujar Arya tegas. Naya mengangguk dan masuk ke dalam kamar. Sebelum menutup pintu gadis itu mengintip kakaknya yang berjalan menghampiri Ikbal. "Aduuhhh jangan-jangan kakak marahin dia." Gumam Naya. "Nayaa.. kakak lihat yaa kau belum menutup pintu kamarmu." Teriak Arya. Naya buru-buru menutup pintunya.

"Bal, kamu belum tidur?" Tanya Arya sembari menyulut rokoknya. Ikbal berdiri dan mengangguk menjawab pertanyaan Arya. "Kau suka dengan adikku?" Tanya Arya tanpa basa-basi." Ikbal terperangah mendengar pertanyaan Bosnya.

"Tidak Bos. Maaf Bos jangan salah paham dulu. Tadi Nona Naya hanya mengucapkan terimakasih dan pergi Bos." Jawab ikbal menjelaskan. Arya menyemburkan asap rokoknya. "Baiklah. Aku percaya padamu." Kata Arya santai. Ikbal bernafas lega. "Bos.. apa besok kita akan menjalankan rencana kita dengan tuan Willy? Apa Bos yakin?" Tanya Ikbal mengalihkan topik. Jujur Ikbal sedang takut sekarang ini. Dia takut akan perasaannya pada adik Bosnya itu. (Pembaca tolong sayaaa...)

"Yakin. Aku akan menghabisinya dengan tanganku sendiri." Ujar arya mantap. Berasamaan dengan itu suara Garsa menangis memecah keheningan malam itu. "Ok kau istirahatlah. Bersiaplah besok." Kata Arya lalu pergi ke kamarnya.


Bersambung...

INTERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang