Taehyung
Mandat sang Ajik adalah mengamankan Basuki supaya tidak berkeliaran terlalu sering. Beberapa kali Jeongguk harus ditemani kesana-kemari. Biarlah orang berkata kalau pemuda itu tidak bisa apa-apa sendiri. Mereka semua cuma sementara disini. Keselamatan Basuki bisa mempengaruhi Bali satu atau dua abad ke depan. Sebisa mungkin, Jeongguk harus aman dan kalau bisa, anak itu lebih baik menetap di rumah saja. Keperluannya biar Taehyung, Rose, atau sang Ajik yang mengatur.
Taehyung masih bisa ingat apa yang Jihyo ucapkan beberapa hari yang lalu. Kalau mereka ada di pihak yang sama-sama kuat. Klungkung tidak bakal mau melepas Basuki dan Taehyung juga tahu betul kalau Jihyo, sebagai mangku gede(besar) juga tidak bakal mau melewatkan kesempatan emas untuk wilayah Kerajaannya sendiri, Jembrana. Selain tidak ada yang mau mengalah, Taehyung memang masih punya dendam pribadi yang belum usai. Dimana sekeluarga besar perempuan itu menghasut Ajiknya supaya mau menikah lagi bahkan beberapa hari saja setelah ibunya memukur(prosesi upacara atman menuju alam atas. Upacara ini adalah kelanjutan setelah ngaben). Taehyung beranggapan kalau ini kurang sopan dan seakan-akan eksistensi sang ibu cuma lewat saja tanpa perlu dikenang. Masa berkabung juga perlu untuknya dan sang Ajik yang ditinggalkan. Tidak melulu harus berkawin lagi dan mencari-cari kesenangan duniawi terus menerus.
"Taehyung!" Suara itu datang dari lantai bawah. Kencang dan khas orang polos yang tidak tahu bakal terkena masalah atau tidak kalau teriak-teriak begitu. "Ke mau ikut, ndak?" Sosok Rose baru muncul setelah menaiki anak tangga dan bersandar ke tembok. Di tubuhnya melekat kebaya hijau army dan kamen coklat bercorak sewarna. Selendangnya juga hijau tua. Anak itu seakan bisa disembunyikan di semak-semak dan tidak bakal ketauan dimana. Satu busur panah melintang di dada sampai ke punggungnya. "Aku mau ke lapangan. Kalau ke mau ikut, ke saja yang bawa motor."
"Mau ngapain kamu ke lapangan? Lomba agustusan?"
"Latihan, lah. Ndak banyak yang bisa aku lakukan disini. Bosan kalau cuma diam di kamar dan baca buku-buku Basuki di kamarnya." Surai pirangnya yang panjang, digelung ke samping. Kalau sampai Jeongguk lihat, biasanya pemuda itu bakal memberikan aksesori tambahan seperti sembanggi emas atau bunga kenanga untuk menambah tatanan gadis ini supaya lebih segar.
"Ndak usah sok menganggur ke, disini. Di rumah saja jarang," ujar Taehyung. Ia beranjak dari kasur dan menghampiri Rose yang sudah berdiri di ambang pintu kamar. "Lagipula, walaupun Jeongguk pernah bilang dulu kalau ke bisa manah, aku tetap ndak percaya."
"Karena kamu belum pernah lihat. Makanya ikut biar tahu."
"Buat apa?" Setengah terkekeh Taehyung menanggapi apa adanya. "Kita, kan, sudah ndak tempur sama Belanda."
"Terus tujuan ke mengamankan Basuki buat apa?"
"Biar dia ndak dibawa kabur sama mangku daerah lain."
"Sama."
"Siapa juga yang bakal datang terus menyerang dia?"
"Siapa saja." Rose mengedikkan bahu. "Kamu bisa jadi salah juga kalau mengira mereka ndak bakal pakai kekerasan buat melumpuhkan Basuki," katanya, "jangan congkak dulu. Mentang-mentang dia menetap disini, bukan berarti dia ndak mau kabur atau ndak mungkin diseret ke daerah lain. Kalau besok dia digempur masa pakai jaring raksasa, gimana? Ke yang mau selamatkan dia?" Kali ini Rose yang terkekeh. Khas orang merendahkan. Taehyung tahu betul itu.
"Kamu sendiri, mau diam saja kalau dia diambil sama daerah lain?"
"Kalau itu baik buat dia, kenapa ndak?" Jawaban ini di luar dugaan. Terlalu ada di luar perkiraan. Kemana pula perempuan ini hendak membawanya mendarat. Ke pikiran bebasnya soal keamanan Basuki atau ia memang sengaja memberikan jawaban rancu yang bisa membuyarkan konsentrasi Taehyung mengamankan Jeongguk untuk Klungkung. Keduanya sama-sama punya resiko dan Taehyung tidak mau berasumsi lebih lanjut.
![](https://img.wattpad.com/cover/289873948-288-k640319.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewananda [kookmin]
Fanfiction[ ON REVISION WITH ADDITION SCENE ] : KookMin Indonesian's Mythology: Legenda Naga Basuki Ia tidak pernah menanti sebuah ampunan yang datang dari Sang Hyang Widhi. Biarlah nanti ia menerangi jalannya sendiri. Tapi mengapa sosok itu datang dan membua...